*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Ali
Sastroamidjojo memiliki sejarah yang lengkap. Studi ke Belanda dan aktif dalam
organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda (Perhimpoenan Indonesia). Ali
Sastroamidjojo di tanah air, aktif dalam organisasi politik yang
mengantarkannnya menjadi pejabat pemerintah hingga menjadi Perdana Menteri RI.
Ali Sastroamidjojo dan Mohamad Hatta di Belanda dan Ali Sastroamidjojo
dan Amir Sjarifoeddin Harahap di Batavia. Mengapa?
Mr. Raden Ali Sastroamidjojo lahir 21 Mei 1903 di Grabag, Magelang. Ali bersekolah di sekolah Queen Wilhelmina School, melanjutkan studi hukum di Universitas Leiden menerima gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) tahun 1927. Semasa sekolah, ia aktif dalam organisasi pemuda, seperti organisasi Jong Java, dari tahun 1918 hingga 1922 dan Perhimpoenan Indonesia, dari tahun 1923 hingga 1928. Ia ditangkap tahun 1927 di Belanda dengan Mohammad Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, dan Abdulmadjid Djojoadiningrat. Setelah enam bulan di penjara, Ali dibebaskan. Kembali ke Jawa tahun 1928 bersama Soejoedi membuka kantor pengacara, bersama Soekiman menerbitkan majalah Djanget di Surakarta. Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno, lalu masuk Gerindo diketuai Amir Sjarifoeddin Harahap. Menteri Pengajaran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I (Juli 1947) dan Kabinet Hatta (Januari 1948). Wakil ketua delegasi RI dalam perundingan dengan Belanda (Februari 1948) dan anggota delegasi RI dalam perundingan KMB. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko (1950–1955). Ketua Umum Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung 1955, wakil tetap Indonesia di PBB (1957–1960), dan Ketua Umum PNI (1960–1966). (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Ali Sastroamidjojo dan Perhimpoenan Indonesia? Seperti disebt di atas, Ali Sastroamidjojo memiliki sejarah yang lengkap. Mengapa? Mohamad Hatta di Belanda dan Amir Sjarifoeddin Harahap di Batavia. Lalu bagaimana sejarah Ali Sastroamidjojo dan Perhimpoenan Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Ali Sastroamidjojo dan Perhimpoenan Indonesia; Mohamad Hatta di Belanda - Amir Sjarifoeddin Harahap di Batavia
Di sekolah menengah Kining Willem III School di Batavia diadakan seleksi ujian masuk (lihat De Preanger-bode, 01-05-1918). Salah satu kandidat yang diterima adalah Raden Srijali Sastroamidjojo. Dicarat sebagai Srijali, namun kemudian dicatat sebagai Ali (saja).
Pada tahun 1919 Ali Sastroamidjojo lulus ujian transisi naik dari kelas satu
ke kelas dua (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 29-04-1919).
Pada tahun 1922 Ali Sastroamidjojo lulus ujian naik dari kelas empay ke kelas
lima (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 06-05-1922). Satu kelas dengan Ali antara
lain Mohamad Nawi Harahap dan nona Ida Loemongga Haroen Al Rasjid Nasoetion. Ini
selangkah lagi Ali Sastroamidjojo dkk akan menyelesaikan sekolah menengah.
Siswa yang diterima di KW III S adalah lulusan sekolah dasar Eropa (ELS). Lama
studi lima tahun.
Ali Sastroamidjojo lulus ujian akhir di KW III School di Batavia tahun 1923 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 31-05-1923). Yang juga lulus adalah L Latumahina, Mohamad Nawi Harahap dan nona Ida Loemongga Haroen Al Rasjid Nasoetion. L Makaliwe dan J Latuharhary. Setelah lulus sekolah menengah (HBS), Ali Sastroamidjojo dan Ida Loemongga melanjutkan studi ke Belanda.
Ali Sastroamidjojo berangkat dengan kapal ss Prinses Juliana dari Batavia dengan tujuan akhir Amsterdam tanggal 13 Oktober 1923 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 12-10-1923). Dalam manifes kapal hanya nama Ali Sastroamidjojo yang bernama non Eropa/Belanda. Sementara itu Ida Loemongga sudah tiba di Belanda. Ida Loemongga berangkat dengan kapal ss Insulinde dari Batavia dengan tujuan akhir Rotterdam pada tanggal 14 Juli 1923 (lihat De Preanger-bode, 13-07-1923). Lama perjalinan sekitar 25 hari. Tiba di Rotterdam tanggal 10 Agustus (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 13-08-1923). Ida Loemongga di Belanda tengah mempersiapkan ujian kedokteran (lihat De Sumatra post, 16-04-1924).
Ali Sastroamidjojo studi hukum di Leiden. Pada tahun
1925 Ali Sastroamidjojo lulus ujian kandidat Indisch Recht d Leiden (lihat Haagsche
courant, 25-02-1925). Sementara Ida Loemongga pada tahun 1926 lulus ujian
kandidat dokter di Utrecht (lihat De standard, 27-03-1926).
Di sekolah tinggi hukum di Leiden, dimana Ali Sastroamidjojo studi hukum
di Leiden, Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemo pada tahun 1925 ini Radja
Enda Boemi dinyatakan lulus di Leiden dan mendapat gelar doktor (PhD) dalam
bidang hukum dengan desertasu berjudul: ‘Het grondenrecht in de Bataklanden:
Tapanoeli, Simeloengoen en het Karoland’.
Di Belanda, pada tahun 1926 Perhimpoenan Indonesia membentuk organ baru sebagai sukses Hindia Poetra yang diberi nama Indonesia Merdeka. Pada edisi keempat (Maret) dan edisi kelima (April) berisi materi bersifat khusus dan tertutup. Surat kabar Het Volk menjadikan materi itu satu artikel dengan judul “Het nieuwe jaar in” yang lalu dikutip Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 12-06-1927. Pembuatan materi itu termasuk Ali Sastroamidjojo yang kemudian ditangkap.
De locomotief, 24-09-1927: Moskow-Hindia melalui Belanda, rencana
revolusi mahasiswa pribumi. Di antara para mahasiswa pribumi yang ditangkap,
terdapat rencana yang matang untuk melakukan pemberontakan di Hindia Belanda,
termasuk mengorganisir kerusuhan untuk mengungkap Batavia dan mendapatkan
kebebasan memerintah disana: menembak petugas, membujuk tentara pribumi, dan
apa pun yang menjadi milik revolusi berdarah. Hatta, Sastro dkk ditangkap.
Penggerebekan malam di Den Haag, Leiden dan Amsterdam. Dalam penangkapan kedua
yang ditangkap di Leiden, [Abdoel Madjid] Djojoadiningrat, diangkut ke Den Haag
dan ditahan di Pusat Penahanan disana. Polisi juga menangkap mahasiswa pribumi,
Nazir Pamontjak’.,
Lantas bagaimana dengan studi Ali Sastroamidjojo? Apakah akan berakhir begitu saja? Oh, ternyata tidak. Di penjara di Den Haag, Ali Sastroamidjojo tetap mempersiapkan ujian sarjana untuk kelulusan bidang hukum di Leiden. Oh, lalu apakah bisa berhasil? Oh, ternyara Ali Sastroamidjojo dari penjara datang ke Leiden untuk mengikuti ujian. Hasilnya, berhasil mendapat gelar sarjana hukum.
Het volk: dagblad voor de arbeiderspartij, 30-09-1927: ‘Dr. Sastro
Amidjojo. Geslaagd. Pagi ini adalah mahasiswa Indonesia yang ditangkap, Ali
Sastro Amidjoio. Ditemani sejumlah detektif dari Den Haag, ia berangkat ke
Universitas Leiden untuk mengambil gelar doktor hukum disana dan berhasil lulus’.
Ujian sarjana hukum sudah lulus. Proses hukum terhadap Ali Sastroamidjojo tetap berjalan. Setelah beberapa bulan di penjara, Ali Sastroamidjojo mulai menjalani proses sidang. Dalam sesi sidang terakhir pada bulan Marae 1928 di pengadilan Den Haag diputuskan hukuman dua tahun penjara untuk Ali Sastroamidjojo (lihat Arnhemsche courant, 09-03-1928). Hukuman bagi Abdoel Madjid sama dengan yang diterma oleh Ali Sastroamidjojo. Sedangkan untuk Mohamad Hatta dan Nazir Pamoentjak masing-masing 2 ½ tahun.
Ali Sastroamidjojo tetap menjalani hukuman, dengan potong masa penahaan, maka jika hukuman dua tahun, maka sisa tahanan tidak lama lagi. Lalu bagaimana dengan Ida Loemongga di Belanda yang studi kedokteran yang merupakan teman sekelas Ali Sastroamidjojo di KW III School Batavia? Pada bulan Maret 1929 Ida Loemongga dinyatakan lulus dan mendapat gelar dokter (lihat Arnhemsche courant, 21-03-1929). Namun dalam berita ini disebut Ida Loemongga dengan Mej. I Haroen kelahiran Padang Sidempoean lulus dokter di Amsterdam. Apa yang salah? Sejatinya Ida Loemongga lahir di Padang (1905), yang lahir di Padang Sidempoean adalah ayahnya, Dr Haroen Al Radjid Nasoetion. Lalu mengapa di Amsterdam? Apakah Ida Loemongga dari Utrecht pindah ke Amsterdam? Seperti disebut di atas Ida Loemongga lulus ujian kandidat di Utrecht tahun 1926.
Ali Sastroamidjojo mendapat bantuan hukum dari Mr Duys
di Belanda, sehingga sisa hukumannya menjadi lebih pendek. Ali Sastroamidjojo
segera dibebaskan dan kembali ke tanah air. Dengan kapal Jerman, ss Fulda, Ali
Sastroamidjojo tiba di Singapoera pada tanggal 19 Juli 1928 (lihat Het nieuws
van den dag voor Nederlandsch-Indie, 11-07-1928). Disebutkan semua penumpang
dengan tujuan Hindia dtransfer ke kapal ss Op ten Noort diperkirakan tanggal 22
Juli akan tiba di Tandjoeng Priok. Dalam manifes kapal Ali Sastroamidjojo tidak
sendiri tetapi dengan istri dan saru anak. Siapa istrinya? Seorang wnita Belanda?
Bagaimana dengan Dr Ida Loemongga Nasoetion? Tidak kembali ke tanah air tetapi pada tahun 1929 ini melanjutkan studinya ke tingkat doctoral di Amsterdam. Ini mengindikasikan Dr Ida Loemongga selain sarjana pribumi pertama juga akan menjadi doctor pribumi pertama dari pihak perempuan. Sementara itu adiknya Gele Haroen dinyatakan lulus ujian akhir di AMS Bandoeng (lihat De koerier, 14-05-1929). Yang sama-sama lulus dari Bandoeng adalah R Samsoedin. R Santoso dan I Goesti Ktoet Poedja serta Soetan Sjahrir. Pada tahun 1928 Soetan Sjahrir diinformasikan sebagai ketua Pemoeda Indonesia afdeeling Bandoeng (lihat De koerier, 14-03-1928).
Gele Haroen Nasoetion dan Soetan Sjahrir berangkat
ke Belanda. R Samsoedin. R Santoso dan I Goesti Ktoet Poedja melanjutkan studi
ke Rechthoogeschool di Batavia. Dimana Gele Haroen Nasoetion dan Soetan Sjahrir
studi di Belanda? Yang jelas pada awal tahun 1930 Soetan Sjahrir sudah menjabat
sebagai wakil ketua Perhimpoenan Indonesia.
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-04-1930: ‘Perhimpoenan
Indonesia. Pos terdepan Pergerakan Nasional di Eropa Indonesia Merdika, organ
Perhimpunan Indonesia: Perhimpoenan Indonesia melaporkan bahwa pada rapat
tahunan tanggal 16 Februari, pengurus lama telah mengundurkan diri dan telah
menjabat pengurus baru, yang susunannya sebagai berikut: Ketua Roesbandi, Wakil
Ketua Soetan Sjahrir, Sekretaris Soemardi, Bendahara Achmad Mustafa, Usman dan
Rachmat sebagai komisaris. Menurut Indonesia Merdika, pengurus yang lengser
bisa menengok ke belakang dengan rasa syukur atas hasil kerja PI berdirinya
asosiasi selama satu tahun terakhir, ia harus menjaga kesinambungan
kepemimpinan yang telah teruji’.
Kehadiran Soetan Sjahrir di Belanda terbilang unik. Baru lulus AMS di Bandoeng bulan Mei 1929, tetapi pada bulan Februari 1930 di Belanda sudah terpilih menjadi wakil ketua Perhimpoenan Indonesia. Itu sangat jarang. Dalam hal ini apa yang menjadi motivasi Soetan Sjahrir ke Belanda? Studii atau berorganisasi atau berpolitik?
Pada tahun 1925 lulus ujian transisi naik dari kelas empat ke kelas lima di
AMS Bandoeng diantaranya Roesbandi (lihat Algemeen handelsblad voor
Nederlandsch-Indie, 07-05-1925). Roesbandi melanjutkan studi ke Belanda. Pada
tahun 1928 disebutkan di Leiden lulus ujian kandidat Indisch Recht, Roesbandi (lihat
Arnhemsche courant, 26-10-1928). Roesbandi pada tahun 1930
diketahui menjabat ketuas Perhimpoenan Indonesia di Belanda (lihat Het volk:
dagblad voor de arbeiderspartij, 22-01-1930). Roesbandi lulus dengan
mendapar gelar sarjana hukum (Mr) Indisch Recht di Rijksuniversiteit te Leiden
(lihat De standaard, 06-10-1933). Mr Roesbandi segera kembali ke tanah air.
Dimana Soetan Sjahrir studi? Tidak terinformasikan. Benar-benar tidak terinformasikan. Mengapa? Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1931, no. 39, 26-03-1931 disebut Soetan Sjahrir di Amsterdam. Soetan Sjahrir pada tahun 1932 diketahui sudah berada di Hindia dalam rapat umum partai Pendidikan Nasional Indonesia di Gang Kenari (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 01-03-1932).
Soetan Sjahrir berangkat ke Belanda dan kembali ke Hindia tidak terinformasikan
naik kapal apa dan kapan keberangkatannya. Lantas bagaiman studi Soetan Sjahrir
di Belanda? Apakah studi? Dari berita tersebut hanya disebut Soetan Sjahrir
sebagai ex-student. Keberadaan Soetan Sjahrir di Belanda terdeteksi terakhir
pada tahun 1931 (lihat juga Het volk: dagblad voor de arbeiderspartij, 18-02-1931).
Tampaknya Soetan Sjahrir tidak kembali lagi ke Belanda. Yang jelas, Gele Haroen pada tahun 1933 lulus ujian kandidat rechtswetenschap (lihat Haagsche courant, 06-05-1933). Lantas bagaimana dengan Ali Sastroamidjojo?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Mohamad Hatta di Belanda - Amir Sjarifoeddin Harahap di Batavia: Lika Liku Perjalanan Hidup Ali Sastroamidjojo
Ali Sastroamidjojo setelah lulus sekolah menengah (HBS) di KW III S Batavia tahun 1923, langsung berangkat ke Belanda. Pada tahun 1925 Ali Sastroamidjojo lulus ujian kandidat hukum di Leiden. Pada tahun 1925 ini di kampus Ali Sastroamidjojo di Leiden, Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Moeda lulus ujian dan mendapat gelar doktor di bidang hukum.
Amir Sjarifoeddin Harahap sudah lama di Belanda. Setelah lulus sekolah
dasar Eropa (ELS) di Medan melanjutkan sekolah menengah di Belanda tahun 1921. Amir
Sjarifoeddin Harahap sekolah di Haarlem. Tentu saja dalam perkembangannya, Amir
Sjarifoeddin Harahap menjadi bagian dari Perhimpoenan Indonesia di Belanda.
Jarang siswa pribumi asal Hindia lanjut sekolah ke Belanda hanya lulusan
sekolah dasar (ELS). Beberapa yang ada selain Amir Sjarifoeddin Harahap, ada
juga Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia (setelah lulus ELS di
Sibolga) tiba di Belanda tahun 1910; Egon Hakim Nasoetion tiba di Belanda tahun
1924 (lulus ELS di Padang). Pada tahun 1925 ini Soetan Goenoeng Moelia, yang
lulus pendidikan guru di Belanda dengan akta guru MO (sarjana pendidikan) tahun
1918, menjadi anggota Volksraad; Soetan Goenoeng Moelia adalah sepupu Amir
Sjarifoeddin Harahap.
Pada tahun 1927 Amir Sjarifoeddin Harahap lulus sekolah menengah di Haarlem (Gymnasium Haarlem) (lihat Algemeen Handelsblad, 10-07-1927). Sudah barang tentu, antara Amir Sjarifoeddin Harahap dan Ali Sastroamidjojo sesama anggota Perhimpoenan Indonesia sudah saling mengenal (1923-1927). Ali Sastroamidjojo lebih tua dua tahun dari Amir Sjarifoeddin Harahap, yang mana Ali Sastroamidjojo lahir 1903, sedangkan Amir Sjarifoeddin Harahap lahir 1905. Amir Sjarifoeddin Harahap tidak melanjutkan studi di Belanda, tetapi kembali ke tanah air
Pada bulan Januari 1926 yang menjadi ketua Perhimpoenan Indonesia adalah
Mohamad Hatta. Perhimponenan Indonesia sejak dijabat Mohamad Hatta menerbitkan
majalah dengan nama Indonesia Merdeka (sebelumnya nama majalahnya adalah Hindia
Poetra, seka 1917). Pada edisi Maret dan April 1926 menurunkan tulisan-tulisan
yang bersifat revolusioner seiring dengan pergerakan yang semakin menghangat di
Hindia. Atas tuduhan terhadap artikel-artikel itu para pengurus Perhimpoenan
Indonesia ditangkap tahun 1927 yakni Mohamad Hatta, Abdoel Madjid, Nazir
Pamoentjak dan Ali Sastroamidjojo.
Amir Sjarifoeddin Harahap melanjutkan studi di Batavia pada tahun akademik 1927. Hal itu karena sejak 1926 sudah dibuka Rechthoogeschool di Batavia. Artinya untuk menjadi sarjana hukum (Mr) tidak harus lagi di Belanda. Pada bulan Mei 1928 Amir Sjarifoeddin Harahap lulus ujian kandidat.
Pada bulan Maret 1928 Ali Sastroamidjojo dengan pembelaan Mr Duys dapat
meringankan hukuman sehingga Ali Sastroamidjojo dibebaskan. Pada bulan Juli 1928
Ali Sastroamidjojo sudah tiba di tanah air. Arrinya saat Ali Sastroamidjojo
lulus dan mendapat gelar sarjana hukum, Amir Sjarifoeddin Harahap baru
mengawali pendidikan hukum di Batavia.
Pada bulan September 1928 diadakan pertemuan federasi organisasi pemuda (PPPI) di Batavia (lihat De Indische courant, 08-09-1928). Disebutkan surat kabar Bintang Timoer memberitakan bahwa dalam pertemuan federasi organisasi pemuda diputuskan untuk mengadakan Kongres Pemuda pada bulan Oktober untuk membahas masalah organisasi kepemudaan. Yang mana Panitia Kongres terdiri dari, antara lain: ketua, Soegondo (jur. studie); sekretaris, Mohamad Jamin (jur. studie); bendahara, Amir Sjarifoeddin Harahap (jur. studie).
Organisasi pemuda yang tergabung dalam federasi PPPI yang melakukan
pertemuan tersebut adalah Jong lslamitesbond, Pemoeda Indonesia, JongJava, Jong
Sumaterabond, Jong Ambon, Jong-Batak dan Kaoem Pemoeda Betawi serta Jing
Celebes. Catatan: PPPI adalah singkatan dari Perserikatan Peladjar-Peladjar
Indonesia namun adakalanya ditulis Perserikan Pemoeda-Peladjar Indonesia
(junior). Pada akhir bulan September ini akan diadakan Kongres PPPKI (senior)
yang panitianya diketuai oleh Dr Soetomo (ketua PPPKI sendiri adalah Ir Anwari).
Posisi Perhimpoenan Indonesia sendiri di Belanda diakui oleh PPPKI sebagai organisasi
kebangsaan Indonesia yang berada di luar negeri (dalam hal ini di Belanda).
Hasil Kongres PPPKI pada bulan September 1928 adalah nama federasi dari Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia diubah menjadi Permoefakatan Partai-Partai Politik Indonesia. Yang terpilih menjadi ketua PPPKI adalah Dr Soetomo dan Kongres PPPKI berikutanya tahun 1929 diadakan di Solo. Sedangkan hasil Kongres Pemoeda bulan Oktober 1928 adalah keputusan kongres yang menyatakan bahwa pemuda bersatu: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa—Indonesia. Juga akhir Kongres Pemoeda lagu Indonesia Raja diperdengarkan (sebagai lagu kebangsaan Indonesia).
Mr Ali Sastroamidjojo hadir dalam Kongres PPPKI pada bulan September 1928.
Panitia Kongres PPPKI sebelumnya telah mengundang hadir Mphamad Hatta sebagai
ketua Perhimpoenan Indonesia untuk berbicara di kongres. Namun karena
berhalangan, karena kesibukan di Belanda, maka untuk mengisinya adalah Mr Ali
Sastroamidjojo yang dianggap sebagai utusan Perhimpoenan Indonesia. Dalam
kongres yang diadakan di Batavia ini Ir Soekarno juga berbicara yang mewakili Partai
Nasional Indonesia (yang berpusat di Bandoeng).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar