Minggu, 26 November 2023

Sejarah Bahasa (139): Bahasa Togean di Pulau Togean di Kepulauan Togean di Teluk Tomini di Sulawesi Tengah; Bahasa Saluan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Togean adalah bahasa daerah yang populer digunakan di wilayah kepulauan Togean. Bahasa Togean termasuk rumpun bahasa Saluan. Bahasa Togean tempo doeloe disebut bahasa Togian. Kepulauan Togean merupakan kepulauan yang terletak di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah. Salah satu pulau terbesar adalah pulau Togean (berada di tengah kepulauan).Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Kepulauan Togean merupakan kepulauan yang terletak di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah. Secara administrasi, wilayah ini berada di Kabupaten Tojo Una-una. Kepulauan Togean merupakan hamparan pulau-pulau yang terdiri 6 pulau besar dan sekitar 60 pulau yang lebih kecil di sekitar Teluk Tomini. Beberapa pulau besar: Togian, Batudaka, Talatako, Waleabahi/ Walea Bae, Walea kecil/ Walea Kodi, Poat. Suku yang mendiami kepulauan Togea serta terdistribusi dihampir seluruh Pulau dikenal beberapa suku dominan yaitu Suku Togean itu sendiri, Suku Bobongko, dan Suku Saluan. Suku Laut Bajo juga menghuni beberapa pulau yang komposisi penduduknya relatif homogen, hanya dihuni oleh orang-orang Bajo dengan keadaan khas dan unik mereka. Adapun suku lainnya yang datang belakangan di antaranya Bare'e, Gorontalo, Kaili, Bada, Bugis, dan lain-lain. Saat ini, bahasa daerah yang populer digunakan di wilayah kepulauan Togean adalah bahasa Togean. Bahasa Togean termasuk rumpun bahasa Saluan, dan di Una-Una terdapat suku Saluan dan suku Bobongko. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Togean di pulau Togean di kepulauan Togean di teluk Tomini Sulawesi Tengah? Seperti disebut di atas bahasa Togean diturkan di kepulauan Togean. Bahasa Saluan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Togean di pulau Togean di kepulauan Togean di teluk Tomini Sulawesi Tengah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (138): Bahasa Sea-Sea Pulau Peleng di Kepulauan Maluku di Timur Laut P Sulawesi; Bahasa Banggai Orang Sea-Sea


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Sea-sea merupakan suku asli di pedalaman dataran tinggi Pulau Peleng yang mendiami Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Banggai Laut dan sebagian wilayah Kabupaten Banggai di daerah pegunungan. Sebenarnya, terdapat tiga suku asli di Kabupaten Banggai, yaitu Suku Banggai, Suku Balantak, dan Suku Saluan. Akan tetapi, ketiga suku tersebut memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda.


Bahasa Banggai atau Silingan Banggai, merupakan anak cabang Melayu-Polinesia, yang dituturkan oleh suku Banggai dan suku Sea-sea yang disebut juga suku Banggai pegunungan. Penuturan bahasa ini berpusat di provinsi Sulawesi Tengah, yakni di kabupaten Banggai Kepulauan, Banggai Laut dan kabupaten Banggai. Di samping wilayah-wilayah inti suku ini, mereka juga tersebar di pesisir Maluku dan Maluku Utara (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sea-Sea di pulau Peleng di timur laut pulau Sulawesi di kepulauan Maluku? Seperti disebut di atas orang Sea-Sea disebutkan berbahasa Banggai. Adakah bahasa Sea-Sea atau hanya disebut bahasa Banggai Sea-Sea? Lalus bagaimana sejarah bahasa Sea-Sea di pulau Peleng di timur laut pulau Sulawesi di kepulauan Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 25 November 2023

Sejarah Bahasa (137): Bahasa Taliabu Orang Taliabu Pulau Taliabu; Pulau Taliabu Antara Pulau Sula di Timur-Pulau Sulawesi di Barat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Kabupaten Pulau Taliabu adalah salah satu kabupaten di provinsi Maluku Utara, merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sula 2012. Bahasa Taliabu adalah bahasa yang digunakan oleh etnis Taliabu. Kini semakin berkurang pengguna bahasa Taliabu dalam komunikasi sehari-hari, terutama bagi generasi muda dan masyarakat suku Taliabu di dalam maupun luar daerah.


Desain Kamus Bahas Daerah Taliabu Maluku Utara. Misrawati AP dkk. Abstract. Bahasa Taliabu adalah bahasa yang digunakan oleh etnis Taliabu yang terletak di propinsi Maluku Utara, Semakin berkurangnya penggunaan bahasa Taliabu dalam komunikasi sehari-hari, terutama bagi generasi muda dan masyarakat suku Taliabu yang berpenduduk di dalam maupun luar daerah disebabkan oleh perkembangan zaman dan terkikisnya budaya-budaya daerah oleh dampak modernisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sebuah aplikasi kamus bahasa Taliabu berbasis Android, yang akan memudahkan masyarakat dalam mempelajari kosa kata dalam bahasa Taliabu serta melestarikan bahasa Taliabu itu sendiri. Aplikasi ini dibangun dengan menggunakan Android Studio, Sqlite Manager dan diimplementasikan dalam sistem operasi Mobile yaitu Android. Metode analisis data yang digunakan yaitu waterfall (air terjun) dengan langkah-langkah sebagai berikut: Analysis, desain, implementation, testing, dan maintenance. Pengujian sistem menggunakan metode pengujian testcase yakni whitebox, dan blackbox (https://journal.upgris.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Taliabu orang Taliabu di pulau Taliabu? Seperti disebut di atas bahasa Taliabu dituturkan orang Taliabu di pulau Taliabu. Pulau Taliabu diantara pulau Sula di timur dan pulau Sulawesi di barat. Lalu bagaimana sejarah bahasa Taliabu orang Taliabu di pulau Taliabu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (136): Bahasa Sula Orang Sula Pulau Sula Kepulauan Maluku; Nama Pulau Sulawesi Era Navigasi Portugis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sula Baku (Li Sua) adalah sebuah bentuk bahasa baku yang digunakan sebagai basantara oleh masyarakat Sula yang terdiri dari beragam suku bangsa. Bahasa ini merupakan sebuah alternatif pemersatu bagi bahasa-bahasa Sulaik; yakni bahasa Fagudu, Faluhu, Fatcei, dan Mangon.


Rumpun Sula (Yafei Gareha; Yafai Gareha) adalah sebuah rumpun etnis atau bangsa pribumi wilayah Kepulauan Sula di Maluku Utara yang secara genealogis berasal dari moyang atau leluhur yang sama. Sejak tahun 1800an, rumpun Sula diidentifikasi sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Motto dari rumpun Sula ialah Dad Hia Ted Sua, yang memiliki arti "bersatu membangun Sula". Rumpun Sula terbagi kedalam beberapa soa atau suku, diantaranya ialah: Suku Fagudu, Suku Falahu, Suku Fatcei, Suku Mangon. Meskipun keempat suku tersebut berserumpun, namun masing-masing suku tidak mengklaim diri mereka sebagai bagian dari satu sama lain. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sula orang Sula di pulau Sula di kepulauan Maluku? Seperti disebut di atas, bahasa Sula dituturkan orang Sula di pulau Sula. Nama pulau Sulawesi pada era navigasi pelayaran Portugis. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sula orang Sula di pulau Sula di kepulauan Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 24 November 2023

Sejarah Bahasa (135): Bahasa Kur Orang Kur pulau Kur bahasa Kei pulau Kei;Bahasa Kur di kota besar Kota Tual di pulau Dullah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Kur adalah kelompok etnis yang berasal dari dari provinsi Maluku. Suku ini berasal dari wilayah pulau Kur di kepulauan Kei. Bahasa Kur dituturkan oleh masyarakat antara lain di desa Lokwirin, kecamatan Pulau-Pulau Kur, Kota Tual, provinsi Maluku. Pulau Kur garis antara pulau Banda dan pulau Dullah.


‘Hoer Findamar’ Asal Pulau Kur Maluku, Masuk Warisan Budaya Indonesia. Muh Alief. Sabtu, 5 November 2022. Makassar Rakyatsulsel - "Hoer Findamar" atau perahu mini tanpa awak asal kecamatan Pulau Kur, Kota Tual provinsi Maluku, ditetapkan pemerintah pusat sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) tahun 2022.  Di Kecamatan Pulau Kur yang dikenal dengan julukuan Finua "Makara". Ini ternyata masih taat pada petuah leluhur dalam bahasa keseharian masyarakat pulau-pulau Kur dikenal (Nit Mata Yat). Dalam pelaksanaan pagelaran festival perahu mini dilakukan setiap tahun musim bulan suci Ramadhan, ditunjukan warga Kecamatan Pulau Kur, Kota Tual, dengan melakukan tradisi "pemberangkatan perahu mini tanpa awak" di di pesisir bibir pantai menuju laut. Nama lain dari perahu mini adalah Hoer Findamar Lailatur Qodar. Prosesi yang dilakukan dengan cara pembuatan perahu mini dari kayu dilengkapi layar putih dan kemudi kecil. Muatan didalam perahu ini, makanan ciri khas daerah di Kur. Di dalam muatan perahu juga terdapat selembar kertas dengan tulisan nama-nama keluarga para almarhum yang telah meninggal. (https://rakyatsulsel.fajar.co.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kur orang Kur di pulau Kur, bahasa Kei di pulau Kei Kecil? Seperti disebut di atas bahasa Kur dituturkan orang Kur di pulau Kur juga di Kota Tual. Bahasa Kur di kota besar Kota Tual di pulau Dullah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kur orang Kur di pulau Kur, bahasa Kei di pulau Kei Kecil? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (134): Bahasa Kei di Pulau Kei Kecil - Bahasa Kur di Pulau Kei Kecil; Kota Besar Kota Tual dan Pulau Kei Kecil


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Kei adalah suku yang mendiami kepulauan Kei di provinsi Maluku. Masyarakat suku Kei bertutur menggunakan bahasa Kei yang berfungsi sebagai basantara bagi masyarakat di kepulauan Kei. Populasi suku Kei berjumlah sekitar 180.000 orang. Orang Tanimbar Kei merupakan salah satu sub-suku Kei yang mendiami pulau Tanimbar Kei umumnya beragama Hindu.


Bahasa Kei (disebut juga Veveu Evav, Veu Evav) adalah salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh suku Kei, di kepulauan Kei, atau yang mengaku sebagai warga asli dari 207 desa di pulau Kei Kecil, pulau Kei Besar, dan pulau-pulau sekitarnya. Warga penghuni pulau Kur dan Kamear adalah masyarakat penutur bahasa Kur, sementara warga desa Banda Eli (Wadan El) dan Banda Elat (Wadan Ilat) di Kei Besar adalah masyarakat penutur bahasa Banda. Kelompok-kelompok masyarakat ini dipercaya bermigrasi dari Kepulauan Banda dan masih melestarikan bahasa asli leluhur mereka, namun mereka juga mampu menuturkan bahasa Kei yang merupakan lingua franca di kepulauan ini. Tiap pulau, bahkan tiap permukiman (ohoi) memiliki dialek tersendiri, sehingga dialek-dialek ini sering kali dijadikan petunjuk daerah asal (kampung, pulau, atau kawasan tertentu di Kepulauan Kei) penutur bahasa Kei. Masyarakat Kei tidak memiliki budaya baca tulis sendiri. Para misionaris Katolik dari Belanda menuliskan kata-kata bahasa Kei dengan suatu bentuk variasi penggunaan abjad Romawi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kei di pulau Kei Kecil dan bahasa Kur di pulau Kei Kecil? Seperti disebut di atas bahasa Kei dituturkan oleh orang Kei di pulau Kei (Besar). Kota besar Kota Tual dan pulai Kei Kecil. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kei di pulau Kei Besar dam bahasa Kur di pulau Kei Kecil? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982