*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Palembang dalam blog ini Klik Disini
Kota Palembang masa kini adalah kota metropolitan yang dilintasi oleh sungai Musi. Kota Palembang bermula dari seputar lingkungan kraton. Distrik Palembang adalah distrik pertama di Sumatra yang mana pemerintahan pertama Pemerintah Hindia Belanda dibentuk. Sejak kehadiran orang Eropa/Belanda, kota Palembang yang berkedudukan di sekitar kraton Palembang secara perlahan tumbuh dan berkembang hingga mencapai bentuknya yang sekarang.
Kota Palembang masa kini adalah kota metropolitan yang dilintasi oleh sungai Musi. Kota Palembang bermula dari seputar lingkungan kraton. Distrik Palembang adalah distrik pertama di Sumatra yang mana pemerintahan pertama Pemerintah Hindia Belanda dibentuk. Sejak kehadiran orang Eropa/Belanda, kota Palembang yang berkedudukan di sekitar kraton Palembang secara perlahan tumbuh dan berkembang hingga mencapai bentuknya yang sekarang.
Kraton Palembang dan Pos VOC/Belanda, 1780 |
Meski sejarah Kota Palembang sudah banyak ditulis, namun
sejarah Kota Palembang tentu saja masih menarik untuk ditulis ulang. Sejarah
Kota Palembang tentu saja tidak hanya sekitar hal ihwal nama Palembang sendiri
dan kebesaran Kerajaan Sriwijaya di masa lampau. Sejarah Kota Palembang
haruslah dikaitkan dengan yang lain seperti kedatangan orang Eropa, keberadaan
sungai Musi, politik dan perang yang terjadi, pembangunan pusat perdagangan,
pembentukan pemerintahan dan pembangunan berbagai fasilitas, pembangunan moda transportasi
darat, perkembangan sosial seperti kesehatan dan pendidikan dan tentu saja perihal
yang terjadi selama pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan hingga pengakuan
kedaulatan RI oleh Belanda. Dengan memperhatikan relasi-relasi tersebut baru
dimungkinkan kita memahami fokus sejarah Kota Palembang. Untuk itu, mari kita
mulai dari artikel pertama. Selamat mengikuti.
Asal Usul Awal Terbentuknya Kota Palembang: Palembang
Lamo ke Palembang Baru
Kota Palembang yang
sekarang adalah suatu situs penting dan situs paling strategis di pedalaman
(pulau) Sumatra di masa lampau (eks Kerajaan Sriwijaya). Setelah jenuhnya kota
pantai utama di Baroes (Tapanuli), situs di sungai Musi ini boleh dikatakan sebagai
situs terbaik yang dipilih oleh para pendahulu di era Budha/Hindu di pedalaman.
Posisi strategis situs sungai Musi ini jauh melebihi situs sungai Angkola
(Simangambat), situs sungai Baroemoen (Padang Lawas) dan situs sungai Kampar
(Moeara Takoes). Di empat situs ini terdapat bukti peninggalan kuno, tertua di
Sumatra, suatu petunjuk pada masa lampau telah terbentuk populasi (penduduk)
yang besar jumlahnya.
Situs tua di Sumatra (Peta 1597) |
Meski situs-situs di (pulau) Sumatra ini berjauhan satu
sama lain, tetapi secara ekonomi terhubung dengan satu sama lain dalam era perdagangan
kuno produk kuno seperti emas, kamper, kemenyan dan damar. Sumber emas ditemukan
di berbagai tempat di Sumatra karena itu pulau Sumatra juga disebut pulau emas.
Kamper dan kemenyan hanya ditemukan di Tanah Batak yang karena itu muncul
kota kuno pertama yakni Baroes.Komoditi kamper dan kemenyan sebagai produk
dunia dari Tanah Batak juga mengalir ke situs sungai Musi.
Setelah era jaman kuno ini secara perlahan berakhir, era
jaman baru dimulai dengan produk komoditi baru yakni antara lain pala, lada dan
(getah) poeli. Pada era baru ini, situs sungai Musi masih tetap eksis (sebagai
pusat perdagangan strategis di pedalaman Sumatra). Namun semuanya harus dimulai
dari nol kembali. Ketika mengembalikan situs sungai Musi inilah muncul ke
permukaan yang disebut sebagai Kesultanan Palembang. Saat itu, keberadaan
VOC/Belanda sudah semakin kuat dengan membuka koloni baru di muara sungai
Tjiliwong (Batavia) pada tahun 1621 sebagai pusat perdagangan. Pada tahun 1662
VOC/Belanda melalui membangun benteng (fort) di sisi sungai Musi sebagai tempat
utama (hoofdplaats).
Komunikasi penguasa di
Palembang dengan VOC/Belanda dimulai tahun 1637. Sejumlah komunike dalam bentuk
nota (brieven) dikirimkan dari Batavia. Pada tahun 1643 dibuat suatu resolusi
dan kemudian dibuat lagi resolusi tahun 1644. Komunike ini berlangsung hingga
tahun 1645. Komunike dilanjutkan lagi pada tahun 1655, tahun 1656 dan 1658 yang
hasilnya dibuat resolusi tahun 1659, 1662 dan 1663. Data-data ini sudah
disarikan oleh penulis-penulis yang diduga kuat bersumber dari catatan harian
Kasteel Batavia. Untuk sekadar kilas balik, peta disamping ini merupakan
gambaran awal tentang siklus perdagangan komoditi kuno diantara dua pusat
kebudayaan besar (India dan Tiongkok) di Sumatra (Baros, Simangambat, Padang
Lawas dan Palembang).
Pada tahun 1666
kebijakan VOC/Belanda berubah dari sebelumnya hubungan perdagangan yang longgar
kemudian menjadi kebijakan yang mana penduduk dijadikan sebagai subjek. Proses
komunike yang terus berlangsung menghasilkan kembali resolusi tahun dan 1671.
Komunike dilakukan lagi pada tahun 1677 dan menghasilkan resolusi baru tahun 1678.
Pada tanggal 20 April 1678 dibuat kontrak antara Sultan Ratoe dan D.
de Haas. Dibuat lagi resolusi baru
tahun 1679. Komunike dilanjutkan lagi tahun 1683. Pada tanggal 15 Januari 1691
dilakukan renovatie (perbaikan) kontrak yang terkait dengan tahun-tahun 1662,
1678, 1679 en 1681. Pada tanggal 16 Oktober 1691 dilakukan ratifikasi oleh
Hooge Regering terhadap renovatie tanggal 15 Januari 1691. Selain brieven, resolusi dan
contract juga ditemukan sejumlah memorie yakni tahun 1666, 1673, 1674, 1700,
1706, 1711 dan 1716. Pada tahun 1721 terdapat sebuah instruksi dan sebuah
rapport. Pada tanggal 2 Juni 1722 dilakukan renovatie terhadap contract. Pada tanggal 6 Agustus 1723 dibuat ratificatie terhadap renovatie 2
Juni 1722. Pada tahun 1724 dibuat
lagi resolusi. Pada tanggal 10 September 1755 dibuat renovatie terhadap contract sebelumnya.
Bataviase nouvelles, 02-11-1744 |
Middelburgsche courant, 01-05-1784 |
Peta 1700 |
Pada tahun 1799
VOC/Belanda dinyatakan bubar dan kemudian diambilalih oleh Kerajaan Belanda
sehubungan dengan berakhirnya pendudukan Prancis dengan membentuk Pemerintahan
Hindia Belanda tahun 1800. Pemerintahan Hindia Belanda dalam hal ini seakan
memulai dari nol kembali dan pada permulaan ini baru terkonsentrasi di (pulau)
Jawa yang mana sejak era Gubernnur Jenderal Daendels yang dimulai tahun 1809
membuat program pembangunan jalan utama (Grooteweg) antara Anjer hingga
Panaroecan.
Java government gazette, 04-07-1812 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar