Jumat, 24 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (312): Pahlawan Nasional Ranggong Daeng Romo; Sejarah Negara Indonesia Timur (NIT) 1946-1950

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pahlawan Nasional Ranggong Daeng Romo sejaman dengan Pahlawan Nasional Robert Wolter Monginsidi. Perlawanan mereka terhadap Belanda/NICA terjadi pada era perang kemerdakaan di Makassar (1946-1949). Ranggong Daeng Romo tewas di medan perang; Robert Wolter Monginsidi meninggal setelah dieksekusi. Ranggong Daeng Romo adalah pahlawan Indonesia sejati di Makassar.

Ranggong Daeng Romo (lahir kampung Bone-Bone, Polongbangkeng, Sulawesi Selatan, 1915, wafat markas besar Lapris, Langgese, 27 Februari 1947) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ranggong sekolah dasar HIS dan Taman Siswa di Makassar. Ranggong bekerja sebagai pegawai sebuah perusahaan pembelian padi milik pemerintah penduduk militer Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Ranggong dinobatkan menjadi salah satu orang yang memprakarsai berdirinya organisasi perjuangan di Polombangkeng oleh Karaeng Pajonga Daeng Ngalle yaitu Gerakan Muda Bajeng (GMB). Sebelumnya, Ranggong sempat bergabung dengan barisan pemuda Seinendan dan diangkat menjadi pemimpin Seinendan di Bontokandatto. Pada Gerakan Muda Bajeng, Ranggong diangkat menjadi komandan barisan pertahanan untuk wilayah Moncokomba dan merangkap sebagai Kepala Wilayah Ko'Mara. Pada tanggal 2 April 1946, GMB berubah nama menjadi Laskar Lipan Bajeng. Tujuan dari Laskar Lipan Bajeng yaitu untuk menegakkan, membela, dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Laskar Lipan Bajeng, Ranggong diangkat sebagai pimpinan. Kemudian laskar-laskar yang ada di Sulawesi Selatan bergabung menjadi Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris) dan Ranggong diberi kepercayaan penuh untuk memimpin dan menjadi panglima. Pada tanggal 21 Februari 1946, Ranggong memimpin perang untuk pertama kalinya dengan kekuatan lebih kurang seratus pasukan menyerang pertahanan Belanda. Serangan tersebut dilakukan di sebelah Selatan Makassar. Dalam pertempuran tersebut, banyak tokoh Lapris yang meninggal dalam perang termasuk Ranggong yang terbunuh pada 27 Februari 1947. Jenazahnya kemudian dikebumikan di Bangkala. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Ranggong Daeng Romo? Seperti disebut di atas, Ranggong Daeng Romo berjuang sejaman dengan Robert Wolter Mongisidi. Mereka melakukan perlawanan terhadap  kehadiran kembali Belanda (NICA) pada periode 1946-1949. Lalu bagaimana sejarah Ranggong Daeng Romo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 23 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (311): Pahlawan Indonesia Ani Manoppo, Sarjana Hukum; Parada Harahap dan Abdoel Abbas Siregar

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ani Manoppo bukanlah wanita biasa. Ani Abbas Manoppo adalah wanita Indonesia pertama menjadi sarjana hukum di Rechthoogeschool Batavia. Parada Harahap bukan revolusioner biasa. Parada Harahap pimpinan surat kabar Bintang Timoer memimpin tujuh revolusioner Indonesia ke Jepang termasuk di dalamnya Drs Mohamad Hatta. Saat itu saudara Ani Manoppo yang studi di RHS Batavia adalah salah satu redaktur Bintang Timoer. Teman sekampus Ani adalah kerabat dari Parada Harahap bernama Abdoel Abbas Siregar. Ani Manoppo, wanita Indonesia pertama menjadi Sarjana Hukum di dalam negeri menginsipirasi Parada Harahap mengarahkan putri sulungnya Aida Dalkit Harahap studi hukum (lulus dari Universitas Indonesia, 1959).

Prof. Mr. Ani Abbas Manopo (4 Mei 1909 – ?) adalah wanita Indonesia pertama yang menerima gelar Sarjana Hukum (Meester in de Rechten). Dia menyelesaikan studinya di Rechtshoogeschool di Batavia. Dia pernah menjadi dekan fakultas hukum di Universitas Sumatra Utara dan Universitas Negeri Medan. Ani lahir di Langowan, Minahasa. Orang tua Ani adalah Wolter Manopo dan Anna Massie. Pada tahun 1915, ia masuk sekolah dasar HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Kemudian dari tahun 1923 hingga 1927, Ani sekolah MULO di Tondano (sekitar 20 Km dari Langowan). Ani melanjutkan studi di AMS Bandung. Di antara teman sekelas Manopo di sekolah ini adalah Mohammad Natsir dan Sutan Sjahrir. Pada tahun 1930, Manopo memulai studinya di RHS Batavia. Dia bertemu dan menikah dengan Abdul Abbas, yang juga studi di RHS. Ani lulus dari RHS pada tahun 1935 dan menjadi wanita Indonesia pertama yang menerima gelar Sarjana Hukum. Pada tahun 1945, suami Manopo diangkat menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Abbas menjadi wakil pemerintah Indonesia di Sumatra. Manopo mengikuti suaminya dalam perjalanan untuk mengumumkan proklamasi kemerdekaan di Sumatra sampai ke kota Medan, yang kemudian menjadi kota di mana mereka menetap. Selain menjadi advokat, Manopo ikut serta dalam pencetusan dan pembentukan fakultas hukum di Universitas Sumatera Utara. Dia kemudian menjadi dekan fakultas tersebut pada tahun 1955. Pada tahun 1957, ia ikut serta dalam pembentukan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di universitas yang sama. Ia juga menjadi dekan fakultas ini pada tahun 1957. Fakultas ini adalah cikal bakal Universitas Negeri Medan (Wikipedia).:

Lantas bagaimana sejarah pahlawan Indonesia Ani Manoppo? Seperti disebut di atas, Ani Manoppo bukanlah wanita biasa. Ani Manopo, wanita Indonesia pertama sarjana hukum di dalam negeri yang kemudian Ani Abbas Manoppo menjadi guru besar fakultas hukum Universitas Sumatra Utara. Suaminya Mr Abdoel Abbas Manoppo, anggota PPKI pernah menjadi ketua presidium Republik Indonesia di Tapanoeli 1949. Lalu bagaimana sejarah Ani Manoppo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (310): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta); Kolonel Ventje Sumual

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Perlawanan Republik Maluku Selatan (RMS) sejak 1950 terhadap Republik Indonesia Sarikat (RIS) berbeda dengan perlawanan PRRI (di Sumatra Tengah) sejak 1956 dan Permesta (di Sulawesi Utara) sejak 1957 terhadap pemerintah Republik Indonesia (RI). Permesta sebagai sebuah gerakan militer di Indonesia dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.

Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin militer dan sipil Indonesia bagian timur pada tanggal 2 Maret 1957. Pusat gerakan ini mulanya berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Namun perlahan-lahan dukungan di Sulawesi Selatan mulai hilang sehingga pada 1957 markas Permesta dipindahkan ke Manado di Sulawesi Utara. Di sini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata pada tahun 1961. Pemberontakan PRRI di barat dan Permesta di timur menumbuhkan berbagai macam alasan. Utamanya bahwa kelompok etnis tertentu di Sulawesi dan Sumatra Tengah waktu itu merasa bahwa kebijakan pemerintahan dari Jakarta stagnan pada pemenuhan ekonomi lokal mereka saja, dimana dalam gilirannya membatasi setiap kesempatan bagi pengembangan daerah regional lainnya. Juga ada rasa kebencian terhadap kelompok suku Jawa, yang merupakan suku dengan jumlah terbanyak dan berpengaruh dalam negara kesatuan Indonesia yang baru saja terbentuk. Ketidakseimbangan terjadi karena ajang politik Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain. Efeknya konflik ini sedikit menyoal pikiran tentang pemisahan diri dari negara Indonesia, tetapi lebih menitikberatkan tentang pembagian kekuatan politik dan ekonomi yang lebih adil di Indonesia.(Wikipedia).:

Lantas bagaimana sejarah Permesta? Seperti disebut di atas, Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) sebuah gerakan militer di Indonesia, gerakan yang dideklarasikan tanggal 2 Maret 1957 yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual. Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 22 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (309): Pahlawan Nasional Robert Wolter Mongisidi; Sejarah Negara Indonesia Timur (NIT) 1946-1950

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Robert Wolter Mongisidi adalah pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan menjadi Pahlawan Nasional. Ketika banyak pemimpin lokal bergabung dengan kehadiran Belanda (NICA) dan terbentuk Negara Indonesia Timur (NIT), Robert Wolter Monginsidi termasuk salah satu yang kuat menentangnya. Perlawanannya harus dibayar mahal, Robert Wolter Monginsidi dieksekusi oleh KNIL pada tanggal 5 September 1949.

Robert Wolter Mongisidi atau sering salah ditulis sebagai Robert Wolter Monginsidi (14 Februari 1925 – 5 September 1949) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia. Robert dilahirkan di Malalayang (sekarang bagian dari Manado), anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa. Dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar berbahasa Belanda Hollands Inlandsche School atau (HIS) kemudian dilanjutkan sekolah menengah MULO di Frater Don Bosco di Menado. Mongisidi lalu dididik sebagai guru Bahasa Jepang pada sebuah sekolah di Tomohon. Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, Minahasa, dan Luwuk, sebelum ke Makassar, Celebes. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan saat Mongisidi berada di Makassar. Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia. Mongisidi yang tidak menerima kedatangan Belanda, menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar. Pada tanggal 17 Juli 1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS). Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949. Makamnya kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar pada 10 November 1950  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Robert Wolter Monginsidi? Seperti disebut di atas, Robert Wolter Mongisidi adalah salah satu pejuang Indonesia yang menentang kehadiran Belanda (NICA) pada periode 1946-1949. Lalu bagaimana sejarah Robert Wolter Mongisidi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.