Senin, 28 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (46): Studi ke Belanda, Abdulmadjid Djojoadiningrat; R Kartono, RA Kartini dan R Soesalit Djojoadhiningrat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Abdulmadjid Djojoadiningrat? Ayahnya adalah bupati Djepara. Untuk lebih mengenalnya dapat dihubungkan dengan nama RA Kartini. Dalam hal ini RA Kartini adalah istri dari bupati Djepara dengan anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Jadi, antara Abdulmadjid Djojoadiningrat dan Soesalit Djojoadhiningrat memiliki bapak yang sama (bupati Djepara) tetapi berbeda ibu.


Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat lahir 5 Januari 1904. Dia dikenal juga sebagai anak tiri dari RA Kartini. Selain itu, dia juga dikenal sebagai salah satu anggota Perhimpunan Indonesia (PI) bersama dengan Mohammad Hatta dan sebagai pelaku peristiwa Pemberontakan Madiun 1948. Ketika dia dilahirkan, ibu tirinya (RA Kartini) meninggal dunia dan telah memiliki seorang adik tiri bernama Soesalit. mereka bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) dan Hogereburger School (HBS) di Semarang. Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS dan HBS tahun 1925, ia kemudian kuliah di Leiden, jurusan hukum. Di Belanda, Abdulmadjid kerap menyuarakan pendapatnya antara lain menuntut kesetaraan antara orang Belanda dan Indonesia. Sejak awal 1926 setidaknya Abdulmadjid sudah menjadi sekretaris Hatta yang memimpin Indische Vereniging alias Perhimpunan Indoenesia (PI). Bersama Mohammad Hatta dan Ali Sastroamidjojo serta Nazir Pamuncak, Abdulmadjid ditangkap pada 23 September 1927 akibat aktivitas politiknya yang dianggap ekstrem saat itu. Selama pendudukan Tentara NAZI Jerman di Negeri Belanda, Abdulmadjid masih berada di Belanda. Pada kurun waktu 1943-1944, dia aktif di Kolonial Instituut dan pernah menjadi penasehatnya. Setelah Indonesia merdeka dan Republik Indonesia terbentuk, Abdulmadjid pulang ke Indonesia. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Abdulmadjid Djojoadiningrat studi ke Belanda? Seperti disebut diatas Abdulmadjid Djojoadiningrat studi ke Belanda dan berhasil mendapat gelar sarjana hukum. R Kartono dan RA Kartini di masa lalu, RM Soesalit Djojoadhiningrat dan Abdulmadjid Djojoadiningrat. Lalu bagaimana sejarah Abdulmadjid Djojoadiningrat studi ke Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (45): Doktor Hukum di Leiden Mr Masdoelhak Nasution; Penasehat Hukum Presiden Dibunuh Belanda di Jogja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dewan Keamanan PBB marah besar. pimpinan organisasi bangsa-bangsa berkantor di New York meminta sebuah tim netral di Belanda untuk melakukan penyelidikan segera atas kematian Dr. Mr. Masdoelhak Nasoetion di Yogyakarta 21 Desember 1948. Reaksi cepat badan PBB ini untuk menanggapi berita yang beredar dan dilansir di London sebagaimana diberitakan De Heerenveensche koerier: onafhankelijk dagblad voor Midden-Zuid-Oost-Friesland en Noord-Overijssel, 01-02-1949. Koran ini mengutip pernyataan pers dari kepala kantor Republik Indonesia di London yang pernyataannya sebagai berikut: ‘sejumlah intelektual terkemuka di Indonesia, diantaranya Masdulhak, seorang penasihat pemerintah dibunuh hingga tewas tanpa diadili’.


Masdoelhak lahir di Sibolga. Ia menyelesaikan pendidikan dasar Belanda (ELS) di Sibolga, kemudian melanjutkan ke Sekolah MULO di Medan dan AMS di Jawa. Ia menjadi salah satu lulusan terbaik AMS dan mendapat kesempatan kuliah di Belanda. Tanggal 4 Oktober 1930, Masdoelhak berangkat dari Batavia menuju Belanda dan kuliah di Universitas Leiden, Bagian Hukum. Saat kuliah, Ia bergabung dengan mahasiswa pribumi lainnya dan kenal baik dengan Mohammad Hatta. Ia mengenal Adriana van der Have, Anak dari Dosen Ekonomi Mohammad Hatta, mereka menikah tahun 1932. Pernikahan mereka ditentang oleh keluarga van der Have. Mereka pindah ke Utrect, Istrinya bekerja di laboratorium kesehatan masyarakat. Ia melanjutkan pendidikan meraih gelar Doktor, dan lulus pada tahun 1943 dengan judul desertasi Kedudukan perempuan di masyarakat Batak. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Ia dan keluarganya pindah dari Belanda ke Indonesia. Ia pernah menjabat kepala pemerintahan Sumatra Tengah, kemudian di tarik ke Yogyakarta menjadi Staf Wakil Presiden. Ia meninggal 21 Desember 1948, Setelah diculik oleh Militer Belanda di depan anak-anaknya dari rumahnya di Kaliurang. Ia dieksekusi tanpa peradilan oleh Sersan Mayor Marinus Geelhoed. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Masdoelhak Nasution doktor hukm Leiden? Seperti disebut di atas, Masdoelhak Nasoetion menyelesaikan studi fukum di Belanda dan mendapat gelar doktor. Di awal era Republik Indonesia, sebagai penasehat hukum presiden dibunuh Belanda di Jogja (1948). Lalu bagaimana sejarah Masdoelhak Nasution doktor hukm Leiden? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 27 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (44):Doktor-Doktor Asli Indonesia Lulusan Belanda hingga Berakhir Belanda di Indonesia; Indische Vereeniging


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah doktor-doktor Indonesia? Tentu saja belum pernah ditulis. Bagaimana dengan sejarah dokter-dokter Indonesia sejak era Pemerintah Hindia Belanda? Tentu saja belum pernah ditulis. Doktor adalah gelar akademik tertinggi. Artikel ini hanya menedeskripsikan doktor-doktor Indonesia lulusan Belanda sebelum Belanda berakhir di Indonesia. Diantara mereka juga ada dokter yang meraih gelar doktor.


Sejarah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Adapun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dibentuk pada tahun 1911. Semula, organisasi dokter Indonesia bernama Vereniging van Indische Artsen. Pada 1926, namanya berubah menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VIG). VIG dibubarkan pada 1943, kemudian berubah menjadi Jawa izi Hooko-Kai. Perubahan nama itu setelah kongres VIG di Solo pada 1940. Kemudian, lahirlah "Muktamar Dokter Warga Negara Indonesia (PMDWNI)" yang diketuai oleh Dr. Bahder Djohan pada 30 Juli 1950. Selanjutnya, Muktamar I Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park pada tanggal 22-25 September 1950. Melalui muktamar IDI itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama dan meresmikan Hari Dokter Nasional pada 24 Oktober. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merupakan wadah yang mengikat dokter se-Indonesia. Tujuan dibentuknya IDI: Memadukan segenap potensi dokter dari seluruh Indonesia; Menjaga dan meningkatkan harkat dan martabat serta kehormatan profesi kedokteran; Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran; Meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat sehat dan sejahtera. (https://www.detik.com/). 

Lantas bagaimana sejarah doktor-doktor Indonesia lulusan Belanda sebelum Belanda berakhir di Indonesia? Seperti disebut di atas, doctor adalah gelar akademik tertinggi. Ada juga dokter Indonesia yang meraih gelar doktor.  Dalam hal ini perlu mengetahui kebedaan Indische Vereeniging di Belanda. Lalu bagaimana sejarah doktor-doktor Indonesia lulusan Belanda sebelum Belanda berakhir di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (43): FKN Harahap dan ‘Proklamasi Indonesia’ 11 Agustus 1945 di Belanda; Peran Perhimpunan Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di tengah-tengah orang Jepang di Djakarta, proklamasi kemerdekaan Indonesia dilangsungkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Enam hari sebelumnya di Belanda, di tengah-tengah orang Belanda FKN Harahap melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Isi proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut di Belanda dimuat pada surat kabar Het parool, 11-08-1945. FKN Harahap adalah pemimpin Perhimpunan Indonesia di Belanda.


Sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia hanya dicatat dalam sejarah Indonesia yang terkait dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Djakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan Indonesia ala Perhimpunan Indonesia tidak pernah dikutip sebagai bagian sejarah peroklamasi kemerdekaan Indonesia. Sengaja atau tidak sengaja, terkesan ada reduksi dalam catatan sejarah Indonesia. Padahal proklamasi kemerdekaan Indonesia di Belanda adalah wujud kesadaran bernegara dari para pejuang-pejuang Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia di Belanda untuk membebaskan diri dari penjajahan.

Lantas bagaimana sejarah FKN Harahap dan ‘Proklamasi Indonesia’ 11 Agustus 1945 di Belanda? Seperti disebut di atas, selain proklamasi kemerdekaan di Indonesia juga ada proklamasi kemerdekaan Indonesia di Belanda. Bagaimana bisa? Peran Perhimpunan Indonesia (PI). Lalu bagaimana sejarah FKN Harahap dan ‘Proklamasi Indonesia’ 11 Agustus 1945 di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 26 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (42): Achmad Nawir Mahasiswa Kedokteran; Kapten Tim Sepak Bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pertandingan Indonesia vs Hungaria yang dilangsungkan tanggal 6 Juni dalam ajang Piala Dunia 1938 di Prancis dipimpin oleh dua kapten tim yang berlatar belakang pendidikan kedokteran. Kapten Tim Indonesia adalah mahasiswa kedokteran Achmad Nawir dan kapten Tim Hungaria adalah Dr. Sarosi. Ini unik. Sangat jarang, dan mungkin satu-satunya kejadian dalam dunia sepakbola.


Achmad Nawir lahir di Maninjau, 30 April 1912 merupakan seorang mantan pemain sepak bola Indonesia yang berposisi sebagai gelandang. Ia bermain di tim HBS Soerabaja dan untuk tim nasional Hindia Belanda. Achmad Nawir bermain untuk salah satu klub Hindia Belanda yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, yakni HBS Soerabaja. Achmad Nawir juga bermain untuk tim nasional Hindia Belanda, dan saat Hindia Belanda masuk ke Piala Dunia FIFA 1938 di Prancis, Achmad terpilih menjadi kapten tim, sehingga menjadikan dirinya satu – satunya kapten Indonesia di Piala Dunia FIFA hingga saat ini. Achmad Nawir merupakan seorang dokter dan selalu memakai kacamata ketika bertanding sepak bola, termasuk ketika menghadapi Hungaria di Piala Dunia 1938 (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Achmad Nawir, mahasiswa kedokteran, kapten tim sepak bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938? Seperti disebut di atas, Achmad Nawir mahasiswa kedoktera yang memiliki keahlian dalam bermain sepak bola. Lalu bagaimana sejarah Achmad Nawir, mahasiswa kedokteran, kapten tim sepak bola Indonesia di Piala Dunia Prancis, 1938? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (41): Nazir Pamoentjak, Jong Sumatranen Studi Hukum di Belanda; Studieclub di Batavia, Bandoeng, Soerabaja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Nazir Pamoentjak sudah banyak ditulis oleh pata penulis. Lalu apakah narasi sejarah Nazir Pamoentjak sudah lengkap dan selesai? Itu hal lain lagi. Secara teoritis, narasi sejarah tidak pernah berhenti. Mengapa? Data sejarah, semakin jauh ke belakang semakin sulit ditemukan. Penemuan data adalah syarat perlu dalam menulis sejarah. Hal itu karena sejarah adalah narasi fakta dan data. Sejauh data baru ditemukan, sejauh itu pula narasi sejarah yang ditulis sebelumnya dianggap tidak lengkap.


Mr. Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak lahir 10 April 1896. Lulus HBS Batavia berangkat ker Belanda untuk studi hukum di Leiden. Ia pernah menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia. Pada Januari 1918, Nazir Datuk Pamuncak datang ke Padang utusan Jong Sumatranen Bond (JSB) untuk mendirikan cabang di Padang dan Bukittinggi. Di Padang, usahanya berhasil. tetapi tidak di Bukittinggi. Nazir berpidato di Padang bahwa pemuda-pemuda Jawa sudah lebih dahulu maju daripada di Sumatra dengan satu organisasi Jong Java, yang didirikan 7 Maret 1915 oleh R Satiman. JSB sendiri baru berdiri pada 9 Desember 1917 untuk menyatukan semua pelajar dari Sumatra. “Pemuda-pemuda Sumatra harus mengikuti jejak pemuda-pemuda Jawa. Kita tak boleh ketinggalan. Pemuda-pemuda Sumatra mempunyai tugas yang berat. Kita harus memajukan masyarakat Sumatra. Di tangan pemudalah, terletak nasib bangsa dan tanah air”. Pada tahun 1927, ia bersama Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo dan Abdulmajid Djojohadiningrat dipenjara oleh Kerajaan Belanda karena dituduh mengikuti partai terlarang. Ali Sastroamijoyo dan Nazir Pamuntjak dipenjara dua tahun. Mereka semua dipenjara di Rotterdam. Pembebasan mereka disambut baik oleh Mr. Duys (anggota parlemen Belanda) dan Willem Drees. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Nazir Pamoentjak, Jong Sumatranen Bond studi Hukum di Belanda? Seperti disebut di atas sejarah Nazir Pamoentjak sudah ditulis, tetapi masih perlu ditulis kembali dengan narasi yang berbeda. Dalam hal ini kita berbicara tentang studieclub di Batavia, Bandoeng dan Soerabaja. Lalu bagaimana sejarah Nazir Pamoentjak, Jong Sumatranen Bond studi Hukum di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.