Jumat, 30 Maret 2018

Sejarah Semarang (21): Oei Tjie Sien, Oei Tiong Ham Concern dan PT Rajawali Nusantara Indonesia; Riwayat Pabrik Gula


Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini

Oei Tiong Ham diriwayatkan sebagai konglomerat dari Semarang karena terkenal sebagai pengusaha di bidang perkebunan tebu dan pabrik gula. Ayahnya bernama Oei Tjie Sien telah merintis yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Oei Tiong Ham.

Landhuis Land Simongan (1900)
Kisah ayah-anak di Semarang ini (Oei Tjie Sien dan Oei Tiong Ham) serupa tapi tidak sama dengan dua konglomerat di Medan, dua bersaudara Tjong Jong Hian dan Tjong A Fie. Keluarga Oei di Semarang sangat berpengaruh, demikian juga keluarga Tjong di Medan. Pengaruh mereka tidak hanya diantara komunitas Tionghoa tetapi lebih jauh dapat mempengaruhi arah program pemerintah di era Nederlandsch Indie (Hindia Belanda). Satu peninggalan keluarga Tjong masih terawat baik di Medan tetapi peninggalan keluarga Oei di Semarang tampak terlantar.

Bagaimana Oei Tjie Sien memulai bisnis di Semarang dan bagaimana Oei Tiong Ham mengembangkan bisnis keluarga tentu saja menarik untuk diperhatikan. Artikel ini akan mendeksripsikan riwayat mereka berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe yang masih dapat ditelusuri. Mari kita lacak.

Kamis, 29 Maret 2018

Sejarah Semarang (20): Stasion Ambarawa Sejak 1873; Tempo Doeloe ‘Gagah Berani’, Masa Kini ‘Mati Segan Hidup Tak Hidup’


Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini

Ambarawa, pada masa ini adalah sebuah kota kecil di pegunungan yang nasuk wilayah Kabupaten Semarang. Pada masa lampau, sejak era VOC Ambarawa sebagai nama tempat sudah teridentifikasi sebagai persimpangan jalan. Secara perlahan, Ambarawa menjadi tempat penting pada era Pemerintah Hindia Belanda. Hal ini terutama karena Ambarawa telah menjadi pusat transaksi yang penting dalam transaksi ‘booming’ kopi. Ambarawa tidak hanya semakin aman dengan diperkuatnya benteng (dengan nama baru Fort Willem I) juga  semakin ramai dengan dibukanya moda transportasi kereta api ruas Kedong Djati-Ambarawa.     

Stasion Fort Willem I (1890)
Pada peta tahun 1724 (J. Van Braam dan Gerard onder de Linden) nama Ambarawa merupakan suatu pertenuan jalan dari Semarang terbagi dua, ke sebelah barat melalui barat gunung Oengaran dan ke sebelah timur melalui timur Oengaran. Pada peta 1695 (Isaac de Graaff) nama Ambarawa tidak terindentifikasi secara jelas. Akan tetapi nama Oengaran dalam peta ini sudah diidentifikasi secara jelas. Jalan dari Semarang melalui Oengaran ini menuju Soerakarta dan Mataram (baca: Djogjakarta). Pada peta 1739 (J. Hadden) gunung Oengaran yang sekarang disebut gunung Semarang.

Stasion kereta api Ambarawa selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873 bersamaan dengan selesainya pembangunan rel kereta api ruas Kedong Djati-Ambarawa. Sejak itu, kota Ambarawa tidak ada matinya. Kota yang sangat hidup karena tiga hal: pertahanan (benteng Fort Willem I); perdagangan ekspor (gudang kopi) dan pariwisata (semakin banyaknya wisatawan terutama dari kota Semarang yang datang).

Kamis, 22 Maret 2018

Sejarah Kota Depok (45): Teka Teki Siapa Margonda, Nama Jalan di Depok; Mangapa Riwayat Hidup Margonda Tidak Lengkap?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini

Jalan Margonda adalah jalan yang cukup panjang di Kota Depok. Jalan besar ini merupakan urat nadi kota. Margonda di Bogor disebut dalam sejarah sebagai pahlawan Depok. Karena itulah namanya ditabalkan sebagai nama jalan utama di Kota Depok. Namun di dalam sejarah Depok, sejarah Margonda hanya ditulis sangat singkat. Sesingkat penulisan namanya. Dari uraian yang ada hanya itu yang diulang-ulang oleh satu penulis dan oleh penulis lainnya.

Margonda (internet)
Nama Margonda adalah nama yang unik (unique) di Indonesia. Jarang orang Indonesia, bahkan tidak ada yang menggunakan Margonda sebagai nama diri. Namun kalau nama Margono cukup banyak. Artinya, nama Margonda tidak lazim di wilayah Bogor termasuk Depok. Jika tiga huruf pertama ‘Mar’ akan cukup banyak ditemukan nama diri di Sumatra Utara.

Lantas siapa sesungguhnya Margonda? Padahal nama Margonda adalah nama paling penting di Kota Depok pada masa ini. Mengapa riwayat pahlawan Depok ini hanya ditulis seadanya. Dengan kata lain: mengapa riwayat hidupnya tidak lengkap? Pertanyaan-pertanyaan ini bukannya mudah dijawab, bahkan sebaliknya justru menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru. Karena itulah sejarah Margonda tetap menarik. Mari kita telusuri.

Senin, 19 Maret 2018

Indonesia di Piala Dunia (2): Egy Maulana Vikri; Serangan Netizen ‘Gibol’ Indonesia Bantu FIFA Mengentaskan Anarkis & Rasis


*Lihat semua artikel Sejarah Indonesia di Piala Dunia di blog ini Klik Disini

Egy Maulana Vikri, pemain sepak bola muda Indonesia yang bermain di klub Lechia Gdansk menyebabkan kehebohan di Polandia. Kehadiran Egy Maulana Vikri, tidak hanya mengusik suporter sepak bola di Polandia, tetapi juga para pemain sepak bola Polandia di dalam negeri maupun di luar negeri. Suporter sepak bola Polandia menjadi tampak kekanak-kanakan. Mereka merasa hebat, dan menganggap Egy Maulana Vikri datang dari sepak bola dunia ketiga.

'Egy Effect' di Atmosfir Dunia Sepak Bola Eropa
Sikap anggap remeh ini, tidak hanya muncul dari suporter Lechia Gdansk, klub Egy Maulana Vikri, juga dari suporter yang menjadi lawan-lawan Lechia Gdansk. Yang tidak diduga sikap itu juga muncul dari mantan-mantan pemain dan pelatih klub tersebut. Tidak hanya itu, ternyata beberapa pemain sepak bola Polandia yang bermain di luar negeri juga terkesan meremehkan. Hanya petinggi klub Lechia Gdansk yang sadar perekrutan Egy Maulana Vikri sebagai keputusan yang tepat: keputusan teknis dan keputusan ekonomis.   

Egy Maulana Vikri sendiri adalah bagian dari dunia sepak bola modern di era milenial. Hal ini tampaknya kurang dipahami oleh para suporter Poandia. Ketika, mereka coba menyinggung perasaan suporter Indonesia, baru mereka paham atmosfir dunia sepak bola telah berubah. Hal ini berbeda dengan publik sepak bola di Prancis, yang lebih elegan. Bahkan orang Prancis sedari dulu justru ingin tahu Indonesia ketika pemain sepak bola Indonesia berlaga di Prancis pada Piala Dunia 1938.

Jumat, 16 Maret 2018

Sejarah Kota Padang (49): Asal Usul Semen di Padang; Pabrik Semen Tertua Indonesia, Sedari Dulu Telah Turut Membangun Negeri


Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini

PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Demikian tertulis dalam sejarah perusahaan PT Semen Padang. Pabrik ini hinggi kini masih bekerja dengan baik. Ini berarti pabrik semen di Padang sudah berumur lebih dari satu abad.

Bataviaasch nieuwsblad, 13-09-1924
Portland dan Padang sama pentingnya di pelabuhan Rotterdam pada tahun 1850an. Kapal-kapal besar dari Padang dan Portland bongkar muat di Rotterdam. Selain Padang, kapal-kapal yang berlabuh di Rotterdam adalah kapal-kapal dari Batavia, Soerabaja, Samarang, Tjilatjap dan Panaroekan. Kapal dari Padang umumnya di pelabuhan Rotterdam umumnya menurunkan komoditi utama kopi. Dalam perkembangannya, di Padang muncul perusahaan Batubara yang berpusat di Ombilin. Produksi perusahaan batubara di Ombilin ini telah menggeser dominasi produksi batu bara dari Inggris yang selama ini digunakan oleh maskapai-maskapai Belanda. Tidak hanya sampai disitu, perusahaan semen di Padang yang berpusat di Indaroeng juga dibangun. Ketergantungan semen Portland dari Inggris mulai teratasi dengan beroperasinya pabrik semen Padang di Indaroeng.

Bagaimana awal mula munculnya pabrik semen di Padang? Pertanyaan ini tentu menarik untuk ditelusuri. Masalah-masalah yang dihadapi oleh Belanda, baik di Negeri Belanda maupun di Hindia Belanda menjadi faktor penyebabnya. Lantas bagaiman kisahnya?. Mari kita telusuri.

Senin, 12 Maret 2018

Sejarah Kota Medan (63): Sejarah Sepak Bola MEDAN Lebih Tua dari Polandia; Lechia GDANSK, Klub Egy Maulana Vikri

*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini


Kota Gdansk di Polandia tiba-tiba menjadi populer di Indonesia. Hal ini karena pemain sepak bola asal Medan, Egy Maulana Vikri kini bermain bersama klub Lechia di Kota Gdansk. Kehadiran Egy Maulana Vikri di Gdansk membuat kita di Indonesia gembira, karena Egy Maulana Vikri satu-satunya pemain Indonesia yang berkiprah di Eropa. Namun di Kota Gdansk, kehadiran Egy Maulana Vikri masih terdapat pro-kontra. Tapi kelihatannya, suporter sepak bola di Kota Gdansk belum tahu sepak bola di Medan, asal Egy Maulana Vikri.

Bendera Indonesia dan Bendera Polandia
Sepak bola di Kota Medan bukanlah baru kemarin sore. Sepak bola di Kota Medan bahkan jauh lebih tua dari sepak bola di Kota Gdansk. Memang Kota Medan Indonesia jauh di ujung dunia (sebagaimana lazim diucapkan oleh orang Eropa yang nyinyir), tetapi untuk urusan soal sepak bola Kota Medan malah lebih dahulu memiliki klub jika dibandingkan Kota Gdansk, bahkan jauh lebih tua dari semua kota-kota di Polandia sekarang. Bagaimana ceritanya? Itu yang ingin kita perkenalkan. Kita perkenalkan sepak bola Kota Medan dan sepak bola Indonesia bagi publik dan suporter sepak bola di Polandia, khususnya di Kota Gdansk.

Klub sepak bola pertama di Kota Medan didirikan tahun 1900. Klub tersebut bernama Medan Sporting Club. Sementara klub pertama di Polandia bernama Lechia di Lwow (Lechia Lwow) didirikan pada tahun 1903. Pada tahun 1905 belum ada kompetisi di seluruh kota-kota di Polandia, tetapi di Kota Jakarta (baca: Batavia) sudah digulirkan kompetisi sepak bola pertama. Lechia Gdańsk sendiri, klub Egy Maulana Vikri baru didirikan pada tahun 1945. Bandingkan dengan hanya mengambil sampel: klub PSM Makassar didirikan tahun 1915, Persebaya Surabaya 1927 dan Persija Jakarta 1928