*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Sejarah Radio Indonesia tidaklah dimulai dari Radio Republik Indonesia (RRI) tetapi jauh sebelum RRI didirikan tahun 1945. RRI adalah ujung dari sejarah perjuangan radio di Indonesia. Lahirnya RRI adalah hasil proses belajar orang-orang Indonesia sejak era kolonial Belanda hingga era pendudukan militer Jepang. Semua itu bermula ketika perhimpunan radio dibentuk tahun 1925 yang disebut Bataviasche Radio Vereeniging di Batavia (kini Jakarta).
Sejarah Radio Indonesia tidaklah dimulai dari Radio Republik Indonesia (RRI) tetapi jauh sebelum RRI didirikan tahun 1945. RRI adalah ujung dari sejarah perjuangan radio di Indonesia. Lahirnya RRI adalah hasil proses belajar orang-orang Indonesia sejak era kolonial Belanda hingga era pendudukan militer Jepang. Semua itu bermula ketika perhimpunan radio dibentuk tahun 1925 yang disebut Bataviasche Radio Vereeniging di Batavia (kini Jakarta).
Lantas bagaimana perjuangan orang Indonesia
belajar dan memperjuangkan radio bagi rakyat Indonesia tentu saja belum pernah
di tulis. Itu bermula ketika orang-orang Indonesia ingin memasukkan konten
pribumi di radio Bataviasche Radio Vereeniging yang hanya cenderung bernuansa Eropa/Belanda
sementara sasaran radio untuk semua penduduk. Proses belajar dan berjuang ini
pada akhirnya diselesaikan di Radio Bandoeng Hoso Kyoku pada tanggal 17 Agustus
1945. Bagaimana itu semua berlangsung? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Teknologi Radio: Bataviasche Radio Vereeniging (BRV)
dan Tokyo Hoso Kyoku (THK)
Sejumlah orang melakukan kegiatan radio amatir. Sehubungan dengan perkembangan
radio-radio amatir ini,
pemerintah Hindia Belanda membentuk suatu komisi radio yang disebut
Nederlandsche Indie Radio Commisie. Komisi Radio berkantor di
Weltevreden.
Dalam hubungannya dengan
penyiaran radio (broadcasting). pemerintah akan memberikan konsesi
penyelenggaraan penyiaran radio kepada berbagai pihak yang kompeten hingga batas
pendaftaran bulan Juni 1925. Seperti
biasa, pemerintah selalu menawarkan konsesi kepada publik karena penyiaran
radio terkait dengan kebutuhan publik (komersil). Namun yang bersifat strategis
(terkait dengan kegiatan pemerintah) dilakukan pemerintah sendiri. Pemerintah sendiri
telah membangun stasion radio di gunung Malabar, Bandoeng.
Pada tanggal 18 Januari 1923 koneksi radio (nirkabel)
antara Belanda (Kootwijk) dan stasion radio di Malabar, Hindia Belanda berhasil
dalam uji coba (lihat Algemeen Handelsblad, 19-01-1923). Pada tanggal 19
Januari disebutkan koneksi teleks tersebut sejelas stasiun Eropa lainnya (lihat
Algemeen Handelsblad, 20-01-1923). Teknologi ini menjadi selangkah lebih maju
dibandingkan teknologi kabel bawah laut (telegraf dan telepon). Teknologi radio
ini sudah digunakan pada kapal-kapal yang melakukan kegiatan pelayaran.
Dalam hubungannya dengan perkembangan teknologi radio, pemerintah
menerbitkan larangan untuk menerima pesan nirkabel, mereka yang melanggar
larangan ini dapat dibawa ke pengadilan pidana (lihat De Sumatra post, 22-01-1923).
Hal ini karena di Hindia sudah ada beberapa stasiun penerimaan swasta.
Disebutkan alat penerima ini sudah ada yang berbentuk portabel yang dapat
dibawa dalam kantong, tidak lagi membutuhkan antena untuk menerima pesan udara.
Kebijakan pemerintah ini mendapat penolakan dari berbagai pihak. Para pihak
menganggap pesan-pesan yang diterima bukan lagi pesan nirkabel tetapi adalah pesan
udara yang mana udara milik publik. Lebih lanjut mereka mengatakan udara bukan
milik pribadi siapa pun, pesan-pesan ini yang menyebar di udara adalah kebaikan
bersama semua umat manusia. Mereka yang memprotes meminta jika alasannya untuk
menjaga kerahasian pemerintah, sebaiknya pemerintah menggunakan teknologi kabel
laut saja. Para pihak menantang pemerintah apakah dapat mencegah konsul negara
asing yang mendirikan stasiun nirkabel di rumah atau kantornya. Lalu pada
akhirnya pemerintah mencabut larangan tersebut.
Akhirnya stasion radio Malabar selesai dibangun. Peresmian akan dilakukan
pada hari Sabtu tanggal 5 Mei 1823 dan mulai tanggal 7 Mei publik dapat menggunakannya.
Namun hasil karya ini ditanggapi publik hambar. Karena pemerintah melalui pimpinan
proyek radio Malabar Dr De Groot masih kukuh dengan aturan larangan menerima
pesan nirkabel. Empat radio amatir di Soerabaja yang menjadi korban kebijakan pemerintah/Dr
De Groot mendapat dukungan bagi radio amatir. Walikota Soerabaja akan melakukan
pertemuan dengan direktur Malabar Dr De Groot (lihat De Indische courant, 28-04-1923).
De Preanger-bode, 02-05-1923 |
Bagaimana jalan pembukaan radio Malabar
dilaporkan surat kabar De Preanger-bode, 05-05-1923. Disebutkan ada seratus orang
paling penting di Hindia Belanda telah berkumpul di stasiun Malabar. Gubernur
tiba sekitar pukul 10 pagi. Kemudian Mr Roelofsen, direktur departemen
perusahaan pemerintah, berbicara menunjuk momen langka ini, kemudian menekankan
hasil kemenangan sains dan teknologi. Roelofsen kemudian memberikan tinjauan
sejarah tentang perkembangan telegrafi radio dari tahun 1910,
De Preanger-bode, 05-05-1923 |
Peresmian stasion radi Malabar yang sukses
adalah satu hal, hal lainnya yang masih tersisa adalah soal larangan penerimaan
radio amatir. Dalam perkembangannya diketahui muncul protes yang datang dari
asosiasi perdagangan, karena mereka dirugikan dengan larangan ini. Asosiasi perdagangan
tersebut terutama di Soerabaja (Handelsvereeniging te Soerabaja) dan Asosiasi
Perdagangan di Bandoeng (Handelsvereeniging te Bandoeng) yang telah melayangkan
protes ke Radio Commisie di Weltevreden (lihat De Preanger-bode, 26-09-1923).
Pada awal Desember 1923 terbentuk suatu konsorsium yang terdiri
dari Aneta, Radio Holland dan Maintz & Co. Konsorsium ini kemudian mengirim
proposal ke Gubernur Jenderal untuk memberikan lisensi untuk pendirian
perusahaan penyiaran.
Het nieuws van den dag voor N-Indie, 12-06-1925 |
Langkah selanjutnya yang dilakukan konsorsium
Radio Holland, Maintz & Co dan Aneta mengajukan proposal untuk mengintegrasikan
penyiaran radio ke layanan PTT (departemen telegraf dan telepon). Konsorsium
membentuk nama perusahaan radio dengan nama: Nederlandsch-Indische Radio Omroep
Maatshappij yang disingkat NIROM.
Stasion radio Malabar, diresmikan 5 Mei 1925 |
Sementara di
Hindia Belanda (baca: Indonesia) tengah melakukan persiapan penyiaran radio
nasional, jumlah pendengar di negara lain cepat berkembang (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 06-08-1928). Disebutkan jumlah pendengar saat ini di Amerika
Serikat diperkirakan 7.000.000 pendengar, Kanada 208.000, Brasil 150.000,
Argentina 159.000, Swedia 828.000, Engdand 2.400.000, Denmark 211.000, Jerman
2.100.000, Nederland 150.000, Norwegia 63.000, Swiss 64.000, Hongaria 83.000,
Irlandia 26.000, Jepang sekitar 400.000, India Inngris 2.000, Afrika Selatan
14.000, Australia 258.000 dan Victoria 11.000.
NIROM dan Siaran Musik Tradisi Indonesia
Pendudukan Militer Jepang: Sakti Alamsjah dan Radio
Bandoeng Hoso Kyoku
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar