*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini
Klik Disini
|
Bandoeng, 1819 |
Adrianus
Johannes adalah orang pertama yang mengabadikan Bandung dalam sebuah lukisan
yang dibuat pada tahun 1819. Lukisan pertama tentang Bandung adalah lanskap
Bandung (area pusat kota Bandung yang sekarang). Lukisan Adrianus
Johannes ini diberi judul ‘Herten jacht te Bandong’ (Berburu rusa di Bandung). Lukisan ini menggambarkan
suatu bangunan panggung yang besar di tengah padang yang menjadi area perburuan
rusa oleh militer Belanda. Adrianus
Johannes ke Preanger pada era Pemerintahan Hindia Belanda (pasca era Inggris 1811-1815). Pada tahun 1810 Pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan invasi ke Preanger dan mulai membangun jalan pos trans-Java ruas Batavia-Chirebon melalui Buitenzorg, Tjoseroea, Tjiandjoer, Baybang (kini Radja Mandala), Soemadang. Saat Adrianus Johannes membuat lukisan, ruas Baybang-Soemadang masih melalui area yang lebih tinggi di Tjipagantie dan Oedjoengbrong.
|
Dipo Negoro (1830) |
Adrianus Johannes Bik lahir tanggal 13 Januari
1790 di Duinkerken. Adrianus tiba di Hindia Belanda pada bulan April 1816
dengan kapal Evertsen. Selama ekspedisi di Jawa, Adrianus membuat gambar dalam
bentuk lukisan dari berbagai hal, seperti lanskap, peninggalan kuno, orang,
pohon dan tanaman. Adrianus Johannes Bik adalah orang yang berhasil melukis dengan
potlot Pangeran Diponegoro pada tahun 1830 dengan judul lukisan: DIPO NEGORO
Hoofd der Muitelingen op Java (Diponegoro Pimpinan Pemberontak dari Jawa).
Nama-Nama Pelukis Tempo Doeloe
Adrianus
Johannes Bik boleh jadi pelukis pertama yang mengabadikan daerah Preanger
(Priangan). Nama-nama lain yang juga membuat lukisan Bandung di Preanger adalah
Joannes Henricus Willem le Clercq, Franz Wilhelm Junghuhn dan Isaac Groneman, Charles
Theodore Deeleman, CW Mieling, JP Berghaus, Ernest Hardouin, dan lainnya.
|
Groneman (1859): Goenong Malabar dari Tjioemboeloeit |
Pelukis-pelukis tersebut di atas memiliki
fungsi ganda dan fungsi khusus: dokter, botanis, militer dan pelukis. Saat itu
tentu belum ada alat perekam seperti camera. Lukisan-lukisan mereka itu menjadi
abadi dan yang terpenting kita dapat melihat kembali visual masa lampau seperti
di Bandung dan Padang Sidempuan. Lukisan-lukisan mereka menjadi sumber
data/informasi masa kini ketika kita ingin menulis sejarah Bandung masa lampau.
Untuk menginterpretasi lukisan-lukisan mereka kita perlu mengkombinasikan
dengan data/informasi yang bersumber dari peta (kaart) dan surat kabar (blad).
Tapi untunglah mereka adalah pelukis beraliran realitas (melukis apa adanya).
|
Jalur masuk Padang Sidempuan (Clercq, 1846) |
Dalam
menulis serial artikel Sejarah Bandung ini, lukisan-lukisan mereka juga turut
memperkuat fakta sejarah. JHW le Clercq, Franz Wilhelm Junghuhn sama-sama
pernah merekam situasi dan kondisi di Padang Sidempuan dan Bandung. Mereka
berdua sebelum bekerja di Bandung, Preanger Regentschap sudah lebih dahulu
bekerja di Padang Sidempuan afdeeling Mandailing en Angkola. Junghuhn sebagai
geolog dan botanis (asal Jerman) meninggal di Lembang, Bandung dan Clercq
tentara professional (asal Perancis) meninggal di Den Haag.
|
Jembatan rotan dekat Padang Sidempuan (Junghuhn 1840) |
Isaac Groneman
pada tahun 1860 datang ke Bandoeng sebagai dokter. Junghuhn dan Groneman
memiliki kontribusi besar dalam pembangunan social dan ekonomi pada tahap awal
di Bandung dan Preanger. Groneman intens membantu penanganan berbagai penyakit
dan endemik di Bandung khususnya dan di Preanger umumnya. Demikian juga Junghuhn
yang memetakan geologi dan botani di Preanger termasuk di dalamnya
introduksinya soal kina dan the. Satu logi tokoh yang seangkatan dua pelukis
ini adalah Holle yang bergerak di bidang pendidikan termasuk social budaya.
Mereka bertiga adalah ahli di bidangnya, sarjana yang berdedikasi tidak hanya
kepada pemerintah yang mempekerjakan mereka tetapi juga kepada penduduk (mereka
bertiga adalah orang-orang yang juga humanis).
*Dikompilasi oleh Akhir
Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar