Sabtu, 28 Januari 2017

Sejarah Bandung (11): 'Taman Sejarah' dan Sejarah Taman; Taman Pertama di Bandung Pieters Park

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini

Taman 'Pieters Park', Bandoeng, 1846
Kota Bandung memiliki Taman Sejarah, tetapi tidak memiliki sejarah taman. Padahal cukup banyak taman di Kota Bandung. Taman Sejarah adalah suatu taman yang mengusung konsep sejarah, tetapi bukan sejarah taman, melainkan sejarah para walikotanya. Taman Sejarah ini baru beberapa hari lalu dibuka, tapi uniknya Taman Sejarah belum diresmikan. Padahal, biasanya diresmikan dulu baru dibuka. Biolehlah Taman Sejarah adalah yang pertama di Indonesia tetapi dari sudut sejarah, taman yang pertama di Kota Bandung adalah Taman Pieters Park.

Taman Pieters Park

Pendirian Kota Bandung dimulai pada tahun 1829, saat controleur kali pertama ditempatkan di Regentschap (Kabupaten) Bandoeng. Kota Bandung bermula dari rumah/kantor Controleur Bandoeng yang berada di sisi utara jalan pos trans-Java (yang baru) dan di sisi timur sungai Tjikapoendoeng. Saat itu, hanya kantor/rumah controleur adanya dan area sekitarnya ditemukan banyak rawa-rawa dan hutan belantara.

Peta taman 'Pieters Park'
Pada saat penempatan controleur ini garnisun militer yang berada di Tjimahi diperluas ke timur dengan membangun tangsi militer di sisi timur kantor/rumah controleur di suatu tempat yang kelak muncul nama kampong yang lebih dikenal sebagai Tjikoedapateuh (kini sekitar stadion Siliwangi). Tangsi militer ini kemudian ditingkatkan menjadi garnizoen militer. Di sekitar kantor/rumah controleur ini lambat laun bertambah bangunan yang digunakan oleh parkhuis, opziener dan para staf controleur. Tentu saja di lingkungan tersebut belum ada rumah orang-orang pribumi dan semuanya adalah orang-orang Eropa.

Pada tahun 1846 status controleur di Regentschap Bandoeng ditingkatkan menjadi Asisten Residen. Sejak itu beberapa bangunan pemerintah yang baru yang muncul adalah kantor dan rumah Asisten Residen. Kantor Asisten Residen dibangun di seberang kantor/rumah controleur, sedang rumah Asisten Residen dibangun di arah utara kantor/rumah controleur. Bangunan lainnya adalah gedung/balai besar di dekat kantor Asisten Residen. Lalu kantor pos dibangun di sisi utara jalan pos trans-Java (sejajar dengan kantor/rumah controleur tetapi berada sebelah barat sungai Tjikapoendoeng). Kemudian dibangun penjara di arah utara kantor pos (kelak disebut penjara Bantjeui).

'Taman Sejarah', Bandung, 2017
Satu bangunan lagi yang dibangun pada awal penempatan Asisten Residen ini adalah pembangunan kantor/rumah Bupati Bandoeng yang berada di seberang jalan pos trans-Java di arah selatan kantor pos. Rumah/kantor Bupati ini dilengkapi dengan lapangan luas yang kelak dikenal sebagai aloen-aloen. Rumah/kantor Bupati Bandoeng yang baru ini merupakan pengganti rumah/kantor Bupati Bandoeng yang selama ini berada di Bandoeng (lama) yang kemudian disebut Dajeh Kolot.  

De depan rumah Asisten Residen kemudian dibangun suatu taman yang indah yang kemudian di tengahnya dibuat kanal yang merupakan sodetan dari sungai Tjikapoendoeng untuk mengurangi bahaya banjir di selatan rumah/kantor Bupati. Taman ini merupakan taman yang pertama dibangun di Kota Bandung yang kemudian disebut Pieters Park.
Bataviaasch handelsblad, 30-07-1890
Mengapa disebut nama taman Peiterspark. Itu bukan karena dibangunnya kemudian gereka di sekitar taman, tetapi karena diakaitkan dengan nama Asisten Residen yang pernah menghuni rumah Asisten Residen—rumah yang menjadi pangkal perkara adanya taman: ‘…tapi saya ingin menyebutkan satu kata, Bandung bagi setiap orang asing adalah yang paling terkesan menyenangkan, baik oleh karena jalan yang terawat indah dan villa rapi dan banyaknya orang berjalan-jalan di sekitar kebun dan termasuk taman yang sangat luar biasa, Pieters park, dinamakan demikian karena digagas, mantan Asisten Residen Peter Sythoff…’ (Bataviaasch handelsblad, 30-07-1890).
Sejak itu dan sesuai dengan perkembangan kota, sejumlah taman dibangun. Nama-nama taman yang ada di Bandoeng antara lain, taman Insulinde Park (menjadi Taman Nusantara dan kini Taman Lalu Lintas), Soendapar yang kemudian berubah menjadi Molukkenpark (Taman Maluku), Taman Ganeca, Taman Angrek, dan tentu saja Taman Sari.

Ketika tahun 1905 dibentuk Gemeente (kota) Bandoeng, kantor walikota (burgermeester) di bangun di lokasi rumah Asisten Residen. Rumah Asisten Residen menjadi rumah Walikota (yang menghadap ke selatan), sedangkan kantor walikota menghadap ke utara (jalan Aceh).

Taman Pieters Park adalah awal pertama kali pertandingan sepakbola dilangsungkan pada tahun 1903 antara Tim Bandoeng dan Tim Batavia. Dalam perkembangannya, karena dianggap mengganggu, pertandingan sepakbola di Pieters Park dilarang dan diarah ke Aloen-Aloen. Selanjutnya pada nantinya, karena penonton semakin banyak, pertandingan sepakbola diarahkan ke garnizoen militer di Tjikoedapateuh (yang kini disebut stadion Siliwangi).

Masa Kini

Peta taman Pieters Park
Pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda (1949) Taman Pieters Park diubah namanya menjadi Taman Merdeka. Namun pada masa kini, namanya diubah lagi menjadi Taman Balai Kota. Sementara rumah Asisten Residen Bandung menjadi Balai Kota (Kantor Walikota). Sedangkan, kantor/rumah controleuer (yang merupakan bangunan pertama di kota Bandung) boleh jadi kini menjadi Kantor Dinas Binamarga.

Di lokasi yang sama dengan rumah/kantor Controleur kemudian didirikan Hotel Preanger. Sedangkan di sisi barat kantor/rumah controleur (kini Jalan Cikapundung) dibangun gedung societeit Concordia yang di era kemerdekaan menjadi lokasi Gedung Merdeka dan dan Museum Konferensi Asia-Afrika. Jalan besar yang dulu adalah jalan pos trans-Java lalu kemudian disebut Jalan Asia Afrika.

Rencana tata kota (1930):psosi  kini Gedung Sate
Satu lagi, jalan yang dulu yang merupakan jalan penghubung antara kantor/rumah controleur dengan rumah Asisten Residen selanjutnya disebuat Bragaweg. Nama jalan ini namanya tetap dipertahankan sebagai Jalan Braga hingga ini hari.

Dengan demikian, taman Pieters Park yang merupakan taman pertama di Kota Bandoeng (1846) hingga masa ini lanskapanya tetap bertahan, namun namanya telah berubah menjadi Taman Balai Kota, tamannya Kantor Walikota Bandung. Sedangkan, Taman Sejarah yang tengah menjadi pembicaraan warga Kota Bandung, awalnya adalah bagian dari gedung Departemen GB yang dibatasi oleh Wilhelmina Boulevard. Gedung DGB kini menjadi Kantor Gubernur yang juga disebut Gedung Sate, sedangkan jalan Wilhelmina menjadi Jalan Diponegoro. Lapangan di seberang Gedung DGB disebut lapangan Diponegoro. Lapangan dan sekitarnya inilah yang diduga menjadi lokasi Taman Sejarah Kota Bandung yang baru. Taman sejarah yang tidak menceritakan sejarah taman di Bandung. Abdi nyuhunkeun dihapunteun, Kang Emil.


*Dikonpilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan seumber-sumber tempo doeloe.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar