Pemerintahan Hindia Belanda menggantikan VOC dimulai tahun 1800. Namun secara administratif wilayah belum terbentuk. Namun demikian, Pemerintah Hindia Belanda sudah mengidentifikasi sejumlah kota penting dalam rangka untuk membangun jalan pos Trans-Java. Kota-kota tersebut adalah Bantam, Batavia, Buitenzorg, Tjisaroa, Tjiandjoer, Baybang, Bandoeng, Sumadang, Tjieribon, Tegal, Paccalongan, Samarang, Joanna, Bandjer, Sidaijoe dan Sourabaija (lihat Bataviasche koloniale courant, 05-01-1810).
Stadhuis (Balai Kota) Semarang, 1867 |
Setelah era Inggris digantikan Belanda kembali (1816),
pembagian pemerintahan daerah tidak segera terbentuk seperti di era Inggris.
Pembentukan daerah berproses, dalam arti mengalami perubahan sesuai situasi dan
kondisi yang dihadapi. Bagaimana proses pembentukan daerah Semarang perlu
kiranya untuk ditelusuri.
Residentie Semarang
Ketika Pemerintah Hindia Belanda memulai pemerintahan di
Semarang tidak mudah. Pasca kepergian Inggris, di berbagai daerah muncul
ketegangan termasuk di Semarang, Soerakarta dan Djogjakarta. Puncak ketegangan
ini terjadi Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perang Jawa ini
berlangsung antara 1825-1830.
Stadhuis Semarang, 1895 |
Pada tahun 1836 beberapa residentie yang teridentifikasi
adalah: Cheribon, Semarang, Soerakarta, Djokjokarta, Kadoe, Bagelen, Banjoemaas.
Pekalongan, Japara en Jonna, Tagal dan Rembang (Javasche courant, 08-10-1836). Selain
itu terdapat Residentie Madioen, Kedirie, Soerabaja, Pasoeroan dan Basoeki.
Di Sumatra baru beberapa residentie yang terbentuk yakni: Palembang en
Banca, Padangsche Benelanden, Padangsch Bovenlanden, Bencoelen (1834) dan
Residentie Tapanoeli (1840).
Residentie Semarang sendiri terdiri dari: Kotta Semarang;
District Oegaran, Salatiga dan Ambarawa; Regentschap Demak, Poerwadadi,
Grobogan dan Kendal (lihat Javasche courant, 22-10-1836). Asisten Residen di
Salatiga; di Demak dan Grobogan.
Residen Semarang
Asisten Residen pertama Residentie Semarang adalah J van
Gigh yang memulai tugas pada tahun 1822. J van Gigh meninggal tahun 1824 lalu digantikan oleh van
Gulik Gulik kemudian digantikan oleh JG Goldman pada tahun 1829.
Status Asisten Residen Semarag kemudian ditingkatkan menjadi Residen. Dalam hubungan ini sejumlah asisten residen
ditempatkan di Residentie Semarang seperti di Salatiga, Grobogan dan Kendal.
Residen selanjutnya adalah HS van Son, GL Baud, Jhr T.
Van Capelle, Keuchenius, Van der KAA, Van der Hell, PF Wegener, G Kuster dan JM
van Vleuten. Residen Semarang pada saat dibentuk gementee adalah HCAG. de
Vogel. Residen selanjutnya adalah J. H. Nieuwenhuis. AH Maas Geesteranus, J
Bijleveld dan AM Pino. Residen Semarang yang terakhir adalah JFA van Bruggen
(yang diangkat tahun 1940).
.
Gemeente dan Burgermeester Semarang
D. de Jongh |
A Bagchus |
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar