Senin, 24 April 2023

Sejarah Cirebon (4): Keutamaan Wilayah Cirebon Era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda; Pantai Utara hingga Pantai Selatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Secara geomorfologis wilayah (pulau) Jawa terbagi tiga: barat, tengah dan timur. Antara bagian barat dan tengah dipisahkkan oleh wilayah sempit. Di pantai utara head to head antara pusat peradaban Tjirebon dan Tegal dan di pantai selatan antara Banjoemas dan Tjiamis (Galuh). Pada era VOC (Belanda) wilayah Cirebon termasuk Tjiamis hingga Soekapoera di pantai selatan Jawa. Sejak kehadiran Belanda, navigasi pelayaran di pantai utara semakin intens, yang menjadi salah satu factor mengapa wilayah Cirebon menjadi penting.


KESULTANAN CIREBON DI BAWAH KEKUASAAN VOC TAHUN 1752-1809 M. Ahmad Johari, 2018. Skripsi. Kesultanan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada 1479 M mencapai puncak kejayaannya masa Panembahan Ratu II (hinggan 1752). Perluasan kekuasaan wilayah dan mulai berkembangnya pelabuhan Cirebon sebagi sentral perdagangan internasional. Sumberdaya alam yang memadai membuat Cirebon sebagai bandar jalur sutra sehingga banyak yang memperebutkan wilayah ini. Tiga kekuatan besar yakni Banten, Mataram dan VOC sangat berambisi menguasai wilayah Cirebon. Pada akhirnya VOC yang berhasil menanamkan pengaruhnya di Kesultanan Cirebon melalui perjanjian persahabatan dengan para sultan. Para Sultan tidak lagi mempunyai kebebasan dalam mengatur rakyatnya dan semua harus tunduk terhadap kebijakan VOC. Bagaimana sejarah kejayaan Kesultanan Cirebon pada masa Sunan Gunung Jati? Bagaimana Kesultanan Cirebon setelah masuknya Pemerintah VOC? Bagaimana Kesultanan Cirebon setelah ditinggal VOC dan diserahkan ke Belanda? Untuk menganalisis permasalahan di atas peneliti menggunakan pendekatan politik dan ekonomi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tahun 1752 M adalah masa akhir kekuasaan Sultan Cirebon dibawah pemerintahan Panembahan Ratu II . Salah satu fenomena yang berpengaruh pada penurunan eksistensi Kesultanan Cirebon adalah dilakukannya perjanjian 8 Januari 1681 M. (https://digilib.uin-suka.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah keutamaan wilayah Cirebon era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, suatu kerajaan terbentuk di Cirebon yang dalam perkembangannya melakukan kerjasama dengan VOC/Belanda. Wilayah kekuasaan raja (Sultan) Cirebon dari pantai utara hingga pantai selatan Jawa. Lalu bagaimana sejarah keutamaan wilayah Cirebon era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (3): Geomoforlogis Cirebon Zaman Kuno; Dimanakah Posisi GPS Kota Cirebon di Daerah Aliran Sungai Cirebon?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Nama kota Cirebon mengindikasikasikan nama sungai (sungai Cirebon?). Jika begitu, dimana posisi GPS kota Cirebon berawal? Sudah pasti berada di sisi sungai, tetapi belum tentu tepat berada di garis pantai masa kini. Mengapa? Berdasarkan laporan-laporan pada era Portugis, sungai Cirebon dapat dinavigasi hingga tiga mil laut ke arah hulu/pedalaman. Dalam konteks inilah diperlukan pendekatan geomorfologi asal usul kota Cirebon yang sekarang.


Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara propinsi Jawa Barat bagian timur. Letak geografis yang strategis. Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33 dan 6.41 Lintang Selatan, memanjang dari barat ke timur  8 kilometer, Utara Selatan   11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut  5 meter dengan demikian Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi   37,35 Km2. Batas sebelah utara sungai Kedung Pane, sebelah barat sungai Banjir Kanal, sebelah selatan sungai Kalijaga dan sebelah timur laut Jawa. Kota Cirebon keadaan air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut, sehingga kebutuhan air bersih masyarakat untuk keperluan minum sebagian besar bersumber mata airnya  berasal dari Kabupaten Kuningan. Beberapa daerah/wilayah kondisi air tanah relatif sangat rendah dan rasanya asin karena intrusi air laut dan tidak dapat digunakan untuk keperluan air minum. Tanah sebagian subur dan sebagian kurang produktif disebabkan tanah pantai yang semakin luas akibat endapan sungai-sungai. Pada umumnya tanah di Kota Cirebon adalah tanah jenis regosal yang berasal dari endapan lava dan piroklasik (pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan kerikil). Di Kota Cirebon terdapat empat sungai yang tersebar merata di seluruh wilayah yaitu Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean(Kriyan) dan Sungai Kalijaga. (https://www.cirebonkota.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah geomoforlogis wilayah Cirebon zaman kuno? Seperti disebut di atas, kota Cirebon diduga bermula di sisi sungai di masa lampau. Wilayah kota yang sekarang secara tofografi datar dengan ketinggian rendah (sekitar 5 M dpl). Dalam hubungan ini menjadi penting memahami secara geomorfologi dimana posisi GPS kota Cirebon di daerah aliran sungai Cirebon. Lalu bagaimana sejarah geomoforlogis wilayah Cirebon zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 23 April 2023

Sejarah Cirebon (2):Wilayah Cirebon Tempo Doeloe, Pada Masa Era Portugis; Riwayat Kerajaan Majapahit hingga Kerajaan Demak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Cirebon memiliki sejarah penting dan memiliki sejarah panjang. Dalam konteks inilah sejarah di wilayah Cirebon manarik untuk diperhatikan.  Wilayah Cirebon sendiri berada di pesisir pantai diantara wilayah Jawa bagian barat dengan Jawa bagian tengah/timur. Posisi strategis wilayah Cirebon di (pantai utara) Jawa dalam hal sangat penting antara barat. Juga yang tidak bisa diabaikan secara khusus wilayah Cirebon memiliki posisi strategis dengan pantai selatan Jawa. Mengapa?


Ki Gede Bungko, Panglima Laut dari Cirebon Pengusir Portugis & Perompak di Laut Jawa. Merdeka.com. Jumat, 30 Juli 2021. Di masa kekuasaan Kasultanan Cirebon, sekitar abad 15-16, ada tokoh bernama Ki Gede Bungko, dari Kasultanan Cirebon berpengaruh, lantaran posisinya sebagai panglima angkatan laut. Ia berhasil menghalau kejahatan  perompak di Laut Jawa, turut andil bersama Demak saat menumpas Portugis di Pelabuhan Sunda Kelapa, 1522. Namanya disebut dalam naskah Serat Carub Kandha karangan Pangeran Abdul Hamid Sukama Jaya tahun 1840. Sebelum diberi gelar oleh Sunan Gunung Jati, Ki Gede Bungko pernah menjadi panglima angkatan laut kerajaan Majapahit. Ki Gede Bungko disebut murid Sunan Ampel, lalu diboyong Sunan Gunung Jati untuk membantu kerajaan Cirebon. Ki Gede Bungko sendiri pendatang Blambangan (Banyuwangi) dengan nama asli Jakataruna. Nama Ki Gede Bungko merupakan pemberian Sunan Gunung Jati usai Jakataruna diberikan jabatan sebagai penguasa (Ki Gede) di desa Bungko, kawasan pesisir barat laut Cirebon, dan berbatasan dengan Indramayu. Yang menarik dari keberanian Ki Gede Bungko, ia mampu melawan bangsa Portugis yang saat itu bekerja sama dengan Kerajaan Pajajaran. Portugis diminta Raja Pajajaran, Surawisesa untuk menjaga satu satunya perputaran ekonomi di Sunda Kelapa dengan mengizinkannya mendirikan sebuah Loji (benteng). Berkat keberaniannya mengusir bangsa Portugis, ia turut dianugerahi gelar Laksamana. (https://www.merdeka.com/)

Lantas bagaimana sejarah wilayah Cirebon, semasa era Portugis? Seperti disebut di atas masa Portugis adalah awal kehadiran orang Eropa di nusantara (baca: Hindia Timur). Kehadiran pelaut/pedagang Portugis di Hindia Timur menjadi penting karena menjembatani ketersediaan data antara era baru kehadiran pelaut/pedagang Belanda (VOC) dengan masa sebelumnya semasa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak. Lalu bagaimana sejarah wilayah Cirebon, semasa era Portugis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (1): Nama Cirebon Bekas Air Terasi Cai Udang Rebon, Apakah Fakta? Toponimi Sejarah, Narasi Fakta dan Data


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Asal Usul Nama Cirebon: dari Cai dan Rebon, Air Pembuatan Terasi demikian judul dalam Kompas.com - 28/04/2021. Apa, betul begitu? Oklah, itu satu hal. Hal lain yang akan dinarasikan dalam hal in adalah bagaimana awal sejarah Cirebon. Tentu saja nama geopgrafi penting dalam sejarah, tetapi toponimi nama geografi memiliki sejarah sendiri. Dalam studi sejarah, toponimi harus dipehatikan secara kontekstual. Sebab, sejarah adalah narasi fakta dan data.


Sejarah Cirebon dalam blog ini adalah serial artikel sejarah di wilayah Cirebon dan sekitar (termasuk wilayah Tegal dan Pekalongan serta sebagian wilayah Priangan/Preanger). Sejarah Cirebon ini juga menjadi sebagai serial artikel sejarah di wilayah (pulau) Jawa. Serial artikel sejarah sebelumnya yang sudah ditulis adalah: Sejarah Jakarta, Sejarah Depok. Sejarah Bogor, Sejarah Bandung, Sejarah Sukabumi, Sejarah Bekasi, Sejarah Tangerang, dan Sejarah Banten. Lalu kemudian diteruskan ke bagian timur pulau Jawa tentang Sejarah Semarang, Sejarah Surabaya, Sejarah Jogjakarta, Sejarah Surakarta dan Sejarah Banyumas. Dengan demikian wilayah Cirebon menjadi sisa wilayah Jawa yang sejarahnya belum dinarasikan. Untuk mengakhiri narasi sejarah di Jawa, dalam serial artikel Sejarah Cirebon, mari kita awali dengan artikel pertama tentang asal usul nama Cirebon sendiri. Namun sebelum dimulai perlu diketahui bahwa di dalam blog ini serial artikel Sejarah Cirebon juga akan mengakhiri serial sejarah di Indonesia. Sebelumnya juga sudah ada serial artikel sejarah di Sumatra (Padang Sidempuan, Tapanuli, Medan, Padang, Palembang, Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung serrta Bangka Belirung); di Kalimatan (Selatan, Barat, Timur,. Tengah dan Utara); di Sulawesi (Makassar dan Manado); di Kepulauan Nusa Tenggara (Madura, Bali, Lombok dan Timor); di Kepulauan Maluku (Ambon dan Ternate); dan di Papua. Dalam rangka untuk menuju tujuan akhir, studium generale Sejarah Menjadi Indonesia, akan didahului penulisan narasi sejarah berbagai bidang di Indonesia. Satu topik pertama yang sudah selesai adalah serial artikel Sejarh Pers di Indonesia, kemudian akan dilanjutkan Serjarah Pendidikan, dan demikian selanjutnya.

Lantas bagaimana sejarah nama Cirebon, air bekas terasi cai udang rebon? Seperti disebut di atas, usal usul nama Cirebon ada yang berpendapat demikian. Namun sangat naif jika nama-nama geografi, apalagi nama-nama yang terbilang sudah kuno hanya didasarkan pada toponimi semata. Toponimi dalam sejarah seharusnya diperhatikan secara kontekstual. Nama geografi dalam hal ini tentu saja memiliki sejarah sendiri. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Lalu bagaimana sejarah nama Cirebon, air bekas terasi cai udang rebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 22 April 2023

Sejarah Banyumas (58): Perguruan Tinggi di Wilayah Banyumas dan Universitas Jenderal Soedirman; Sekolah Dasar-Perguruan Tinggi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pada era Pemerintah Hindia Belanda perguruan tinggi hanya di kota besar: Bandoeng, Batavia dan Buitenzorg. Pada masa perang kemerdekaan terbentuk perguruan tinggi di Makassar, Jogjakarta dan Soerabaja. Pada era Republik Indonesia di Padang, Medan, Palembang dibentuk perguruan tinggi. Lalu pada gilirannya seperti di Malang, Surakarta dan Purwokerto. Kini hampir di semua kota di Indonesia sudah terbentuk perguruan tinggi.


Sesuai dengan amanat yang tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 dan desakan masyarakat Banyumas akan kebutuhan pendidikan tinggi, para pemimpin formal dan informal Banyumas menggagas perlunya didirikan perguruan tinggi/universitas di wilayah Banyumas, dibentuklah Yayasan Pembina Universitas Jenderal Soedirman (Akte Notaris No. 32/20 September 1961. Dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 195 tertanggal 23 September 1963, berdirilah Universitas Jenderal Soedirman. Pada awalnya UNSOED memiliki tiga fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Biologi, dan Fakultas Ekonomi. Dalam perkembangannya, UNSOED membuka beberapa fakultas lagi, yaitu Fakultas Peternakan (1966), Fakultas Hukum (1982), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1993), Program Pascasarjana (1994). Pada tahun 2007, berdiri Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan serta Fakultas Sains dan Teknik. Pada tahun 2014, terjadi perubahan organisasi, di mana Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan dikembangkan menjadi Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan. Selain itu, Fakultas Sains & Teknik juga dikembangkan  Fakultas Teknik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Masih di tahun yang sama juga UNSOED juga membuka Fakultas Ilmu Budaya yang sebelumnya berada di bawah administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. (https://unsoed.ac.id/id/sejarah)

Lantas bagaimana sejarah universitas di wilayah Banyumas Universitas Jenderal Soedirman? Seperti disebut di atas, kini di wilayah Banyumas telah berdiri perguruan tinggi berkualitas, Universitas Jenderal Soedirman. Semua itu berawal dari keinginan yang kuat dari semuan pihak di wilayah Banyumas sejak era sekolah dasar era Pemerintah Hindia Belanda hingga Perguruan Tinggi era Republik Indonesia. Lalu bagaimana sejarah universitas di wilayah Banyumas Universitas Jenderal Soedirman? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (57): NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia; Persatuan dan Kesatuan Indonesia di Wilayah Banyumas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk koreksi terhadap Negara Republik Indonesia (RIS) 1949/1950 untuk kembali ke bentuk awal sesuai amanat UUD 1945. Proklamasi NKRI dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak itu, semboyan NKRI Harga Mati terus digaungkan hingga ini hari di seluruh Indonesia termasuk di wilayah Banyumas.


Ratusan warga Purwokerto nyalakan lilin untuk NKRI. Sabtu, 13 Mei 2017. Purwokerto (Antara News) - Sekitar 300 warga berbagai komunitas di kota Purwokerto, kabupaten Banyumas, menyalakan ratusan lilin sebagai simbol untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, aksi menyalakan lilin yang digelar di sisi selatan Alun-Alun Purwokerto, Sabtu malam, juga ditujukan memberi dukungan moral kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat ini ditahan di Rutan Mako Brimob. Dalam aksi, massa membawa poster di antaranya bertuliskan "Save Ahok", "Save NKRI...TNI...POLRI...Purwokerto", "Harga Mati NKRI", "Bersatu! Bercahaya! Bangkit! Tuntunlah Kebenaran!", "Kita Dukung Pancasila", dan "Biarlah Rohmu Tetap Menyala-nyala Pak Ahok dan Layanilah Tuhan". Massa juga menyanyikan sejumlah lagu perjuangan. Salah seorang peserta aksi, Agus mengatakan kegiatan yang diikuti warga dari berbagai komunitas seperti Gusdurian, Majelis Agama Konghucu Indonesia, dan umat Nasrani itu digelar secara spontanitas. "Aksi ini bukan sekadar untuk memberi dukungan moral kepada Pak Ahok tetapi juga untuk menuntut ditegakkannya keadilan dan kedamaian di Indonesia," katanya. Menurut dia, Ahok adalah sosok pemimpin yang mempunyai integritas, jujur, karakter yang kuat, bekerja untuk rakyat, dan melayani masyarakat dengan baik sehingga tidak selayaknya mendekam dalam penjara. (https://www.antaranews.com/)

Lantas bagaimana sejarah NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia? Seperti disebut di atas, bentuk bernegara NKRI masih berlaku hingga kini termasuk di wilayah Banyumas. Persatuan dan kesatuan negara Indonesia di wilayah Banyumas. Lalu bagaimana sejarah NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.