Sejarah sepak bola di Semarang adalah permainan yang terbilang tua, sudah sejak dari dulu ada Sebagaimana di kota-kota lain, di Kota Semarang permainan sepak bola sangat disukai warganya. Tidak hanya oleh warga Eropa/Belanda tetapi juga warga Tionghoa dan penduduk asli (pribumi). Sepak bola Semarang adalah bagian dari sepakbola Indonesia sejak era kolonial Belanda.
Klub Vios Batavia di Semarang, 1914 |
PSIS Semarang adalah klub terkenal di Kota Semarang,
suatu klub yang dibentuk dari perserikatan sepak bola di Semarang pada tahun
1993. Perserikatan Sepak Bola Semarang sendiri adalah suatu perhimpunan seluruh
sepak bola di Semarang yang didirikan pada tanggal 18 Mei 1932. Munculnya
perserikatan sepak bola ini sebagai respon dari dinamika sepak bola yang ada di
Semarang yang jauh sebelumnya telah diperkenalkan oleh orang-orang
Eropa/Belanda.
Bagaimana perjalanan sejarah sepak bola di Semarang tentu menarik untuk
diperhatikan. Hal ini tidak saja karena PSIS tengah berjuang untuk naik kelas
dari Liga-2 ke Liga-1 dan tradisi PSIS Semarang yang moncer di masa sebelumnya,
tetapi karena sepak bola Semarang, komunitas sepak bola dimana PSIS Semarang
lahir sudah sejak lama memiliki kompetisi yang bermula di kalangan orang-orang
Eropa/Belanda. Mari kita telusuri.
Sepak Bola di Semarang Bermula 1899
Hingga tahun 1895 di Semarang belum ditemukan adanya
permainan sepakbola (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad,
13-06-1895).
Tidak lama setelah Batavia memiliki Gymnastiek Vereeniging (Perhimpunan
Senam), juga menyusul perhimpunan sejenis di Medan. Pada bulan Mei 1888 di
Medan dilaporkan bahwa telah didirikan suatu perhimpunan senam (lihat
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
30-05-1888). Perhimpunan senam ini merupakan bagian dari salah satu organisasi
social. Perhimpunan Deli Wedren memiliki perhimpunan senam yang diberi nama
Gymnastiek-club (lihat Algemeen Handelsblad, 23-03-1890). Dalam
perkembangannya, klub senam Medan ini tidak hanya menghimpun peminat-peminat
senam, tetapi juga tennis, kriket dan sepakbola serta balap sepeda. Pada akhir
tahun 1893 (tahun baru 1894) dilaporkan ada pertandingan sepakbola antara klub
Deli dengan tim dari Penang (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad,
02-01-1894). Setelah Medan, sepakbola dilaporkan di Batavia (Java-bode: nieuws, handels-
en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-05-1896): ‘Pertandingan sepak bola,
kemarin siang dari pukul 5-6 di sudut Koningsplein Gang Scott [kini Tugu Air Mancur Lapangan Monas] antara Bataviasche
Sportclub dan Batavia-Cricket-Club, dimenangkan oleh yang pertama dengan 1
melawan 0 goal’.
Sesungguhnya permainan sepakbola belumlah lama berkembang
bahkan di Eropa sendiri. Meski demikian, sepak bola di Nederlandsch Indie (baca:
Indonesia) dengan cepat menyebar. Awalnya dimulai di kalangan militer (di dalam
garnisun) kemudian diadopsi oleh klub (sosial) olahraga. Setelah dilaporkan
adanya sepakbola di Medan dan Batavia, sepak bola muncul di Soerabaja. Di
Semarang sendiri adanya sepakbola kali pertama dilaporkan tahun 1899. Ini bermula ketika Semarangschr
voetbalclub melakukan pertandingan dengan tim Soerabaja (Soerabaijasch
handelsblad, 22-05-1899).
De locomotief, 26-10-1899 |
Di kalangan pribumi, sepakbola di Deli terbilang yang
pertama. De Sumatra post edisi 24-05-1899 melaporkan bahwa di Medan telah diselenggarakan
pertandingan sepakbola dengan tajuk pergaulan bersahabat (verbroedering): ‘Kemarin
sore yang berada di lapangan Esplanade (kini Lapangan Merdeka) di Medan
terlihat tontonan yang menggembirakan. Sejumlah orang Eropa berada di
pertandingan sepak bola tersebut dengan warga Tionghoa dan kaum pribumi. Hidup
persaudaraan!!’.
Kompetisi Sepak Bola Semarang
Pertandingan sepak bola pertama di Medan. Dua kesebelasan
kerap bertanding di Medan, yakni: kesebelasan Medan (Belanda) dan kesebelasan
Penang (Inggris). Inggris dan Belanda adalah dua negara yang penduduknya sangat
menyukai sepak bola saat itu (gibol). Dua kesebelasan bertetangga ini menandai
awal dipopulerkannya sepak bola di Asia Tenggara. Kebelasan Medan ini kemudian
menjadi Medan Sportclub (yang didominasi oleh orang-orang Belanda). Lalu pada
tahun 1901 didirikan klub di Langkat (Sumatra Post 20-12-1901). Klub Langkat
ini didominasi oleh orang-orang Inggris yang disebut Langkat sprotclub. Dua
klub ini kemudian kerap bertanding dan menjadi rivalitas.
Walau pertandingan sepak bola sangat seru di Medan, namun kompetisi sepak
bola justru dimulai di Batavia. Di Batavia sejumlah klub bermunculan. Beberapa
klub yang sudah ada di Batavia melakukan kompetisi dalam bentuk turnamen
(beker). Kompetisi ini (terdeteksi) dimulai pada tahun 1904. Ada enam klub yang
berpartisipasi: yakni: VIOS, Bataviasch Voetbal Club (BVC), Oliveo, Hercules,
Vooruit dan Docter Djawa School (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 18-07-1904).
Sepak bola semakin populer. Klub-klub didirikan di
berbagai kota: Medan, Batavia, Soerabaja, Bandoeng dan Semarang. Popularitas
sepak bola sudah mulai mengimbangi popularitas kriket dan pacuan kuda. Melihat
dinamika sepak bola ini, surat Algemeen Handelsblad di Batavia menerbitkan
majalah olahraga pertama dengan nama Indische Sport: Weekblad voor Sport in
Indie (lihat De Sumatra post, 13-03-1905). Laporan utama majalah olahraga
pertama edisi perdana adalah mengetengahkan sepak bola di Medan.
De Preanger-bode, 31-03-1904 melaporkan suatu pertandingan sepak bola
antara anak-anak Bandoengsche melawan Bataviasch Voetbal Club (BVC) di aloon-aloon (Bandung) atau Pietersplein (Pieters
Park). Inilah awal pertandingan sepak bola di Bandoeng. Pada tahun berikutnya
VIOS yang bermarkas di Meester Cornelis juga bertandang ke Bandoeng untuk
melawan tim Bandoeng (UNI) dan tim Tjimahi (Sparta).
Klub pribumi pertama telah didirikan di Bindjei dan di
Medan (De Sumatra post, 02-06-1905). Klub tersebut yakni: Tamansafakat Bindjei
(anak-anak Melayu) dan Letterzetters Medan (anak-anak Tapanoeli). Dua klub ini
saling menyambangi untuk melakukan pertandingan. Di Batavia juga bermunculan
klub pribumi (Bataviaasch nieuwsblad, 24-07-1905). Nama-nama klub pribumi di
Batavia ini antara lain Gang Salitude, Gang Timboel, Norbek dan Gang Petjenongan.
Klub-klub ini juga melakukan turnamen yang mana piala (beker) disediakan (surat
kabar) Bintang Hindia. Catatan: klub Docter Djawa School sejatinya adalah klub
pribumi, namun lebih berafiliasi dengan kpmpetisi orang-orang Eropa/Belanda di
Batavia. Docter Djawa School adalah sekolah kedokteran yang dikhususkan untuk
golongan pribumi.
Setelah di Batavia,
kompetisi menyusul diadakan di Medan (De Sumatra post, 02-12-1905). Ada tiga
klub yang berkompetisi: Medan club (Belanda), Langkat Sportclub (Inggris) dan
Toengkoe (pribumi). Pada tahun 1906 (Sjarikat) Tapanaolie
voetbal club didirikan (Sumatra post, 19-03-1906). Pada tahun 1907 kompetisi sepak
bola di Medan sangat berwarna: Belanda, Inggris, Tionghoa, Melayu dan
Tapanoeli. Kompetisi tahun 1907 bahkan dibagi ke dalam dua divisi (De Sumatra
post, 02-10-1907). Tahun ini merupakan awal pembentukan perserikatan sepak bola
di Medan yang disebut Deli Voetbal Bond menyusul bond yang telah didirikan di
Batavia (Bataviasch Voetbal Bond) tahun 1905. Sementara di Batavia kompetisi
tetap terbelah: Eropa/Belanda (termasuk Docter Djawa School) vs pribumi.
Menariknya pada tahun ini (1907), ketika kompetisi jeda di Batavia, klub-klub
Eropa/Belanda bertandang ke Bandoeng dan Semarang, klub Dokter Djawa School
justru melakukan lawatan ke Medan untuk bertanding dengan klub Tapanoeli
Voetbal club (sebagai tuan rumah). Lawatan ke Medan ini dipimpin oleh Kapten
Tim Docter Djawa School, Radjamin Nasoetion. Perserikatan sepak bola kemudian
menyusul dibentuk tahun 1908 di Soerabaja dengan nama Oost Java Voetbal Bond (Soerabaijasch
handelsblad, 20-11-1908). Sarikat yang berbasis di Soerabaja ini termasuk klub-klub
di Malang. Catatan: Dr. Radjamin Nasoetion (eks kapten Tim Docter Djawa Club) tahun
1926 mendirikan bond baru di Medan dan kemudian pada tahun 1934 menjadi pembina
bond sepak bola Soerabaja. Radjamin Nasution kelak dikenal sebagai Wali Kota
pribumi pertama di Kota Soerabaja.
Sementara sepak bola sudah berkembang di Batavia, Medan,
Soerabaja dan Bandoeng, di Semarang juga sepak bola semakin semarak. Pada tahun
1906 di Semarang dilakukan pertandingan segitiga antara Hippies Sport
Vereeniging di Pontjol, Go A Head dan tim dari Semarangsch Voetbal Vereeniging
(Soerabaijasch handelsblad, 07-03-1906).
Klub sepak bola di kalangan militer di Ambarawa di benteng Willem I yang
diberinama Ambarawa Voetbal Club (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 22-02-1910). Klub Ambarawa ini sering disambangi klub
Sparta (militer) dari Tjimahi yang berkompetisi di Bandoeng Voetbal Bond.
Catatan: di Batavia juga ada klub Sparta (militer) yang berpartisipasi dalam
kompetisi Bataviasch Voetbal Bond.
Sejak didirikannya Sport Vereeniging di Semarang (De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 26-10-1899), keberadaan
Semarangsch Voetbal club terus eksis. Pada tahun 1911 sepak bola Semarang bergabung
ini sehubungan dengan dileburnya SVV dan Semarangsch Ruine (Algemeen
Handelsblad, 04-12-1911) yang kemudian ditandai pertandingan antara antara
Handelsclub dengan Go A Head. Kesebelasan dari Oost Java Voetbal Bond melakukan
pertandingan di Semarang melawan tim SVV (Algemeen Handelsblad, 04-12-1911). Sejak
bergabungnya perhimpunan olahraga/sepakbola di Semarang nama Semarang kerap
muncul di kancah persepakbolaan. De Sumatra post, 25-05-1912 melaporkan Tim
Semarang melawan DOC dari Tjimahi. Lalu pada bulan Desember 1912 klub dari
Batavia bertanding di Semarang dengan klub Semarangsch Voetbalclub TVV (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 27-12-1912).
Kejuaraan Antar Perserikatan Se-Jawa
Pertama di Semaramg 1914
Meski sepak bola
Semarang dan perserikatan sepakbola Semaramg telat muncul namun penetapan
tempat Kejuaraan Antar Perserikatan di Jawa (Java Kampioneschap) justru dipilih
di Semarang. Pegiat sepak bola di Semarang menyambuat baik usulan tempat kejuaraan
antar perserikatan seja Jawa tersebut di
Semarang tahun 1914. Meski demikian, inisiatif kejuaraan dan pemilihan tempat muncul
dari West Java Voetbal Bond te
Weltevreden (kini Gambir).
Pada akhir tahun 1912 statuta West
Java Voetbal Bond atau de statuten der vereeniging West Java Voetbal Bond
te Weltevreden (Bataviaasch nieuwsblad,
06-11-1912). West Java Voetbal Bond telah mengajukan usulan ke dewan kota untuk
pembebasan pajak karena dianggap bersifat public (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 26-11-1912). Dari rapat yang dilakukan di bioskop Gobe di
Batavia baru-baru ini West Java Voetbal Bond mengusulkan diadakan kejuaraan
sepakbola se-Jawa (Java Kampioneschap) dimana dipusatkan (semi final dan final)
di Semarang dan untuk mensukseskan acara pengurus akan melakukan kerjasama
dengan Semarang, Bandung dan Surabaya. Batavia sendiri dibuat terpisah dari
West Java sehingga kejuaraan itu nantinya akan diikuti oleh empat tim (lihat De
Preanger-bode, 24-05-1913).
Dalam berita tersebut
disebutkan bahwa tiap-tiap wilayah melakukan prakualifikasi dan mengirmkan tim
juara untuk mewakili ke Semarang dan akan dilaksanakan pada bulan Agustus 1914.
Hadiah utama disediakan untuk pemenang dan juga kepada tim yang mewakili
wilayahnya. Untuk tim dari luar Semarang pembiayaan ditaksir sekitar f4.000
yang meliputi biaya perjalanan pp dan akomodasi selama di Semarang untuk jumlah
60 orang (pemain dan official). Oleh karenanya setiap wilayah harus
berkontribusi sebesar f1.000 untuk dana pusat yang mana anggaran ini nanti akan
digunakan untuk biaya penyelenggaraan dan stadion serta piala. Kejuaraan ini
diselenggarakan di bawah tanggung jawab West Java Voetbal Bond (untuk
sementara, inisiatif Batavia dan belum ada rapat antar bond).
Juara antar kota di Semarang 1914: Vios dari Batavia |
Tim Jakarta diwakili
oleh VIOS plus. Tim berangkat dengan kereta api dari Batavia hari Jumat sore,
selama 13 jam dan tiba subuh (2.30) di Semarang. Pada hari Sabtu, 29 Agustus
mengalahkan tim Bandung. Pada hari Minggu Semarang mengalahkan Surabaya 3-0.
Final dilangsungkan hari Senin antara Jakarta dan Semarang. Pada turun minum
2-0 dan akhirnya Jakarta menang 3-0. Kapten Stom menerima piala. Resident atas
nama warga mengucapkan terimakasih, tim Jakarta telah memberikan tontonan yang
menarik. Para pemain kedua tim menerima medali emas (Jakarta) dan perak
(Semarang).
Bataviaasch nieuwsblad, 02-09-1914
melaporkan tadi malam tim Jakarta di Kemayoran Mr Van Btiuren, presiden WJVB
(West Jazwa Voetbal Bond) menjamu para pemain, pelatih dan ofisial dan
memberikan karangan bunga. Banyak yang hadir, termasuk pimpinan Indsich Sport.
Dengan demikian, Jakarta adalah juara se-Jawa
Lapangan Aloon-Aloon disulap jadi stadion di Bandung, 1918 |
PSIS Semarang di Era Perserikatan dan Liga Indonesia
Meski disebutkan PSIS lahir tahun 1932, namun secara
teknis nama PSIS baru populer pada tahun 1950 (De locomotief: Samarangsch
handels- en advertentie-blad, 25-07-1950). Ini terkait dengan pembukaan stadion
Kridosono di Djogja yang mana tiga kesebelasan (perserikatan) berpartisipasi
dalam turnamen setengah kompetisi: PSIS Semarang, Persis Solo dan PSIM. Tim
PSIS Semarang terdiri dari P. van Dunk, Kornis Lic, Tiong Tat, Siomg Koei, Tik
Djwan, Béng Gwee, Kik Sioe, Soenarto, Hok Tjwan, Soepardi, Soegiono, Said,
Kamdi, Kee Sien, Ngo Liok, Tjin Hiap dan Kian Djiang.
Sepak bola bergairah kembali setelah era kolonial Belanda berakhir tahun
1942. Pada era pendudukan Jepang pertandingan sepak bola tidak terdeteksi dan
baru muncul kembali di akhir perang kemerdekaan, Pada pasca kedaulatan RI
(1949) pertandingan pertama dilaporkan di Djogja ini.
PSIS Semarang mengalahkan PSIM Djogja dengan skor 3-0 (De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 29-07-1950). PSIS
mengalahkan Persis Solo dengan skor 3-1 (De locomotief : Samarangsch handels-
en advertentie-blad, 31-07-1950). Oleh karena PSIM dan Persis Solo berakhir
imbang (0-0) maka PSIS Semarang yang menjadi juara. Sejak itu nama PSIS Semarang
kerap dibicarakan, tidak hanya di Midden Java tetapi di seluruh Java dan bahkan
Indonesia.
Uniknya, PORI mengusulkan dan mengklaim pertandingan turnamen di Djogja ini
sebagai prakualifikasi Kejuaraan Nasional Antar Perserikatan. PSIS Semarang sebagai
pemenang dari Midden Java (Jawa Tengah) akan dipertemukan dengan juara dari
West Java dan Oost Java. Dinyatakan juara dari Macassar dan Medan tidak bisa
hadir (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 31-07-1950).
Akhirnya juara nasional kejuaraan perserikatan dimenangkan oleh Persebaja
Soerabaja.
PSIS tetap aktif berpartisipasi namun hasilnya kurang
memuaskan sebagai wakil dari Midden Java. Persebaja Soerabaja yang menjadi
juara pada tahun 1950, juga berhasil menjadi juara pada tahun 1951 dan 1952.
Dalam tiga tahun pertama ini yang menjadi runner-up adalah Persib Bandoeng dan
Persidja Djakarta.
Oleh karena adanya suhu politik yang tidak menentu (munculnya pemberontakan
di beberapa daerah), kejuaraan perserikatan tidak dilaksanakan tahun 1953. Pada
kejuaraan tahun 1954 tim luar Jawa ikut berpartisipasi yang diwakili oleh PSMS
Medan. Pada kejuaraan ini PSMS Medan sebagai runner-up yang mana sebagai juara
baru adalah Persidja Djakarta. Pada tahun berikutnya kembali kejuaraan nasional
perserikatan dibatalkan karena adanya pemilu 1955. Kejauaraan baru dilanjutkan
tahun 1957 yang mana sebagai kampiun adalah PSM Makassar dengan runner-up PSMS
Medan. Baru beberapa tahun kemudian, 1967 PSMS Medan menjadi kampiun. Pada
tahun 1968 format baru kejuaraan diperluas dan ditata sedemikian rupa dan
dimulai pada tahun 1969. Kompetisi ini berakhir pada tahun 1971 yang mana
sebagai kampiun adalah PSMS Medan. PSMS Medan kembali menjadi juara pada tahun
1983 dan menjadi juara lagi pada kejuaraan berikutnya tahun 1985. Dalam final
yang dilangsungkan di Stadion Senayan Jakarta ini PSMS Medan mengalahkan Persib
Bandung. Saya turut hadir menonton di stadion Senayan.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Boleh minta nomor wa mas?
BalasHapusSilahkan korespondensi via email di atas (Read Me)
HapusTerimakasih
Email sesuai nama njenengan tidak ada mas 🙏
HapusAda pada laman 'Read Me' di atas
Hapus