*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Kamberau (Bauana) dituturkan di kampung Bahumia, distrik
Kambrau, kabupaten Kaimana, provinsi Papua Barat. Wilayah tutur bahasa
Kamberau berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kamberau di timur, wilayah
tutur bahasa Irarutu di barat, wilayah tutur bahasa Gesira atau Ubia di utara. Bahasa
Kamberau (Bauana) berbeda dengan bahasa Irarutu, bahasa Irarutu Botuer, bahasa
Kaimana, dan bahasa Sabakor (Buruwai).
Kambrauw adalah sebuah distrik yang berada di kabupaten Kaimana, provinsi Papua Barat, Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tahun 2020, penduduk di daerah ini berjumlah 2.249 jiwa. Distrik Kambrauw terdiri desa-desa: Bahumia, Kooy, Rauna, Ubia, Sermuku, Waho, Wamesa dan Werafuta. Suku asli yang tinggal di kabupaten Kaimana adalah suku Kuripasai, Miereh, Maerasi, Irarutu, Koiway, Oburau, Madewana dan Kuri, serta ada juga suku pendatang dari luar wilayah, seperti Buton, Jawa, Bugis dan lainnya. Penduduk Kaimana memiliki keberagaman agama yang dianut. Persentasi penduduk menurut agama di daerah ini yakni Kristen 99,11%, dimana Protestan 81,77% dan Katolik 17,34% serta sebagian kecil lagi beragama Islam yakni 0,89%. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Kamberau di kampong Bahumia, distrik Kambrau? Seperti disebut di atas bahasa Kamberau di kampong Bahumia, distrik Kambrau. Pintu Gerbang Teluk Arguni di Kaimana. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kamberau di kampong Bahumia, distrik Kambrau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Kamberau di Kampong Bahumia, Distrik Kambrau; Pintu Gerbang Teluk Arguni di Kaimana
Di dalam teluk ada lagi teluk. Itulah Teluk Kamrau yang menjadi pintu masuk ke teluk yang lebih ke dalam Teluk Argoeni. Ke dalam teluk Kamrau bermuara sungai Ambwallar, sungai yang dapat dnavigasi ke wilayah barat Teluk Kamrau. Di wilayah inilah diduga kini menjadi wilayah bahasa Kamberau.
Dalam peta naviugasi tahun 1911 wilayah teluk dapat dinavigasi oleh kapal bertonasi berar. Salah satu kampong yang diidentifikasi di teluk adalah Namasan yang letaknya strategis tepat berada di depan teluk Kamrau. Sungai Ambwallar adalah sungai terbesar di wilayah teluk. Nama-nama lain di dalam teluk adalah Memawa (Maiwawa), Ombahnoes (Obio?) dan Irimawa. Di tengah teluk Kamrau terdapat pulau Sjirnoesoe yang mana pada masa ini di pulau dikenal kampong Wamesa.
Pada masa ini di wilayah Ombahnoes (Obio?) dan Irimawa terdapat kampong Bahomia, Nama Bahomia paling tidak sudah diinformasikan pada tahun 1928 (lihat Onze missiën in Oost- en West-Indië; tijdschrift der Indische Missie-Vereeniging, 1928). Disebutkan kapal perang Koetei mendekat ke kampong Bahomia.yang sebelumnya kapal telah ke sungai Irmawa. Dalam hal ini di Kawasan teluk terdapat dua sungai besar yakni Ambwallar dan Irmawa. Sungai ini tentu saja menjadi penting karena penghubung ke wilayah pedalaman di wilayah Kamrau.
Seperti kita lihat nanti di dua teluk bertetangga ini (teluk Kamrau dan teluk Argoeni) terdapat sejumlah kampong. Kampong Bahomia di wilayah teluk Kamrau memiliki populasi sebanyak 52 jiwa (lihat Mededelingen van de Dienst van Gezondheidszorg in Nederlands-Nieuw-Guinea, 1958). Sementara di kampong-kampong lainnya seperti di Sermoekoe sebanyak 77 jiwa dan Oebia sebanyak 88 jiwa. Perakmpongan yang penduduknya beragama Islam ada di kampong-kamping Kembala, Noesa Oelang dan Kilimala,
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pintu Gerbang Teluk Arguni di Kaimana: Pantai Utara dan Pantai Selatan Semenanjung Onin
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar