*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini
Asal usul nama Tapanuli berasal dari sebuah kampong Tapanuli. Area kampong tua Tapanoeli tempo doeloe kini masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Nama Tapanoeli juga tempo doeoe kerap ditulis sebagai Tapian Na Oeli. Besar dugaan Tapanoeli adalah singkatan dari Tapian Na Oeli atau sebaliknya nama kampong Tapian Na Oelie disingkat menjadi Tapanoeli. Nama Tapanoeli sudah eksis sejak era Inggris (sebelum Pemerintah Hindia Belanda).
Asal usul nama Tapanuli berasal dari sebuah kampong Tapanuli. Area kampong tua Tapanoeli tempo doeloe kini masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Nama Tapanoeli juga tempo doeoe kerap ditulis sebagai Tapian Na Oeli. Besar dugaan Tapanoeli adalah singkatan dari Tapian Na Oeli atau sebaliknya nama kampong Tapian Na Oelie disingkat menjadi Tapanoeli. Nama Tapanoeli sudah eksis sejak era Inggris (sebelum Pemerintah Hindia Belanda).
Aek/Hoeta Tapian Na Oeli (Peta 1906) |
Hoeta Tapian Na Oeli
adalah nama suatu kampong tempo doeloe, tepat berada di jalur jalan kuno
(Angkola-Baroes) suatu jalan rintisan orang-orang Angkola di jaman kuno. Bagaimana
huta Tapian Na Oeli menjadi ibu kota Inggris (Tapanoeli) tentu saja masih
menarik untuk diperhatikan. Pada Peta 1945 nama kampong (hoeta) Tapian Na Ooeli
ini masih eksis, Apakah kampong (huta) Tapanoeli ini masih ada dan dikenal
hingga ini hari? Siapa peduli. Namun huta Tapian Na Oeli tetaplah huta Tapian Na Oeli. Untuk lebih
peduli sejarah, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja*.
Aek Tapian Na Oeli dan Hoeta Tapian Na Oeli
Dari namanya Tapian Na
Oeli adalah kampong orang Batak, bukan kampong orang yang berasal dari
Silindoeng, tetapi dari Angkola. Kampong ini berada di jalur kuno antara
Angkola-Baroes. Nama kampong ini dipopulerkan oleh orang-orang Inggris dengan
sebutan Tapanoeli (pelafalan dari Tapian Na Oeli). Satu alasan yang kuat nama
kampong itu menjadi populer di era Inggris karena terbilang kampong paling
besar di sekitar teluk.
Kampong/Hoeta Tapanoeli (Peta 1838) |
Sebagai kampong (paling) besar, berada di
jalur perdagangan, Tapanoeli tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan
baru. Orang-orang Angkola yang sebelumnya meneruskan mata dagangannya ke Baroes
diperpendek hanya hingga Tapanoeli.
Hoeta Tapian Na Oeli (tanda bintang) jaman Now |
Peta 1753 |
Pada era Pemerintah Hindia Belanda. pusat pemerintah
tidak dipilih di Pulau Pontjan Ketjil (eks Inggris) tetapi lebih memilih di
dekat kampong (huta) Tapanoeli. Berdasarkan Almanak 1821, ibu kota wilayah
Pantai Barat Sumatra (Sumatra’s Westkust) ditetapkan dengan menempatkan seorang
Asisten Residen di kampong (hoeta) Tapanoeli. Hal ini dilakukan pengaruh
Inggris di Bengkoelen dan Padang masih kuat. Setelah adanya perjanjian antara
Inggris-Belanda pada tahun 1824 (tukar guling antara Bengkoelen dengan Malaka) yang
dikenal Tractact London) ibu kota Sumatra’s Westkust oleh Pemerintah Hindia
Belanda dipindahkan dari Tapanoeli ke Padang.
Nama Tapanoeli sendiri sudah diidentifikasi sebagai salah satu nama kampong tertua paling tidak sudah terdapat pada Peta 1753 (era Inggris). Dalam peta tersebut sejumlah kampong (hoeta() diidentifikasi yakni Tapanoeli, Siboeloean, Badirie, Pinangsori, Soenkoeang dan Batang Natal, Lalu setelah perjanjian antara Belanda-Inggris tahun 1824 wilayah Sumatra’s Westkust dibagi ke dalam tiga Residentie: Bengkoeloe, Padang dan Air Bangis. Wilayah Mandailing dan wilayah Tapanoeli masuk residentie Air Bangis. Namun dalam perkembangannya seiringan dengan perlawanan Padri terhadap Belanda di satu sisi Residentie Bengkoeloe dipisahkan dan di sisi lain dibentuk residentie baru sehingga wilayah Province Sumatra’s Westkust terdiri dari Padang Benelanden, Padang Bovenlanden dan Air Bangis (lihat Peta 1835). Setelah berakhirnya perlawanan Padri, mulai dibentuk residentie baru yakni Residentie Tapanoelie pada tahun 1840. Residentie Tapanoeli terdiri dari Afdeeling Mandailing en Angkola, Afdeeling Natal, Afdeeling Padang Lawas dan Afdeeling Sibolga (termasuk Baroes). Tentu saja wilayah Silindoeng dan Toba belum dimasukkan ke Residentie Tapanoeli.
Peta 1835 |
Pada era Perang Pertibi melawan Tuanku Tambusai
(Portibi, Padang Lawas) pada tahun 1838-1839, Pemerintah Hindia Belanda
meningkatkan kampong/hoeta Tapanoeli sebagai garnisun militer. Antara Tapanoeli
dengan Portibi dibangun satu pos militer di lereng gunung Lubuk Raya (sekitar Sitinjak
sekarang). Ketika nama wilayah diresmikan sebagai Residentie Tapanoeli pada
tahun 1943, ibu kota residentie dipindahkan dari (kampong) Tapanoeli ke suatu
kota baru yang dibangun di dekat kampong Sibolga. Kota ini ditabalkan namanya
sesuai nama kampong terdekat yakni Sibolga.
Jembatan (rambin) di Batangtoroe (lukisan Rosenberg, 1840) |
Pada era Perang Batak melawan
Sisingamangaradja (sejak 1875), ibu kota Residentie Tapanoeli (pemerintahan
sipil) dipindahkan dari Sibolga ke Padang Sidempoean. Kota Sibolga hanya
dijadikan pusat militer. Sehubungan dengan intensitas lalu lintas yang tinggi
(arus perdagangan dan arus militer), jembatan suspensi dari kabel telegraf di
atas sungai Batang Taroe ditingkatkan dengan membangun jembatan permanen (yang
terbuat dari baja dan kayu). Jembatan Batang Toroe ini selesai dibangun pada
tahun 1883.
Jembatan Batang Toroe (selesai 1883) |
Sejak ekspedisi pertama tahun 1875 ke
Bataklanden, wilayah Silindoeng dimasukkan ke Residentie Tapanoeli dengan
menempatkan Controleur Baron van Hoevel di Taroetoeng. Controleur ini aktif
dalam ekspedisi ke wilayah Toba pada tahun 1878. Lalu kemudian Baron van Hoevel
digantikan oleh LC Welsink pada tahun 1880. Pada tahun 1882 wilayah Toba
dimasukkan menjadi Residentie Tapanoeli, Pada tahun 1883 LC Welsink menjadi
Controelur di onderafdeeling Toba (Balige), sementara di onderafdeeling
Silindoeng adalah Van Dijk (di Taroetong). Welsink menjadi seteru
Sisingamangaradja. Setelah berhasil mengusir Sisingamangardja ke luar wilayah
Tapanoeli (Onderafdeeling Toba) pada tahun 1890 LC Welsink menjadi Asisten
Residen di Afdeeling Silindoeng en Toba sejak 1890 berkedudukan di Taroetoeng.
Pada tahun 1898 LC Welsink diangkat sebagai Residen (masih ber ibu kota di Padang
Sidempoean).
Residentie Tapanoeli sejak 1905 telah dipisahkan dari
Province Sumatra’s Westkust.
Ibu kota Residentie dipindahkan (kembali) dari Padang
Sidempoean ke Sibolga pada tahun 1907 (1 Januari). LC Welsink berakhir masa
jabatannya sebagai Residen Tapanoeli tahun 1908 karena meninggal dunia. Ini
berawal dari sakit yang dialaminya. Ketika dibawa berobat ke Padang dan Batavia
meninggal di tengah perjalanan di sekitar Air Bangis.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar