Selasa, 26 Desember 2023

Sejarah Bahasa (199): Bahasa Moa di Pulau Moa Diantara Pulau Leti dan Pulau Lakor; Pulau Terluar dan Moa Island di Selat Torres


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Pulau Moa merupakan pulau di provinsi Maluku. Pulau ini masuk ke dalam wilayah kabupaten Maluku Barat Daya. Adapun jumlah populasinya menurut data 2016 mencapai 7.245 jiwa. Bahasa Moa terdapat di desa Moain, desa Tounwawan, desa Klis, dan desa Patti serta desa Kaiwatu kecamatan Moa kabupaten Maluku Barat Daya.


Bahasa Daerah Moa: Simbol Kekeluargaan dan Identitas yang Mengakar. Demianus Nahaklay. 10 November 2023. Kompasiana. Bahasa daerah adalah kekayaan budaya Indonesia yang patut dijaga. Bahasa daerah Moa, yang digunakan oleh masyarakat di Desa Moain, Tounwawan, Klis, Patti, Kaiwatu, Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, masih tetap dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi orang Moa, penggunaan bahasa daerah saat berinteraksi dengan sesama dianggap penting untuk memperkuat rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Mereka menganggap bahwa tidak menggunakan bahasa daerah saat bersua dengan sesama orang Moa, terutama bagi mereka yang telah lama merantau atau berpendidikan, dapat dianggap sombong dan tidak mencintai asal daerahnya. Oleh karena itu, disarankan agar dalam pertemuan dengan sesama orang Moa, kita menggunakan bahasa daerah Moa sebagai bentuk penghormatan dan untuk memperkuat ikatan kekeluargaan (https://www.kompasiana.com/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Moa di pulau Moa diapit pulau Leti dan pulau Lakor? Seperti disebut di atas bahasa Moa dituturkan di pulau Moa. Pulau-pulau terluar Indonesia dan Moa Island di Selat Torres (Australia). Lalu bagaimana sejarah bahasa Moa di pulau Moa diapit pulau Leti dan pulau Lakor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Moa di Pulau Moa Diapit Pulau Leti dan Pulau Lakor; Pulau-Pulau Terluar dan Moa Island di Selat Torres

Pulau Moa sudah lama dikenal. Lebih dikenal karena bagian dari jalur navigasi pelayaran. Hal itulah juga mengapa populasi penduduk di pulau Moa dijadikan sebagai wilayah misi. Pada tahun 1824 dua satu misionaris setelah menyelesaikan tugasnya di pulau Moa bersama teman Eropanya berangkat ke Makassar mengarungi laut Banda yang luas (lihat Berichten en brieven voorgelezen op de maandelijksche bedestonden van het Nederlandsch Zendeling-Genootschap, 1824).


Pulau Moa di masa lampau belum dianggap penting, hingga para misionaris menjadikannnya sebagai pulau yang penting. Sejak kehadiran orang Eropa, pelaut-pelaut Portugis melewati pulau ini dalam pelayaran dari pantai utara Jawa ke Maluku melalui pulau Solor dan Timor terus ke pulau Banda lalu ke Seram dan Ternate. Pelaut-pelaut Belanda juga mengikuti jalur navigasi pelayaran Portugis yang juga melalui pulau Moa.

Sejak tahun 1824 (Traktat London) wilayah Hindia Belanda telah sepenuhnya didefinisikan secara tegas (pertukaran Bengkoleoe dan Malaka). Wilayah batas Hindia Belanda ini termasuk soal perbatas Singapoera dan Borneo Inggris, Timor Portugis dan Papua Jerman. Wilayah yang didefinisikan itu tidak pernah berubah hingga masa kini yang menjadi wilayah Indonesia. Sejak Traktat London itu pula ahli-ahli Belanda, termasukan angkatan laut yang antara lain ahli etnografi, ahli geografi dan ahli bahasa. Pada tahun 1828 laporan ahli geografi diterbitkan (lihat De vriend des vaderlands; een tijdschrift toegewijd aan den roem en de welvaart van Nederland en in het byzonder aan de hulpbehoeftigen in hetzelve, 1828).


‘…Keesokan harinya komandan berangkat ke Moa, yang mana saya belum bepergian dengan anda, tetapi saya akan memberi tahu anda, menurutnya ucapan orang lain, berikan uraiannya. Moa adalah pulau yang sangat besar, ukurannya hampir persegi bentuknya, mempunyai tanjung di sisi barat, yang berjarak satu jam ke Lettie; Penyeberangan ini dilakukan dengan orang teluk yang datang di Negri Bobo. Dari sini anda harus melalui jalur darat bagi orang negri utama di pulau ini, karena letaknya yang terpencil dari dua orang negri ini lebih dari 3 jam, jalan mana yang dilalui seseorang…Di pulau Moa ini ada banyak sekali ternak bertanduk dan ternak lainnya; pohon asam jawa dan kajapoetie berlimpah; juga banyak obies, jagon, padi, dll. Orang negri utama disebut Toynama, dan sama seperti orang Papua…Di orang Negri ada pos jaga, yang menurut prasasti, pada masa VOC tertulis pada tahun 1734, di bawah pengawasan seorang kopral, dan bangunan ini terlihat masih sangat bagus sehingga orang akan mengatakan demikian berusia tidak lebih dari 20 tahun… Lettie dibagi menjadi lima negri, masing-masing memiliki beberapa kampung disekitarnya, dan Moa sebelas. Semua negri ini dikendalikan oleh Orang Kaija…’

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pulau-Pulau Terluar dan Moa Island di Selat Torres: Pelaut-Pelaut Pulau Moa Tempo Doeloe

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar