Moda transporasi kereta api adalah solusi angkutan massal di Jawa ketika moda transportasi laut mengalami percepatan setelah mulainya beroperasinya Terusan Suez. Pergeseran pelabuhan Semarang dari sungai Semarang ke Moeara Baroe Havenkanaal merupakan salah satu bentuk respon perubahan drastis moda transportasi laut. Di darat, peran jalan pos Trans-Java (sejak Daendles, 1810) mulai kedodoran menghadapi denyut ekonomi internasional (komodi ekspor) dari pedalaman. Dalam situasi dan kondisi inilah ide pembangunan kereta api muncul.
Peta proyeksi pembangunan kereta api di Jawa, 1864 |
Inilah alasan utama mengapa ide pembangunan kereta api
dimulai di Semarang. Pada masa kini, moda transportasi (bahasa sekarang:
infrastruktur) adalah instrumen penting dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Volume ekspor-import di pelabuhan (baru) Semarang di Moeara Baroe yang terus
meningkat dan volume transaksi perdagangan komoditi di arah timur dan arah
selatan Semarang memunculkan ide baru pengusaha untuk memperkenalkan alat
angkutan massal kereta api. Mari kita telusuri asal-usulnya.
Jalur Kereta Api Ruas Semarang-Tanggoeng
Gagasan pembangunan kereta api sudah muncul pada awal
tahun 1840an. Ide ini muncul setelah dianggap di pedalaman Jawa kondusif paling
tidak dari aspek keamanan (pasca Perang Jawa). Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri tanggal 28 Mei 1842 dua perwira teknik ditunjuk untuk melakukan
persiapan pembangunan jalur kereta api Semarang-Kedoe dan wilayah-wilayah
terkemuka (lihat Journal de La Haye, 23-08-1843). Rencana pembangunan
kereta api ini disambut positif para pengusaha di Semarang. Hal ini akan
membuat produk dari dan ke Vortenlanden akan lancar, lebih murah ongkos angkut
dan produk tidak banyak rusak. Produk-produkn tesebut seperti kapas, bawang,
jagung dan sebagainya (Bataviaasch handelsblad, 10-12-1859) Produk dari ke
Soeracarta selama ini ada dua jalur: sungai dari Soeracarta melalui rivier Solo
ke Gresik, yang hanya bisa dilayari lima bulan dalam setahun; darat melalui
pegunungan. Pembangunan kereta api melalui sisi timur dari Semarang ke
Soeracarta sangat dimungkinkan karena lebih rendah.
Pembangunan rel kereta api Tandjongdjati, 1864 |
Opening van Halte Tanggoeng bij Semarang, 1867-08-10 |
Namun dalam perkembangannya pembangunan jalur kereta api ruas
Batavia-Buitenzorg tidak segera dimulai. Sementara jalur kereta api di wilayah
Semarang berlangsung sesuai rencana dan sudah mulai beroperasi pada tahun 1867.
Apa yang menyebabkan kelambatan untuk pengoperasian kereta api jalur
Batavia-Buitenzorg diduga karena alasan-alasan teknis (berdasarkan studi
kelayakan lebih lanjut). Tampaknya jalur kereta api ruas Batavia-Buitenzorg
tidak efisien melalui Bekasi dan juga tidak efisien melalui sisi timur sungai
Tjiliwong. Pembangunan yang efisien adalah melalui sisi barat sungai Tjiliwong
(sebagaimana yang kita lihat sekarang): Batavia-Depok-Buitenzorg. Akhirnya
realisasi pembangunan kereta api ruas Batavia-Buitenzorg direalisasikan pada
tahun 1869. Pembangunan jalur kereta api Batavia-Buitenzorg ini ditandai dengan
pencangkulan pertama yang dilakukan oleh Gubernur Jenderal pada tanggal 25
October 1869. Pembangunan jalur kereta api Batavia-Buitenzorg dibuat dua tahap.
Tahap pertama Batavia (kini Jakarta Kota) ke Meester Cornelis (Djatinegara)
yang dimulai tahun 1869 (dua tahun setelah Semarang-Tanggoeng).
Stasion Kedongdjati,
1868
|
Fort Willem I Ambarawa, 1880
|
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar