Sabtu, 25 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (314): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Makassar Lintasan Sejarah; Siapa Tokoh Sulawesi Selatan?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah agung Sulawesi (bagian selatan) sejak era VOC dan sejak awal Pemerintah Hindia Belanda seakan hilang di telan zaman baru pada era pergerakan kebangkitan bangsa terutama di Jawa khususnya di Batavia. Tak ada lagi gambaran tentang Soeltan Hasanoedin dan Aroe Palakka di Batavia pada zaman baru ini. Apakah tidak ada? Atau, ada tetapi tidak terinformasikan? Lalu mengapa gambaran itu baru muncul secara jelas pada era perang kemerdekaan seperti tokoh Ranggong Daeng Romo dan Andi Abdoel Azis. 

Dalam lintasan sejarah, pulau Sulawesi, khususnya di wilayah selatan yang berpusat di Makassar bukanlah ruang kosong, tetapi dipenuhi oleh para militan yang selalu menyulitkan pihak asing terutama sejak era VOC hingga awal Pemerintah Hindia Belanda. Sejak terbunuhnya Gubernur Kolonel Alexander van der Hart, secara sistematis bentuk-bentuk perlawanan di Sulawesi bagian selatan seakan dimatikan dan tidak ada lagi yang tersisa. Namun yang menjadi menarik perhatian, mangapa hukum kekebalan energi tidak terjadi pada generasi muda Sulawesi Selatan. Padahal hukum kekebalan energi itu terlihat jelas diantara orang muda berasal dari Tapanuli. Akhirnya kita lebih mengenal dalam sejarah antara generasi Soeltan Hasanoedin dan Aroe Palaka di latar belakang dan generasi BJ Habibi dan Mohamad Jusuf di latar depan. Ada  mata rantai yang terputus. Mata rantai yang terputus terkesan minim pada era kebangkitan bangsa dan era pergerakan perjuangan kemerdekaan.

Lantas bagaimana sejarah lintasan sejarah di wilayah Sulawesi Selatan, khususnya pada era kebangkitan bangsa dan era pergerakan perjuangan kemerdekaan? Seperti disebut di atas, munculnya tokoh Ranggong Daeng Romo dan Andi Azis menyebabkan kita harus memutar jarum jam kembali ke awal. Lantas siapa tokoh generasi muda dari Sulawesi Selatan pada era kebangkitan bangsa dan era pergerakan perjuangan kemerdekaan? Tentulah mata rantai yang terkesan kurang terinformasikan itu menarik untuk diperhatikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 24 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (313): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Andi Azis; Belanda Mengakui Kedaulatan Indonesia 27-12-1949

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah Indonesia banyak individu baik sipil maupun piliter mengalami pasang surut, termasuk yang dialami oleh pemuda Andi Azis. Banyak yang memulai karir militer seperti KNIL (Belanda) dan Peta (Jepang). Namun perjalanan karir militer Andi Azis harus berakhir di kampongnya sendiri di Makassar. Pasalnya memberontak pada institusinya sendiri, APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Apakah Andi Azis, pahlawan Belanda?

Andi Abdul Azis (19 September 1924 – 11 Januari 1984) adalah seorang tentara semopat masuk TNI. Andi Azis seorang Bugis di Sulawesi Selatan, pada tahun 1930-an dibawa seorang pensiunan Asisten Residen ke Belanda dan tahun 1935 memasuki Leger School, tamat tahun 1938 lalu meneruskan ke Lyceum sampai tahun 1944. Andi Azis masuk Koninklijk Leger dan berada di pihak Belanda pada masa pendudukan militer Jerman (Nazi). Andi Azis kemudian pindah ke Inggris dan mengikuti pelatihan pasukan komando. Pada tahun 1945 mengikuti skolah calon Bintara di Inggris dan menjadi sersan kadet yang kemudian dikirim ke Colombo dan Calcutta dengan pangkat Sersan. Setelah Jepang menyerah Andi Azis sebagai komandan regu dikirim ke Jawa mendarat di Djakarta tanggal 19 Januari 1946 dan ditempatkan di Cilincing. Pada tahun 1947 mendapat kesempatan cuti panjang ke Makassar dan mengakhiri dinas militer tetapi kemudian kembali lagi ke Djakarta masuk kepolisian tetapi pertengahan 1947 dipanggil lagi masuk KNIL dan diberi pangkat Letnan Dua yang selanjutnya menjadi Ajudan Senior, Sukowati (Presiden NIT). Pada tahun 1948 Andi Azis dikirim lagi ke Makassar dan diangkat sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dengan 125 orang anak buahnya (KNIL) dan kemudian masuk TNI. Dalam susunan TNI (APRIS) dinaikkan pangkatnya menjadi kapten dan tetap memegang kompinya tanpa banyak mengalami perubahan. Pasukan Andi Azis akhirnya ikut memberontak di dalam tubuh APRIS di Makassar selama bulan April sampai Agustus 1950. Andi Aziz dalam sidang militer tahun 1953, saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak meringankan yang akhirnya dihukum penjara 14 tahun (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Andi Azis? Seperti disebut di atas, Andi Azis memulai karir di militer yang bermula di Belanda yang kemudian situasi dan kondisi membawanya kembali ke kampong halaman di Makassar, Apa yang membuat karirnya harus berhenti di Makassar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (312): Pahlawan Nasional Ranggong Daeng Romo; Sejarah Negara Indonesia Timur (NIT) 1946-1950

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pahlawan Nasional Ranggong Daeng Romo sejaman dengan Pahlawan Nasional Robert Wolter Monginsidi. Perlawanan mereka terhadap Belanda/NICA terjadi pada era perang kemerdakaan di Makassar (1946-1949). Ranggong Daeng Romo tewas di medan perang; Robert Wolter Monginsidi meninggal setelah dieksekusi. Ranggong Daeng Romo adalah pahlawan Indonesia sejati di Makassar.

Ranggong Daeng Romo (lahir kampung Bone-Bone, Polongbangkeng, Sulawesi Selatan, 1915, wafat markas besar Lapris, Langgese, 27 Februari 1947) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ranggong sekolah dasar HIS dan Taman Siswa di Makassar. Ranggong bekerja sebagai pegawai sebuah perusahaan pembelian padi milik pemerintah penduduk militer Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Ranggong dinobatkan menjadi salah satu orang yang memprakarsai berdirinya organisasi perjuangan di Polombangkeng oleh Karaeng Pajonga Daeng Ngalle yaitu Gerakan Muda Bajeng (GMB). Sebelumnya, Ranggong sempat bergabung dengan barisan pemuda Seinendan dan diangkat menjadi pemimpin Seinendan di Bontokandatto. Pada Gerakan Muda Bajeng, Ranggong diangkat menjadi komandan barisan pertahanan untuk wilayah Moncokomba dan merangkap sebagai Kepala Wilayah Ko'Mara. Pada tanggal 2 April 1946, GMB berubah nama menjadi Laskar Lipan Bajeng. Tujuan dari Laskar Lipan Bajeng yaitu untuk menegakkan, membela, dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Laskar Lipan Bajeng, Ranggong diangkat sebagai pimpinan. Kemudian laskar-laskar yang ada di Sulawesi Selatan bergabung menjadi Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris) dan Ranggong diberi kepercayaan penuh untuk memimpin dan menjadi panglima. Pada tanggal 21 Februari 1946, Ranggong memimpin perang untuk pertama kalinya dengan kekuatan lebih kurang seratus pasukan menyerang pertahanan Belanda. Serangan tersebut dilakukan di sebelah Selatan Makassar. Dalam pertempuran tersebut, banyak tokoh Lapris yang meninggal dalam perang termasuk Ranggong yang terbunuh pada 27 Februari 1947. Jenazahnya kemudian dikebumikan di Bangkala. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Ranggong Daeng Romo? Seperti disebut di atas, Ranggong Daeng Romo berjuang sejaman dengan Robert Wolter Mongisidi. Mereka melakukan perlawanan terhadap  kehadiran kembali Belanda (NICA) pada periode 1946-1949. Lalu bagaimana sejarah Ranggong Daeng Romo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 23 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (311): Pahlawan Indonesia Ani Manoppo, Sarjana Hukum; Parada Harahap dan Abdoel Abbas Siregar

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ani Manoppo bukanlah wanita biasa. Ani Abbas Manoppo adalah wanita Indonesia pertama menjadi sarjana hukum di Rechthoogeschool Batavia. Parada Harahap bukan revolusioner biasa. Parada Harahap pimpinan surat kabar Bintang Timoer memimpin tujuh revolusioner Indonesia ke Jepang termasuk di dalamnya Drs Mohamad Hatta. Saat itu saudara Ani Manoppo yang studi di RHS Batavia adalah salah satu redaktur Bintang Timoer. Teman sekampus Ani adalah kerabat dari Parada Harahap bernama Abdoel Abbas Siregar. Ani Manoppo, wanita Indonesia pertama menjadi Sarjana Hukum di dalam negeri menginsipirasi Parada Harahap mengarahkan putri sulungnya Aida Dalkit Harahap studi hukum (lulus dari Universitas Indonesia, 1959).

Prof. Mr. Ani Abbas Manopo (4 Mei 1909 – ?) adalah wanita Indonesia pertama yang menerima gelar Sarjana Hukum (Meester in de Rechten). Dia menyelesaikan studinya di Rechtshoogeschool di Batavia. Dia pernah menjadi dekan fakultas hukum di Universitas Sumatra Utara dan Universitas Negeri Medan. Ani lahir di Langowan, Minahasa. Orang tua Ani adalah Wolter Manopo dan Anna Massie. Pada tahun 1915, ia masuk sekolah dasar HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Kemudian dari tahun 1923 hingga 1927, Ani sekolah MULO di Tondano (sekitar 20 Km dari Langowan). Ani melanjutkan studi di AMS Bandung. Di antara teman sekelas Manopo di sekolah ini adalah Mohammad Natsir dan Sutan Sjahrir. Pada tahun 1930, Manopo memulai studinya di RHS Batavia. Dia bertemu dan menikah dengan Abdul Abbas, yang juga studi di RHS. Ani lulus dari RHS pada tahun 1935 dan menjadi wanita Indonesia pertama yang menerima gelar Sarjana Hukum. Pada tahun 1945, suami Manopo diangkat menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Abbas menjadi wakil pemerintah Indonesia di Sumatra. Manopo mengikuti suaminya dalam perjalanan untuk mengumumkan proklamasi kemerdekaan di Sumatra sampai ke kota Medan, yang kemudian menjadi kota di mana mereka menetap. Selain menjadi advokat, Manopo ikut serta dalam pencetusan dan pembentukan fakultas hukum di Universitas Sumatera Utara. Dia kemudian menjadi dekan fakultas tersebut pada tahun 1955. Pada tahun 1957, ia ikut serta dalam pembentukan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di universitas yang sama. Ia juga menjadi dekan fakultas ini pada tahun 1957. Fakultas ini adalah cikal bakal Universitas Negeri Medan (Wikipedia).:

Lantas bagaimana sejarah pahlawan Indonesia Ani Manoppo? Seperti disebut di atas, Ani Manoppo bukanlah wanita biasa. Ani Manopo, wanita Indonesia pertama sarjana hukum di dalam negeri yang kemudian Ani Abbas Manoppo menjadi guru besar fakultas hukum Universitas Sumatra Utara. Suaminya Mr Abdoel Abbas Manoppo, anggota PPKI pernah menjadi ketua presidium Republik Indonesia di Tapanoeli 1949. Lalu bagaimana sejarah Ani Manoppo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.