Jumat, 02 Desember 2022

Sejarah Madura (12): Perang Jawa, Situasi dan Kondisi di Pulau Madura; Peta Wilayah Menentang Otoritas Pemerintah Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Dalam sejarah Indonesia pada era Pemerintah Hindia Belanda, dalam hal urusan perang (antara orang asing Belanda dan orang pribumi) tidak dapat dinilai soal benar atau salah. Sebab perang juga terjadi diantara pribumi yang juga tidak dapat dinilai seal baik atau buruk. Bagi orang Belanda perang adalah cara meratakan jalan untuk kedamaian dan ketenteraman, tetapi bagi sebagian pribumi bahwa perang terhadap pribumi yang lain adalah upaya untuk mendapatkan kebebasan dan harga diri. Oleh karena itu perang tempo doeloe tidak dapat dinilai soal benar atau baik.   


Perang Jawa dari tahun 1741 hingga 1743 (Perang Jawa I) adalah konflik bersenjata antara gabungan tentara Tionghoa dengan Jawa melawan VOC/Belanda di Jawa tengah dan timur. Orang Tionghoa yang selamat melarikan diri dalam tragadi 1740 ke Semarang. Seiring perkembangan situasi, Sunan Mataram Pakubuwono II memilih mendukung para pemberontak Tionghoa sambil berpura-pura membantu Belanda. Setelah korban pertama berjatuhan pada 1 Februari 1741 di Pati, para pemberontak Tionghoa menyebar ke seluruh Jawa bagian tengah. Sesudah merebut Rembang, Tanjung, dan Jepara, tentara gabungan Tionghoa dan Jawa mengepung Semarang pada Juni 1741. Pangeran Cakraningrat IV dari Madura menawarkan bantuan kepada Belanda, dan dari Madura ke arah barat ia membantai semua orang Tionghoa dan memadamkan pemberontakan di Jawa bagian timur. Begitu Belanda berhasil merebut kembali semua kota di pantai utara Jawa, para pemberontak menyerang ibu kota Pakubuwono II di Kartosuro, sehingga dia terpaksa melarikan diri bersama keluarganya. Cakraningrat IV merebut kembali kota tersebut pada Desember 1742. Setelah perang ini berakhir, Belanda semakin menancapkan kekuasaannya di Jawa melalui perjanjian dengan Pakubuwono II. Perang Jawa II juga disebut Perang Diponegoro berlangsung selama lima tahun (1825-1830) di Jawa bagian Tengah. Perang ini melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Hendrik Merkus de Kock yang berusaha meredam perlawanan penduduk Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah perang Jawa, situasi dan kondisi di Pulau Madura? Seperti disebut di atas, di berbagai wilayah di Hindia terjadi penentangan terhadap otoritas Pemerintah Hindia Belanda. Tentu saja ada bagian penduduk yang mendukung Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah perang Jawa, situasi dan kondisi di Pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (11): Pemerintahan di Pulau Madura; Sejak Era VOC, Masa Pendudukan Inggris hingga Pemerintah Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah pemerintahan di pulau Madura, bukan baru, tetapi memiliki sejarah yang lama, bahkan sejak era Singhasari/Madjapahit. Namun sejarah baru di pulau Madura dimulai pada era Pemerintahan VOC/Belanda. Pada awal terbentuknya Pemerintah Hindia Belanda, Inggris sempat menyerang Madura pada tahun 1811. Pada tahun 1824 para pemimpin local di pulau Madura berikrar untuk membantu Pemerintah Hindia Belanda dalam berbagai perang. Sejak itu situasi dan kondisi pemerintahan di (pulau) Madura berada pada tahap lebih lanjut yang mengubah sejarah pemerintahan di pulau Madura. 


Perjalanan sejarah Madura dimulai dari perjalanan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura pada abad 13, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, tanggal 31 Oktober 1269. Dalam kitab Nagarakertagama terutama pada tembang 15, mengatakan bahwa Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan bahwa pada tahun 1365an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep, merupakan keraton pertama di Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, tari Gambuh dan tari Satria. Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pemerintahan di pulau Madura? Seperti disebut di atas sejarah Madura adalah sejarah yang jauh sejak masa lampau. Dalam hal ini rezim pemerintahan berubah sejak era VOC, kemudian pada era Pendudukan Inggris hingga Pemerintah Hindia Belanda. Tidak sampai disitu juga masih berlanjut pada era RIS dan NKRI. Lalu bagaimana sejarah pemerintahan di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 01 Desember 2022

Sejarah Madura (10): Pamekasan di Tengah P. Madura; Riwayat Doeloe Narasi Sejarah Masa Kini; Pantai Utara vs Pantai Selatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini

Ada adagium pada era Pemerintah Hindia Belanda: Maluku masa lalu, Jawa, masa kini, Sumatra masa depan. Demikian juga di pulau Madura. Tempo doeloe pantai utara adalah pintu depan, kini pintu depan di pantai selatan. Kota Pamekasan berada di pantai selatan Madura. Apakah dalam hal ini wilayah (kabupaten) Pamekasan di pantai utara adalah masa lalu dan di pantai selatan menjadi masa kini? 


Pamekasan adalah sebuah wilayah kabupaten di Pulau Madura. Ibu kotanya adalah Kecamatan Pamekasan Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur. Kabupaten Pamekasan terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahannya ada di Kecamatan Pamekasan. Rencana pemindahan ibukota ke Kecamatan Waru sebagai Pusat Pemerintah Kabupaten Pamekasan. Kabupaten Pamekasan terletak di perlintasan jalur jaringan jalan Sampang-Sumenep. Luas wilayah Kabupaten Pamekasan 79.230 Ha, terdiri dari 13 Kecamatan dan 189 Desa. Secara garis besar wilayah Kabupaten Pamekasan terdiri dari dataran rendah pada bagian selatan dan dataran tinggi di wilayah tengah dan utara dengan kemiringan lahan tidak lebih rendah dari 2%. Kondisi topografi Kabupaten Pamekasan didasarkan atas ketinggian dan kelerangan, di mana ditinjau dari kondisi topografi ini Kabupaten Pamekasan terletak di ketinggian 0-340 meter di atas permukaan laut. Wilayah tertinggi yaitu Kecamatan Pegantenan yang berada pada ketinggian 312 meter di atas permukaan laut, sedangkan wilayah terendah yaitu Kecamatan Galis berada pada ketinggian 6 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Pamekasan memiliki 21 buah sungai dengan sungai terpanjang yaitu sungai Samadjid. Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Pamekasan merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam, berkelok putus. Untuk panjang sungai yang ada tersebut berkisar antara 2–12 km (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kota Pamekasan, rewayat tempo doeloe dan narasi sejarah masa kini? Seperti disebut di atas, wilayah Pamekasan memiliki wilayah pantau utara dan wilayah pantai selatan. Lalu bagaimana sejarah Kota Pamekasan, rewayat tempo doeloe dan narasi sejarah masa kini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (9): Kota Sampang di Wilayah Madura Bagian Tengah; Antara Wilayah Bangkalan dan Wilayah Pemekasan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Pada awalnya wilayah Madura terdiri dari tiga walayah pemerintahan, yakni Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep. Dalam hal ini, pada awalnya wilayah Sampang masuk dalam bagian wilayah Pamekasan. Satu kota terpenting di wilayah Sampang adalah kota Sampang. Bagaimana awal terbentuknya kota Sampang dan bagaima perkembangan selanjutnya.


Kabupaten Sampang secara administrasi terletak dalam wilayah provinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di antara 113o 08'–113o39' Bujur Timur dan 6o05'–7o 13' Lintang Selatan. Kabupaten Sampang terletak ± 100 Km dari Surabaya, dapat dengan melalui Jembatan Suramadu kira-kira 1,5 jam atau dengan perjalanan laut kurang lebih 45 menit dilanjutkan dengan perjalanan darat ± 2 jam. Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak 1.233,30 km². Proporsi luasan 14 kecamatan terdiri dari 6 kelurahan dan 180 Desa. Kecamatan Banyuates dengan luas 141,03 Km2 atau 11,44 % yang merupakan Kecamatan terluas, sedangkan Kecamatan terkecil adalah Pangarengan dengan luas hanya 42,7 Km2 (3,46 %). Kabupaten Sampang mempunyai 1 buah pulau berpenghuni yang terletak di sebelah selatan Kecamatan Sampang. Nama pulau tersebut adalah Pulau Mandangin, luas Pulau Mandangin sebesar 1,650 km2. Akses transportasi ke Pulau Mandangin adalah dengan menggunakan transportasi air dalam hal ini adalah perahu motor yang berada di Pelabuhan Tanglok. Perjalanan dari Pelabuhan Tanglok menuju Pulau Mandangin ini membutuhkan waktu 30 menit. Masakan khas kota ini adalah kaldu. Selain itu makanan khasnya adalah nasi jagung. Di wilayah Sampang juga ada potensi gas bumi, sumur Gas Oyong I (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kota Sampang di wilayah Madura bagian tengah? Seperti disebut di atas, wilayah Sampang merupakan pemekaran dari wilayah Bangkalan dimana terdapat kota Sampang terus berkembang diantara wilayah Bangkalan dan wilayah Pemekasan. Lalu bagaimana sejarah Kota Sampang di wilayah Madura bagian tengah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 30 November 2022

Sejarah Madura (8): Kota Bangkalan, Kapan Bermula? Perbatasan Jawa dan Madura Era Arosbaya hingga Pemerintah HindiaBelanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Pada saat kehadiran Belanda pertama kali, nama Arosbaya di pulau Madura sudah dikenal. Lalu kapan nama Bangkalan muncul? Dalam hubungan inilah ingin menjawab pertanyaan kapan bermula kota Bangkalan. Letaknya yang sangat dekat ke (pulau) Jawa, sehubungan dengan terbentuknya kota Soerabaja pada era Pemerintah Hindia Belanda, posisi Bangkalan semakin penting, bahkan hingga masa ini dengan adanya jembatan Suramadu (Surabaya-Madura).


Bangkalan adalah ibu kota Kabupaten Bangkalan yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari kabupaten Bangkalan. Bangkalan juga merupakan sebuah kecamatan yang berada di kabupaten Bangkalan, Secara administratif wilayah kecamatan Bangkalan terbagi menjadi 7 kelurahan dan 6 desa, dengan luas 36,70 km², pada ketinggian 5 m dari permukaan laut. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Arosbaya; Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Burneh, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Socah; sebelah barat berbatasan dengan Selat Madura. Penduduk asli atau suku yang mendiami pulau Madura, termasuk di Kabupaten Bangkalan adalah suku Madura, demikian juga di kecamatan Bangkalan. Wilayah Bangkalan terletak di ujung paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan Laut Jawa di utara. Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, di mana terdapat layanan kapal feri yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung). Saat ini telah beroperasi Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura). Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila. Sejarah awal Bangkalan bermula pada masa pra Islam yang wilayahnya meliputi dari Plakaran Ke Arosbaya, Pragalba ke Pratanu (Lemah Dhuwur). Pada masa berikutnya sejarah Bangkalan bermula pada dinasti Cakraningrat I, Anak Angkat Sultan Agung, menjadi raja di Madura Barat (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kota Bangkalan, kapan Bermula? Seperti disebut di atas wilayah Madura (bagian barat) sudah dikenal sejak lama dimana pada permulaan kehadiran Belanda nama Arosbaya sangat dikenal. Wilayah Madura Barat ini terus dikenal hingga Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah Kota Bangkalan, kapan Bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (7): Pulau Masalembo, Kini Mengapa Jadi Pulau Masalembu? Diantara Sumenep, Madura - Kota Baru, Kalimantan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Pulau Masalembo dan pulau Masakambing di wilayah kabupaten Sumenep di pulau Madura dan pulau Kalamba di wilayah kabupaten Kotabaru, pulau Kalimantan. Lalu memang ada apa? Itu nama masa Masalembu dan Masakambing. Ok itu satu hal. Lantas ada apa dengan pulau Kalamba? Itu hal lain lagi. Dalam ha lini apakah ada sejarah masa lalu Masalembo? Nah, itu dia.


Kepulauan Masalembu adalah kepulauan di Laut Jawa dengan tiga pulau utama: Masalembu, Masakambing, dan Keramaian. Secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Posisi Pulau Masalembu berada di bagian utara wilayah Kabupaten Sumenep, berjarak sekitar 112 mil laut dari Pelabuhan Kalianget. Pulau Masakambing berjarak sekitar 10 mil dari arah utara pulau Masalembu. Luas wilayah pulau Masakambing adalah sekitar 3,18 km2 dihuni satu desa, Desa Masakambing, dengan jumlah penduduk pada tahun 2000 mencapai 1.268 jiwa penduduk. Pulau Keramaian berjarak sekitar 29 mil dari arah utara pulau Masalembu, mempunyai luas wilayah sekitar 9,79 km2 dan dihuni oleh satu desa, yaitu Desa Keramaian, dengan jumlah penduduk pada tahun 2000 mencapai 3.287 jiwa. Penduduk Pulau Masalembu merupakan campuran berbagai etnis, termasuk Suku Madura dan Suku Bugis. Pulau Kalambau adalah pulau terletak di sebalah tenggara provinsi Kalimantan Selatan. Pulau ini diperkirakan memiliki luas sekitar 7,82 Km². Pulau ini terdiri dari 1 RT saja yang berada dalam wilayah desa Labuan Barat. Kontur pulau ini sedikit berbukit. Titik tertinggi pulau ini berada pada ketinggian 317 meter di atas permukaan laut. Panjang garis pantai dari utara ke selatan berjarak 5,5 Km dan berjarak 5 Km dari timur ke barat (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pulau Masalembo? Mengapa namanya menjadi pulau Masalembu? Seperti disebut di atas, pulau Masalembo yang membentuk kepulauan Masalembo berada diantara kabupaten Sumenep di pulau Madura dan Kota Baru di pulau Kalimantan. Lalu bagaimana sejarah Pulau Masalembo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.