*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Rukai
adalah salah satu suku aborigin Taiwan. Mereka terdiri dari enam sub kelompok
yang berada di selatan Taiwan (Budai, Labuan, Maga, Mantauran, Tanan, dan
Tona), masing-masing memiliki dialek sendiri dari Bahasa Rukai. Pada tahun
2014, masyarakat Rukai berjumlah 12,699, dan terbesar ketujuh dari empat belas
kelompok yang resmi diakui oleh Taiwan. Dulunya Masyarakat Rukai disebut
Tsarisen, yang berarti "orang yang tinggal di gunung."
Bahasa Rukai adalah bahasa Formosa yang diucapkan oleh orang-orang Rukai di Taiwan. Ini adalah anggota dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Rukai terdiri dari enam dialek, yang Budai, Labuan, Maga, Mantauran, Tanan, dan Tona. Jumlah penutur dari enam dialek Rukai diperkirakan sekitar 10.000. Dan kebanyakan adalah monolingualis atau hanya berkemampuan berbicara dalam satu bahasa saja. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Rukai di pulau Formasi Taiwan? Seperti disebut di atas, bahasa Rukai dituturkan orang Rukai dalam beberapa dialek bahasa. Dialek bahasa Rukai Budai, Labuan, Maga, Mantauran, Tanan dan Tona. Lalu bagaimana sejarah bahasa Rukai di pulau Formasi Taiwan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982 sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Rukai di Pulau Formasi Taiwan; Dialek Bahasa Budai, Labuan, Maga, Mantauran, Tanan dan Tona
Untuk memahami bahasa-bahasa asli di Taiwan, cara yang paling dekat untuk memahaminya adalah dengan memhami pulau Singapura. Sebelum kehadiran pelaut Portugis yang memberi nama pulau Formosa, nama pulau disebut pulau Ta-ina-n yang kemudian disebut pulau Paiwan (lihat juga nanti nama pulau Ha-ina-n). Lalu sebelum pendatang dari daratan Tiongkok ada di pulau Formosa, pelaut-pelaut Belanda/VOC sudah membentuk koloni di pulau yang berkolaborasi dengan penduduk asli setempat.
Berdasarkan The Aboriginal Department of the Formosan Government-General suku asli di Formosa terdiri 7 tribes: Taiyal, Tsou Saiset, Bunun, Paiwan, Ami dan Yami (lihat Erin Asai, 1936). Namun secara linguistic lebih dari itu. (1) bahasa masih eksis: 1. Ataiyal, 2. Sedeq, 3. Saisiyat (Saiset, Saisirat), 4. Bunun, 5. Tsou, 6. Kanakanavu, 7. Saaroa, 8. Rukai, 9. Paiwan, 10. Puyuma, 11. Ami dan 12. Yami Botel Tobago. (b) setengah punah yang mana penutur bahasa bilingual yakni bahasa asli (komunitas/rumah) dan bahasa China (interaksi) terdiri: 1. Kavalan, 2. Pazeh, 3. Thao. (c) bahasa punah: 1. Ketagalan, 2. Taokas, 3. Papora, 4. Babuza (Favorlang menurut misionaris Belanda) 5. Siraya.
Pada masa ini Hainan adalah salah satu provinsi negara China, sedangkan Taiwan suatu negara di pulau Formasa diklaim negara China sebagai wilayahnya. Tentu saja akan sulit bagi China untuk mngklaim (negara pulau) Singapura. Nama-nama Hainan, Formosa/Paiwan/Taiwan adalah nama yang diberikan peluat-pelaut Eropa (bahkan nama China sendiri nama yang diberikan pelaut-pelaut Eropa).
Terhadap pulau-pulau tersebut diidentifikasi dalam peta-peta Eropa, sejak
era Portugis/Belanda. Kecuali nama Formosa (bahasa Portugis) nama Hainan dan Tainan/Paiwan/Taiwan
diidentifikasi pelaut Eropa berdasarkan bahasa setempat (sebutan penduduk asli orang
setempat). Lalu orang Tiongkok/China kemudian memberikan nama pada pulau-pulau
tersebut nama tersediri atau mengikuti nama yang sudah diidentifikasi pelaut
Eropa.
Bahasa Rukai dari kelompok populasi Rukai masih eksis. Seperti dikutip di atas, jumlah penutur bahasa Rukai pada masa ini sekitar belasan ribu jiwa. Lantas bagaimana terbentuknya bahasa Rukai. Suatu bahasa yang bukan merujuk ke daratan (Tiongkok) tetapi merujuk ke kepulauan (nusantara).
Bahasa-bahasa asli di pulau Formosa memiliki ragam antara satu dengan
yang lain. Ada kedekatan dengan dengan bahasa-bahasa asli di Filipina. Di
wilayah pulau Formosa semakin ke utara dan barat pulat semakin jauh
perbedaannya jika dibandingkan dengan bahasa Yami di pulau Orchid (yang lebih
dekat ke bahasa-bahasa asli di pulau Luzon). Namun ada sejumlah kosa kata
elementer yang mirip antara bahasa di selatan (nuusantara) dengan bahasa asli
di pulayu Formosa. Jika ibu dalam bahasa Yami di pulau Orchid adalah ina (yang
seragam dengan bahasa-bahasa asli di Filipina), ibu dalam bahasa Rukai adalah
nina. Ina ini di Sumatra ditemukan dalam bahasa Batak. Sebutan ina/nina ini tidak
ditemukan dalam bahasa-bahasa di Jepang maupun daratan Tiongkok.
Erin Asai dan desertasinya (1936), menyimpulkan secara fonologis, morfologis dan leksikal kelompok populasi dari nusantara (baca: Indonesia) yang berimigrasi ke Formosa yang terletak di ujung utara. Lalu bagaimana dengan Teori Out of Taiwan?
Pada masa ini di dalam berbagai literatur Indonesia tentang asal usul orang
nusantara (baca: Indonesia) ada yang bertoeri orang Indonesia berasal dari
Taiwan (Teori Out of Taiwan). Disebutkan mereka diperkirakan datang dari Taiwan
melalui Filipina sekitar tahun 4.500-3.000 SM. Kemudian sekitar tahun
3.500-2.000 SM, mereka melakukan migrasi ke Indonesia melalui Sulawesi dan
menyebar ke berbagai pelosok nusantara. Dari Sulawesi, alur persebaran terpecah
menjadi dua alur. Alur barat, yaitu ke Kalimantan terus ke Sumatera, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara Timur. Sedangkan alur timur bermula dari Sulawesi ke
Indonesia bagian timur. Para ahli sejarah mengatakan bahasa nenek moyang bangsa
Indonesia Melayu berasal dari Taiwan yang disebut yaitu Austronesia. Catatan: apa
yang mendasari teori itu belum begitu jelas. Apakah sudah mempertimbangkan
aspek linguistic? Fakta bahwa data linguistic pada masa ini adalah data paling
lengkap. Hal itu karena bahasa diwariskan. Perbandingkan antar bahasa-bahasa
tersebut akan membentuk garis berkesinambungan antara satu tempat ke tepat
lain.
Selain Teori Out of Taiwan juga ada Teori Out of Africa. Lantas apakah Teori Out of Africa lebih masuk akal jika dibandingkan Teori Out of Taiwan? Satu pendekatan dalam studi asal usul kelompok penduduk yang nyaris kurang disentuh adalah pendekatan geomorfologis.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Dialek Bahasa Budai, Labuan, Maga, Mantauran, Tanan dan Tona: Pulau Formosa Sebelum Kehadiran Portugis dan Sesudah Kehadiran Belanda
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar