Rabu, 19 April 2023

Sejarah Banyumas (52): Detik Berakhir Era Kolonial Belanda; Apakah Berlaku Pepatah 'Habis Gelap Timbul Terang' di Banyumas?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Kehadian (pendudukan militer) Jepang di Indonesia termasuk di wilayah Banyumas telah membuat situasi dan kondisi berbalik. Ini mengindikasikan detik-detik berakhirnya colonial Belanda do wilayah Banyumas. Apakah ada penduduk yang terkenang dengan berakhirnya Belanda, dan sebaliknya apakah ada rasa tidak nyaman dengan kehadiran Jepang. Tentu saja ada yang menyambut kehadiran Jepang. Apakah ini yang disebut dalam pepatah lama habis gelap timbul terang?


Sisi Terang Kolonialisme Belanda di Banyumas. Purnawan Basundoro. 2013. Penerbit UPT UNDIP Press Semarang. Deskripsi. Hampir semua masyarakat Indonesia melihat periode kolonial Belanda hanya dari satu sisi saja, yaitu sisi gelapnya. Periode kolonial hanya semata-mata dianggap sebagai periode eksploitasi yang menguras habis kekayaan dan merendahkan martabat bangsa Indonesia. Pandangan semacam ini tidak salah karena kenyataannya sejak diberlakukannya system tanam paksa (cultuurstelsel) pada 1830, eksploitasi terhadap sumber daya ekonomi bangsa Indonesia terus dilakukan. Eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya ekonomi tersebut telah menciptakan trauma yang amat mendalam bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Para petani diperas habis-habisan baik tenaga kerja maupun tanah yang mereka miliki. (https://fib.unair.ac.id/fib/)

Lantas bagaimana sejarah detik berakhir kolonial Belanda di wilayah Banyumas? Seperti disebut di atas, masa ini berlaku di seluruh Indonesia seiring dengan kehadiran (pendudukan militer) Jepang di Indonesia. Apakah dalam fase ini berlaku pepatah lama ‘habis gelap timbul terang?’. Lalu bagaimana sejarah detik berakhir kolonial Belanda di wilayah Banyumas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (51): Lapangan Terbang di Wilayah Banyumas, Bagaimana Bermula? Kini Bandara di Cilacap dan di Purbalingga


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

an terbang (bandara) di kabupaten Purbalingga Jenderal Besar Soedirman memiliki runway sepanjang 1.600 M dan lebar 30 M. Suatu lapangan terbang baru, bandara masa kini. Sebelumnya sudah ada lapangan terbang di wilayah kabupaten Cilacap. Nah, pertanyaan yang tersisa nagaimana bermula pembangunan lapangan terbang di wilayah Banjumas?


Bandar Udara Tunggul Wulung terletak di sebelah barat Kota Cilacap, tepatnya di Kecamatan Jeruklegi. Bandar udara dengan panjang landas pacu 1.400 m x 30 m dan luas terminal 777 M². Merupakan bandar udara kelas III yang dikelola oleh UPT Ditjen Hubud. Juga terdapat dua Flying School yang beroperasi di bandara ini yaitu Genesa Academy dan Perkasa Flight School. Dengan fasilitas yang sudah dapat melayani night flight (terbang malam) yang menjadi kurikulum sekolah penerbangan. Maskapai yang pernah beroperasi disini adalah Wings Air dengan De Haviland Dash 7, Merpati Nusantara Airlines dengan CN235. Lapangan terbang pernah sepi sendiri, namun kemudian pemerintah mengaktifkan kembali dengan membuat jalur penerbangan dari Jakarta ke Cilacap ke dari Cilcap ke Semarang. Sebagai informasi, Bandara Tunggul Wulung dibangun oleh Pertamina pada tahun 1974. Lalu, diserahkan tahun 1989 dan resmi dikelola Departemen Perhubungan Cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Saat itu bandara memiliki landasan pacu sepanjang 140 M x 30 M dan luas terminal 777 M2 (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah lapangan terbang di wilayah Banyumas, bagaimana bermula? Seperti disebut di atas, di wilayah Banyumas kini ada dua lapangan terbang, di Cilacap dan di Purbalingga. Bagaimana dengan tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah lapangan terbang di wilayah Banyumas, bagaimana bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 18 April 2023

Sejarah Banyumas (50): Margono Soekarjo, Nama RSUD Purwokerto; Dokter Pribumi Studi ke Belanda, Siapa Raih Gelar Doktor?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Nama Margono Soekarjo sangat terkenal di wilayah Banyumas di kota Purwokerto. Margono Soekarjo, putra Banyumas telah ditablkan menjadi nama RSUD di Purwokerto. Margono Soekarjo adalah seorang dokter, disebut lulusan sekolah kedokteran di Batavia (STOVIA) yang kemudian melanjutkan studi ke Belanda. Bagaimana Riwayat lengkapnya? Mari kita lacak. 


Prof. Dr. Margono Soekarjo (Banyumas, 29 Maret 1897-Jakarta, 1970) salah satu perintis pembedahan jantung di Indonesia. Margono Soekarjo, dokter bumiputra pertama diakui Pemerintahan Hindia Belanda. Lahir di Kebutuh, Sokaraja, Banyumas 29 Maret 1897, menempuh pendidikan di ELS (1904-1910), melanjutkan ke Sekolah Kedokteran STOVIA. Karena kecerdasannya, tahun 1927 melanjutkan pendidikannya di Universitas Amsterdam Belanda dengan memperoleh gelar Artz, dan menekuni spesialisasi bedah hingga diberi kesempatan vedah bersama Prof. Sauerburch, Prof Van Hebeer, Prof Schiieden serta Prof Volcker. Selama 3 tahun, berkecimpung dibagian bedah di negara Kincir Angin Belanda. Sekembalinya dari Belanda, Margono Soekarjo menjadi Asisten di GHS. tapi hanya beberapa waktu karena ia harus menjadi dosen NIAS menggantikan Dr. Wieberdink.  Ia juga pernah menjabat direktur CBZ Semarang (1944-1947), yang kemudian berubah nama menjadi Pusat Rumah Sakit Rakyat (PURUSARA). Kariadi diangkat Kepala bagian Laboratorium. Kemudian pada 25 Januari 1947, ia diangkat Guru Besar bidang Ilmu Bedah oleh FKUI. Ia wafat 1970 dimakamkan di Kebutuh. Namanya diabadikan nama rumah sakit di tanah kelahirannya di Kec. Purwokerto, Banyumas (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Margono Soekarjo dan nama RSUD di Purwokerto? Seperti disebut di atas nama dokter Margono Soekarjo telah ditabalkan sebagai nama nama RSUD di Porwokerto. Margono Soekarjo lulusan sekolah kedokteran dan salah satu dokter-dokter pribumi semasa Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah Margono Soekarjo dan nama RSUD di Porwokerto? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (49): Sepakbola Wilayah Banyumas Bermula di Cilacap? Persatuan Sepak Bola Cilacap dan Sekitarnya (PSCS)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Klub sepak bola kabupaten Banjumas tidak di Banyumas tetapi di Purwokerto. Persatuan Sepakbola Indonesia Banyumas (Persibas Banyumas) bermarkas di Stadion Satria, Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Persibas Banyumas sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 1950 dengan nama ISB (Ikatan Sepakbola Banyumas), Bagaimana dengan di Banjarnegara? Persatuan Sepakbola Indonesia Banjarnegara (Persibara) berbasis di Kabupaten Banjarnegara dengan stadion Sumitro Kolopaking. Sementara itu, Persatuan Sepak Bola Cilacap dan Sekitarnya (PSCS) bermarkas di Cilacap.


Profil PSCS CIlacap, Berawal Dari Anak Muda Perkeretapian Hingga Kembali ke Liga 2 2021. Senin, 7 Juni 2021. Seipoku.com. PSCS Cilacap salah satu klub di Liga 2 2021. Klub merupakan kebanggaan kabupaten Cilacap berjuluk 'Hiu Pantai Selatan'. PSCS Cilacap sendiri termasuk klub baru promosi ke Liga 2 pada musim 2019. Sebab 2 musim sebelumnya, mereka terdegradasi ke Liga 3. Dikutip dari Youtube 'Sejarah Berdirinya PSCS Cilacap' oleh Media PSCS Cilacap, klub tersebut bermarkas di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. PSCS Cilacap berdiri bermula dari kegemaran sekumpulan anak – anak muda perkeretaapian terhadap sepak bola pada akhir tahun 1959. Berjalannya waktu dan semakin meningkatnya kegemaran anak – anak muda tersebut, akhirnya pada tahun 1960 sekitar bulan April bertepatan dengan hari jadi PSSI tanggal 19 April 1960 kumpulan anak muda perkeretaapian tersebut mulai memperkenalkan Klub tersebut dengan nama PST (Persatoean Sepak Bola Tjilatjap). Berjalannya waktu dan semakin giatnya anak muda Cilacap dalam olah raga sepak bola yang ternyata menjalar tidak hanya di kawasan kota Cilacap. Maka sejak tahun 1970 secara resmi nama klub berubah menjadi Persatuan Sepak Bola Cilacap dan Sekitarnya (PSCS). (https://palembang.tribunnews.com/2021/) 

Lantas bagaimana sejarah sepak bola wilayah Banyumas bermula di Cilacap? Seperti disebut di atas, klub sepak bola Persibas di Purwokerto dan Persibara di Banjarnegara serta PSCS di Cilacap. Pertanyaannya dimana sepak bola bermula di wilayah Banyumas? Lalu bagaimana sejarah sepak bola wilayah Banyumas bermula di Cilacap? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 17 April 2023

Sejarah Banyumas (48): Kereta Api Wilayah Banyumas; Pembangunan Jalur Jogjakarta-Cilacap, Cirebon-Jogjakarta via Purwokerto


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Adanya rencana pembangunan jalur kereta api dari Jogjakarta hingga Cilacap sudah lama ada. Namun tetap sulit terwujud. Jalur dari Semarang hingga ke Jogjakarta sendiri baru tercapai pada tahun 1870. Bagaimana dengan Jogjakarta ke Cilacap. Dalam perkembangannya inisiatif pra planter mendorong percepatan pembangunan kereta api. Wilayah Banyumas dalam perkembangannya menjadi interchange antara Cirebon dan Bandoeng/Tasikmalaya dari arah barat dan dari arah timur di Jogjakarta.


Senjakala Jalur Kereta Api Kawasan Banyumas Kompas.com. 05/12/2022. Di laman sumber bacaan di Kompas.com terdapat informasi bahwa layanan kereta api di kawasan Banyumas juga terdapat di Kecamatan Sumpiuh. Jalur kereta api di kawasan Banyumas dalam catatan heritage PT Kereta Api Indonesia (KAI) meliputi kota-kota eks-Karesidenan Banyumas. Jalur antara lain penghubung antara Banyumas, Purwokerto, Banjarnegara, Wonosobo, Purbalingga, dan Cilacap. Pada tahap awal, pembangunan jalur Purwokerto-Wonosobo 1893 hingga 1917. Pembangunan jalur tersebut dilaksanakan oleh perusahaan kereta api Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SSM). Kemudian, jalur-jalur kereta api yang dibangun melintasi Sokaraja, Banjarsari, Klampok, Banjarnegara, Patikraja, Sampang, Maos, dan seluruh wilayah eks-Karesidenan Banyumas. Alasan perkebunan-perkebunan pembangunan jalur-jalur kereta api diwujudkan. Perjalanan kereta api di eks Karesidenan Banyumas memang awalnya, sistem pengangkutan barang ke pabrik gula. Pabrik gula masa itu antara lain Pabrik Gula (PG) Klampok, PG Bojong, dan PG Kalibagor. Perubahan zaman menunjukkan bahwa industri gula di Banyumas memasuki masa senjakala. Maraknya pembangunan jalan raya membuat masyarakat meninggalkan moda transportasi kereta api. Pada 1978, perusahaan kereta api milik pemerintah Indonesia akhirnya menutup layanan di jalur Purwokerto-Wonosobo dan kemudian rute Purwokerto-Purwokerto Timur ditutup 1985. (https://www.kompas.com/)

Lantas bagaimana sejarah kereta api di wilayah Banyumas? Seperti disebut di atas, wilayah Banyumas termasuk salah satu pengembangan jalur kereta api di pantai selatan Jawa. Kekuataman wilayah Banyumas dalam jaringan kereta api Jawa posisinya yang strategis tidak hanya menghubyungkan pantai utara dan pantai selatan Jawa juga dari arah barat ke timur (dan sebaliknya). Dalam hal ini pembangunan jalur Jogjakarta-Cilacap dan Cirebon-Jogjakarta via Purwokerto. Lalu bagaimana sejarah kereta api di wilayah Banyumas?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (47): Pelabuhan Wilayah Banyumas; Pelabuhan Donan di Cilacap dan Perdagangan Daerah Aliran Sungai Serayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pelabuhan di wilayah Banjumas bermula di pelabuhan Donan di Tjilatjap. Dalam perkembangannya, posisinya berubah. Meski demikian, pelabuhan di wilayah Banyumas tetap berada di Tjilatjap. Lalu apakah ada pelabuhan pendahulu di wilayah Banjumas? Satu yang pasti pelabiuhan Donan di Tjiatjap semakin intens kegiatannya sejak dibangunannya kanal Kali Osso. Sejak pembangunan jalur kereta api pelabuhan di Tjilatjap semakin berkembang.


Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, Antara Tragedi Berdarah dan Masa Kejayaan. Cilacap, Serayunews.com. 2 April 2021. Pegiat sejarah Cilacap sekaligus ketua komunitas Tjilatjap History Riyadh Ginanjar Widodo menyebutkan, di Cilacap tahun 1832, sudah terlihat kegiatan ekspor komoditas di pelabuhan. “Pelabuhan Cilacap dipilih Belanda karena strategis, memiliki laut cukup dalam di sekitar dermaga serta memiliki arus air yang tenang dilindungi Pulau Nusakambangan dari ombak besar pantai selatan,” terangnya. Pemerintah Hindia Belanda melakukan pengembangan tahun 1859. “Dengan semakin ramainya kegiatan di pelabuhan, perusahaan kereta api pemerintah (Staatsspoorwegen) membangun jalur masuk ke dalam pelabuhan, membuat stasiun khusus barang di dalam kompleks pelabuhan beroperasi pada 1887. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 1942. Pada awal Jepang menduduki Cilacap. orang Belanda melarikan diri melalui Pelabuhan Cilacap. Puncaknya pada 27 Februari 1942 Jepang membombardir beberapa titik strategis di Kota Cilacap. Serangan itu dilancarkan lewat udara, di Pelabuhan Cilacap, di Stasiun Cilacap menewaskan 200 orang. Beberapa kapal selam Jepang berjaga-jaga di perairan Cilacap. Pasukan darat merangsek masuk dari sisi timur. Tercatat terdapat sebayak 25 kapal evakuasi, namun hanya 12 kapal yang selamat sampai ke Australia. (https://serayunews.com/)

Lantas bagaimana sejarah pelabuhan di wilayah Banyumas? Seperti disebut di atas, pelabuhan terkenal di wilayah Banyumas berada di Cilacap. Itu semua bermula di pelabuhan Donan. Mengapa? Bagaimana pelabuhan Donan di Cilacap dan perdagangan di daerah aliran sungai Serayu? Lalu bagaimana sejarah pelabuhan di wilayah Banyumas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.