Kamis, 14 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (171): Arkeolog Generasi Pertama, Raden Panji Soejono van Modjokerto; Anggota Volksraad RP Soeroso

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Raden Pandji Soejono bukanlah orang biasa. Paling tidak Raden Pandji Soejono dikenal sebagai arkeolog Indonesia genrasi pertama. Raden Pandji Soejono lahir dii Mojokerto, dekat Trowulan, 27 November 1926. Sebagai ahli sejarah prasejarah, Raden Pandji Soejono bidangnya terkait dengan arkeologi. Raden Pandji Soejono memulai pendidikan tinggi di Universitas Indonesia dan memilih jurusan arkeologi. Dari minatnya yang kuat pada bidang arkeologi, dari situs arkeologi, Raden Pandji Soejono, dosen Universitas Indonesia ini akhirnya mencapai puncak karirnya sebagai Kepala Puslit Arkenas (Pusat Penelitian Arkeologi Nasionas) di Jakarta.

Raden Pandji Soejono bukanlah anak orang biasa. Ayahnya adalah Raden Pandji Soeroso, lahir di Porong 3 November 1893. Soeroso menempuh sekolah guru (kweekschool) di Probolinggi, lulus pada tahun 1916. Selama pendidikan, Soeroso bersama lima temannya pernah mengolok-olok gurunya di sekolah itu yang lalu diadukan ke polisi, ditangkap dan dikeluarkan dari sekolah (lihat De expres, 06-01-1913). Namun setelah mediasi Soeroso kembali diizinkan bersekolah hingga lulus. Sebagai guru RP Soeroso aktif sebagai anggota dan pengurus Sarikat Islam yang akhirnya membawanya menjadi anggota Volksraad tahun 1924. Pada masa pendudukan Jepang RP Soeroso menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.  Kini, nama Raden Pandji Soeroso dikenal sebagai salah satu Pahlawan Nasional.

Lantas bagaimana sejarah Raden Pandji Soejono, arkeolog generasi pertama van Modjokerto? Seperti disebut di atas, Raden Pandji Soejono bukanlah anak orang biasa, tetapi anak Raden Pandji Soeroso yang cukup terkenal pada era Hindia Belanda. Raden Pandji Soejono adalah cucu dari Raden Pandji Soejono (nama dan gelar yang sama). Lalu bagaimana sejarah keluarga hebat ini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (170): Arkeologi Indonesia dan Sejarahnya; Arkeolog Sejak Hindia Belanda hingga Republik Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya para sejarawan Indonesia, para arkeolog Indonesia juga perlu ditempatkan sebagai bagian dari penulisan sejarah Indonesia. Bidang sejarah dan bidang arkeologi sesungguhnya saling berarsiran. Dua bidang peminatan ini mulai berkembang di Indonesia pada era Hindia Belanda. Hal itu sehubungan dengan kebutuhan pemerintah (Hindia Belanda) tentang sejarah dan perihal kepurbakalaan di seluruh wilayah Hindia Belanda (baca: Indonesia). Dalam hal ini secara khusus bagaimana sejarah munculnya arkeolog pribumi.

Pada masa kini sudah cukup banyak arkeolog Indonesia. Mereka ini dapat dikatakan suksesi para arkeolog Belanda (pada era Hindia Belanda). Diantara para arkeolog Indonesia terdapat empat arkeolog yang memiliki reputasi internasional sebagaimana pernah diidentifikasi Thomson Reuters yang masuk dalam daftar The World's Most Influential Scientific Minds 2014. Para arkeolog tersebut adalah Rokus Awe Due, Jatmiko, E Wahyu Saptomo dan Thomas Sutikna. Semuanya berasal dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di Jakarta. Saptomo dihubungkan dengan penemuan Homo floresiensis (manusia kerdil dari Flores yang ditemukan di Liang Bua). Kekayaan situs arkeologi di Indonesia secara langsung atau tidak langsung telah melahirkan banyak arkeolog bereputasi internasional sejak era Hindia Belanda.

Lantas bagaimana sejarah para arkeolog di Indonesia? Seperti disebut di atas, kegiatan penyelidikan arkeologi di Indonesia sudah ada sejak era Hindia Belanda. Oleh karena itu arkeolog Indonesia yang dimaksud adalah para arkeolog yang bekerja dalam bidang arkeologi chapter Indonesia (Hindia Belanda). Tentu saja para arkeolog asli Indonesia tidak kalah dibanding dengan arkeolog asing. Bagaimana sejarahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 13 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (169): Sejarah BPCB - Balai Pelestarian Cagar Budaya; Era Hindia Belanda Oudheidkundige Dienst

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Untuk urusan kepurbakalaan pada masa ini dihubungkan dengan tugas dan fungsi suatu badan yang disebut Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Badan ini merupakan rangkaian panjang sejak era Hindia Belanda yang disebut Oudheidkundige Dienst. Lantas mengapa kini tidak disebut lagi secara spesifik kepurbakalan (Oudheidkundige) tetapi bergeser menjadi cagar budaya? Entahlah. Yang jelas bidang kepurbakalaan tetap menjadi bidang utamanya.

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang berada di daerah. Balai ini berada di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Kebudayaan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 tahun 2015 fungsi dari balai ini antara lain adalah: melaksanakan penyelamatan dan pengamanan cagar budaya dan yang diduga cagar budaya dan melaksanakan pemeliharaan cagar budaya dan yang diduga cagar budaya. BPCB ini di daerah berada di Banda Aceh (NAD dan Sumatra Utara); Batusangkar (Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau); Jambi (Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu); Serang (Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Lampung): Jawa Tengah di Klaten (Jawa Tengah); Yogyakarta (DIY); Jawa Timur di Trowulan, Mojokerto (Jawa Timur); Bali (Bali, NTB dan NTT); Makassar (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat); Gorontalo (Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah); Samarinda (Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah); Ternate (Papua Barat, Papua, Maluku dan Maluku Utara).

Lantas bagaimana sejarah dinas/balai kepurbakalaan Indonesia yang tempo doeloe disebut Oudheidkundige Dienst dan kini namanya Balai Pelestarian Cagar Budaya? Seperti disebut di atas, meski namanya telah berubah tetapi bidang perhatian utamanya tetap dalam urusan kepurbakalaan. Lalu bagaimana sejarahnya bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.