Kamis, 23 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (311): Pahlawan Indonesia Ani Manoppo, Sarjana Hukum; Parada Harahap dan Abdoel Abbas Siregar

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ani Manoppo bukanlah wanita biasa. Ani Abbas Manoppo adalah wanita Indonesia pertama menjadi sarjana hukum di Rechthoogeschool Batavia. Parada Harahap bukan revolusioner biasa. Parada Harahap pimpinan surat kabar Bintang Timoer memimpin tujuh revolusioner Indonesia ke Jepang termasuk di dalamnya Drs Mohamad Hatta. Saat itu saudara Ani Manoppo yang studi di RHS Batavia adalah salah satu redaktur Bintang Timoer. Teman sekampus Ani adalah kerabat dari Parada Harahap bernama Abdoel Abbas Siregar. Ani Manoppo, wanita Indonesia pertama menjadi Sarjana Hukum di dalam negeri menginsipirasi Parada Harahap mengarahkan putri sulungnya Aida Dalkit Harahap studi hukum (lulus dari Universitas Indonesia, 1959).

Prof. Mr. Ani Abbas Manopo (4 Mei 1909 – ?) adalah wanita Indonesia pertama yang menerima gelar Sarjana Hukum (Meester in de Rechten). Dia menyelesaikan studinya di Rechtshoogeschool di Batavia. Dia pernah menjadi dekan fakultas hukum di Universitas Sumatra Utara dan Universitas Negeri Medan. Ani lahir di Langowan, Minahasa. Orang tua Ani adalah Wolter Manopo dan Anna Massie. Pada tahun 1915, ia masuk sekolah dasar HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Kemudian dari tahun 1923 hingga 1927, Ani sekolah MULO di Tondano (sekitar 20 Km dari Langowan). Ani melanjutkan studi di AMS Bandung. Di antara teman sekelas Manopo di sekolah ini adalah Mohammad Natsir dan Sutan Sjahrir. Pada tahun 1930, Manopo memulai studinya di RHS Batavia. Dia bertemu dan menikah dengan Abdul Abbas, yang juga studi di RHS. Ani lulus dari RHS pada tahun 1935 dan menjadi wanita Indonesia pertama yang menerima gelar Sarjana Hukum. Pada tahun 1945, suami Manopo diangkat menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Abbas menjadi wakil pemerintah Indonesia di Sumatra. Manopo mengikuti suaminya dalam perjalanan untuk mengumumkan proklamasi kemerdekaan di Sumatra sampai ke kota Medan, yang kemudian menjadi kota di mana mereka menetap. Selain menjadi advokat, Manopo ikut serta dalam pencetusan dan pembentukan fakultas hukum di Universitas Sumatera Utara. Dia kemudian menjadi dekan fakultas tersebut pada tahun 1955. Pada tahun 1957, ia ikut serta dalam pembentukan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di universitas yang sama. Ia juga menjadi dekan fakultas ini pada tahun 1957. Fakultas ini adalah cikal bakal Universitas Negeri Medan (Wikipedia).:

Lantas bagaimana sejarah pahlawan Indonesia Ani Manoppo? Seperti disebut di atas, Ani Manoppo bukanlah wanita biasa. Ani Manopo, wanita Indonesia pertama sarjana hukum di dalam negeri yang kemudian Ani Abbas Manoppo menjadi guru besar fakultas hukum Universitas Sumatra Utara. Suaminya Mr Abdoel Abbas Manoppo, anggota PPKI pernah menjadi ketua presidium Republik Indonesia di Tapanoeli 1949. Lalu bagaimana sejarah Ani Manoppo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (310): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta); Kolonel Ventje Sumual

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Perlawanan Republik Maluku Selatan (RMS) sejak 1950 terhadap Republik Indonesia Sarikat (RIS) berbeda dengan perlawanan PRRI (di Sumatra Tengah) sejak 1956 dan Permesta (di Sulawesi Utara) sejak 1957 terhadap pemerintah Republik Indonesia (RI). Permesta sebagai sebuah gerakan militer di Indonesia dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.

Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin militer dan sipil Indonesia bagian timur pada tanggal 2 Maret 1957. Pusat gerakan ini mulanya berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Namun perlahan-lahan dukungan di Sulawesi Selatan mulai hilang sehingga pada 1957 markas Permesta dipindahkan ke Manado di Sulawesi Utara. Di sini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata pada tahun 1961. Pemberontakan PRRI di barat dan Permesta di timur menumbuhkan berbagai macam alasan. Utamanya bahwa kelompok etnis tertentu di Sulawesi dan Sumatra Tengah waktu itu merasa bahwa kebijakan pemerintahan dari Jakarta stagnan pada pemenuhan ekonomi lokal mereka saja, dimana dalam gilirannya membatasi setiap kesempatan bagi pengembangan daerah regional lainnya. Juga ada rasa kebencian terhadap kelompok suku Jawa, yang merupakan suku dengan jumlah terbanyak dan berpengaruh dalam negara kesatuan Indonesia yang baru saja terbentuk. Ketidakseimbangan terjadi karena ajang politik Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain. Efeknya konflik ini sedikit menyoal pikiran tentang pemisahan diri dari negara Indonesia, tetapi lebih menitikberatkan tentang pembagian kekuatan politik dan ekonomi yang lebih adil di Indonesia.(Wikipedia).:

Lantas bagaimana sejarah Permesta? Seperti disebut di atas, Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) sebuah gerakan militer di Indonesia, gerakan yang dideklarasikan tanggal 2 Maret 1957 yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual. Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 22 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (309): Pahlawan Nasional Robert Wolter Mongisidi; Sejarah Negara Indonesia Timur (NIT) 1946-1950

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Robert Wolter Mongisidi adalah pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan menjadi Pahlawan Nasional. Ketika banyak pemimpin lokal bergabung dengan kehadiran Belanda (NICA) dan terbentuk Negara Indonesia Timur (NIT), Robert Wolter Monginsidi termasuk salah satu yang kuat menentangnya. Perlawanannya harus dibayar mahal, Robert Wolter Monginsidi dieksekusi oleh KNIL pada tanggal 5 September 1949.

Robert Wolter Mongisidi atau sering salah ditulis sebagai Robert Wolter Monginsidi (14 Februari 1925 – 5 September 1949) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia. Robert dilahirkan di Malalayang (sekarang bagian dari Manado), anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa. Dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar berbahasa Belanda Hollands Inlandsche School atau (HIS) kemudian dilanjutkan sekolah menengah MULO di Frater Don Bosco di Menado. Mongisidi lalu dididik sebagai guru Bahasa Jepang pada sebuah sekolah di Tomohon. Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, Minahasa, dan Luwuk, sebelum ke Makassar, Celebes. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan saat Mongisidi berada di Makassar. Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia. Mongisidi yang tidak menerima kedatangan Belanda, menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar. Pada tanggal 17 Juli 1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS). Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949. Makamnya kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar pada 10 November 1950  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Robert Wolter Monginsidi? Seperti disebut di atas, Robert Wolter Mongisidi adalah salah satu pejuang Indonesia yang menentang kehadiran Belanda (NICA) pada periode 1946-1949. Lalu bagaimana sejarah Robert Wolter Mongisidi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (308): Pahlawan Nasional LN Palar, Sang Diplomat; Sejarah SDAP Partij di Indonesia dan Belanda-NIP

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

LN Palar adalah seorang pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. LB Palar tidak terlalu dikenal luas seperti Ratulangi dan Maramis. Hal itu boleh jadi karena sejarah LN Palar sendiri kurang terinformasikan. Sebagai Pahlawan Nasional, tentu saja penulisan sejarah LN Palar masih diperlukan.

Lambertus Nicodemus Palar (5 Juni 1900 – 13 Februari 1981). menjabat sebagai diplomat (dubes) termasuk sebagai perwakilan Indonesia PBB. Ayah Gerrit Palar, penilik sekolah dan ibu Jacoba Lumanauw. Palar telah dianugrahi gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 8 November 2013. Palar masuk sekolah MULO di Tondano, kemudian AMS B di Yogyakarta. Di AMS B Yogyakarta menjadi anggota organisasi pemuda Jong Minahasa. Pada tahun 1922, Palar `meneruskan ke THS te Bandoeng namun sekitar satu tahun. karena sakit, Palar menghentikan kuliahnya dan kembali ke Minahasa. Palar bekerja di KPM. Pada tahun 1924 Palar kembali kuliah (di Rechtshoogeschool te Batavia). Pada tahun 1928, Palar pindah ke Belanda. Pada tahun 1930, Palar menjadi anggota Sociaal-Democratische Arbeiders Partij (SDAP). Palar menjabat sebagai sekretaris Komisi Kolonial SDAP dan Nederlands Verbond van Vakverenigingen (NVV) mulai Oktober 1933. Dia juga adalah direktur Persbureau Indonesia di Belanda. Pada tahun 1938, Palar sempat pulang ke tanah air bersama isterinya, Johanna Petronella Volmers yang dinikahi pada tanggal 26 Juni 1935. Selama pendudukan Jerman di Belanda Palar bekerja di laboratorium Van der Waals dan juga bekerja sebagai guru bahasa Melayu dan sebagai gitaris orkestra keroncong. Sementara perang, Palar dan istrinya tergabung dalam gerakan bawah tanah anti-Nazi. Setelah perang, Palar terpilih menjadi anggota Tweede Kamer dari partai Partij van de Arbeid (PvdA), sebuah partai baru yang bermula dari SDAP. Palar kemudian mengundurkan diri sebagai anggota parlemen dan anggota PvdA. Palar bergabung dengan usaha pengakuan internasional kemerdekaan Indonesia dengan menjadi Wakil Indonesia di PBB pada tahun 1947. Posisi ini dijabatnya sampai tahun 1953 (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah LN Palar? Seperti disebut di atas, LN Palar dapat dikatakan salah aktivis SDAP baik di Hindia Belanda (baca: Indonesia) maupun di Belanda. LN Palar pernah menjadi perwakilan pemerintah Indonesia di New York. Lalu bagaimana sejarah LN Palar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.