*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Sejarah di berbagai
wilayah (pulau) Sulawesi kurang lebih satu sama lain. Berawal dari penduduk
asli yang merupakan kehadiran pedagang-pedagang awal yang bercampur dengan
pendahulu terdahulu (negritos) yang penduduk asli ini disebut Alifurun. Dengan
terbentuknya kota-kota pantai yang dihuni penduduk pendatang berikut, penduduk
alifurun di pedalaman mulai membentuk kerajaan-kerajaan mulai dari wilayah
utara (Minahasa) hingga wilayah selatan (Makassar). Kerajaan pertama yang
diketahui adalah kerajaan pantai yang dikenal sebagai Kerajaan Luwu (di teluk
Luwu, kini disebut teluk Bone). Kerajaan Luwu yang semakin menguat, dalam
perkembangannya menjadi ancama bagi kerajaan-kerajaan kecil di pedalaman.
Kerajaan-kerajaan di pedalaman, masing-masing-masing populasinya
sedikit, sementara kerajaan pantai (seperti Luwu dan Makassar) populasinya
dengan cepat meningkat karena kehadiran pendatang terus terjadi (termasuk yang
didatangkan). Di wilayah pantai inilah awal terbentuknya penutur bahasa
Makassar dan bahasa Bugis, sementara di wilayah pedalaman antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya (kerajaan-kerajaan kecil) dengan bahasa sendiri-sendiri,
seperti Toraja, Enrekang, Sidenreng, Rappang dan Soppeng, Sehubungan dengan
perkembangan polirik di Makassar dengan terbentuknya federasi kerajaan Goa dan
kerajaan Tallo (Kerajaann Gowa), disebutkan kerajaan Bone sempat mengajak Wajo
dan Soppeng membentuk federasi, tidak hanya untuk mengimbangi Kerajaan Gowa
juga untuk mengimbangi kerajaan tua (Kerajaan Luwu). Llua terbentuknya federasi
tiga kerajaan Tellumpocco yang disebut perjanjian Timurung (1582). Pengaruh
Islam yang semakin menguat di Makassar (Kerajaan Gowa) menyebabkan siar Islam
masuk ke wilayah Soppeng dan Sidenreng (1609), Wajo (1610) dan Bone (1611).
Dalam fase Islamisasi inilah terbentuk federasi kerajaan di pedalaman yang
disebut wilayah adat raja-raja Adja Temparang yang kelak raja-raja yang diakui Pemerintah
Hindia Belanda adalah raja Sidenring, raja Sawitto, raja Soppa, raja Rappang
dan raja Alietta (wilayah adat ini kemudian dikenal sebagai Limae Ajattappareng),
Lantas
bagaimana sejarah Soppeng di pedalaman bagian selatan pulau Sulawesi? Seperti
disebut di atas kerajaan Soppeng adalah satu dari wilayah adat Limae Ajattappareng yang
sudah bergama Islam. Sementara di wilayah pedalaman terutama di batas
pegunungan Latimojong masih banyak kerajaan-kerajaan kecil yang masih tetap
dengan kepercayaan lama (pemujaan terhadap leluhur) seperti Toraja, Mamasa,
Makki, Seko dan sebagainya. Dalam konteks inilah sejarah Soppeng bermula.
Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.