Jumat, 12 Juni 2020

Sejarah Lombok (2): Pulau Penida Pernah Menjadi Bagian Kerajaan Lombok (1660); Pengaruh Bali di Pantai Barat Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe pernah saya dengar omongan sepintas bahwa di Lombk ada Bali, tidak ada Lombok di Bali, karena itu datanglah ke Lombok, juga ada Bali. Fakta ini ada benarnya pada masa kini. Namun pada masa tempo doeloe, sebelum pengaruh Bali muncul di pulau Nusa Penida, pulau ini secara geografis masuk pulau Lombok (Peta 1660). Dengan kata lain, pulau ini adalah wilayah Lombok. Namun situasi telah berubah.

Kerajaan Lombok (Peta 1660)
Pulau Nusa Penida kini masuk ke dalam wilayah kabupaten Klungkung. Di sebelah barat pulau adalah selat Badoeng dan di sebelah timur adalah selat Lombok. Pulau Nusa Penida bersama pulau Lembongan dan pulau Ceningan dibentuk satu kecamatan di kabupaten Klungkung. Pada waktu sensus penduduk tahun 1930 jumlah penduduk pulau-pulau ini sebanyak 26.000 jiwa dan pada sensus penduduk terakhir (2010) berjumlah 48.000 jiwa. Ibu kota kecamatan Nusa Penida tidak berada di kampong Penida tempo doeloe (pantai sebelah barat pulau) tetapi ditetapkan di desa Batununggal (pantai sebelah utara pulau).

Pulau Penida pernah menjadi bagian (kerajaan) Lombok adalah satu hal. Hal yang lebih penting adalah bagaimana proses Balinisasi di pulau ini dan pengaruh Bali di Lombok. Nama awal pulau tidak diketahui secara jelas. Namun pada era Pemerintah Hindia Belanda pulau ini diidentifikasi sebagai pulau Bandieten (lihat Peta 1850) dan kemudian pulau Pandita (Peta 1880). Nama Penida muncul belakangan mengacu pada nama kampong Penida. Lantas apakah (masih) ada orang Lombok di pulau (Noesa) Penida? Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Pulau Nusa Penida (Now)
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kerajaan Djapara dan Cornelis de Houtman

Pengaruh Jawa hingga ke Lombok. Paling tidak, informasi berasal dari catatan Cornelis de Houtman (1595-1597). Dalam catatan tersebut dinyatakan bahwa Lombok adalah koloni dari Djapara sejak 1597. Pusat koloni Djapara ini berada di kampong Lombok di teluk Lombok (pelabuhan Labuhan Lombok yang sekarang).

Pada tahun 1597 dalam ekspedisi pertama Cornelis de Houtman (1595-1597) ada satu pedagang Belanda dengan dua pembantunya yang ditinggalkan di Bali yakni Emanual Rodenburgh. Cornelis de Houtman kembali memimpin ekspedis (kedua) Belanda pada tahun 1598. Cornelis de Houtman tewas di Atjeh pada tanggal 11 September 1599, sementara adiknya Frederik de Houtman ditahan di Atjeh (hingga 1602). Kapal-kapal lainnya menyingkir dari Atjeh dan meneruskan pelayaran ke wilayah lainnya. Tentu saja akan kembali ke Bali sebab ada Rodenburg. Sementara Rodenburg dijemput ke Bali dan dibawa pulang ke Belanda, pedagang yang lain ditinggal tahun 1599 yang ditempatkan di di Kepulauan Maluku (Ternate, Motir, Matjian, Batjian dan Tidore) yakni Frank van der Does dan di Banda. Di Amboina yang berkuasa adalah Portugis.

Lombok (Peta 1599)
Dalam pelayaran ke Bali untuk menjemput Rodenburg, tim ekspedisi yang dipimpin van Neck (menggantikan de Houtman) kembali memetakan pulau Lombok. Juga pantai barat dan dan pantai utara pulau Sumbawa juga dipetakan. Dalam peta yang dibuat tim ekspedisi kembali ke teluk Lombok (kerajaan Selaparang). Satu yang penting dala pemetaan di teluk Lombok ini adalah ukuran kedalaman laut. Di sekitar teluk, kedalaman laut bervariasi antara tujuh hingga 18 meter. Dalam pelayaran ke arah timur tim ekspedisi juga mengidentifikasi pulau Komodo.

Pada peta yang dibuat pada tahun 1660 (Peta 1660) diidentifikasi wilayah (kerajaan) Lombok termasuk pulau Penida yang sekarang, Pada peta yang dibuat tahun 1675 (Peta 1675) dua nama tempat yang diidentifikasi di pulau Lombok adalah Lombok dan Laboean Tareh [Labuhan Carik, Bayan]. Di pulau Bali juga ada dua nama yang diidentifikasi yakni Boeleleng dan Sangsit.

Nama-nama tempat ini berada di pantai-pantai utara. Setelah dijadikannya Batavia sebagai pusat perdagangan Belanda (VOC) rute pelayaran dari Batavia ke Amboina (Maluku) masih garis lurus pantai-pantai utara Jawa, Madura, Bali. Lombok, Timor dan terus ke Banda dan Amboina. Laboehan Tjarik adalah cabang pemerintahan kerajaan Lombok; (pelabuhan) Boeleleng adalah cabang pemerintahan kerajaan Kloengkong. Teluk Lombok (Selaparang) dan Teluk Bali (Kloengkong) dua pelabuhan yang pernah disinggahi oleh Cornelis de Houtman pada ekspedisi Belanda pertama (1595-1597).

Pada Peta 1720 pulau Penida yang sekarang diidentifikasi sebagai bagian (terdekat) wilayah Bali. Pulau tersebut diidentifikasi sebagai Ejlandt Bandieten. Bagaimana pulau Penida yang sekarang disebut pulau Bandieten tidak begitu jelas. Namun ada penulis yang menyebut pulau Pandita telah disebut secara keliru menjadi Ejlandt Bandieten (lihat Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie, 1869).

Posisi GPS pulau Ejlandt Bandieten berada di 8°46'Z en 115°15'O (lihat James Horsburgh. 1841. Zeemans-gids naar, in en uit Oost-Indiën, China, Japan, Australiën, de Kaap de Goede Hoop, Braziliën en tusschenliggende havens). Disebut orang Eropa-Belanda namanya Ejlandt Bandieten karena area sekitar tidak aman dari Bali (lihat Marten Douwes Teenstra.1846. Beknopte beschrijving van de Nederlandsche overzeesche bezittingen voor beschaafde lezers uit alle standen, uit de beste bronnen en eigen ervaring in Oost- en West-Indiën geput). Ada juga yang menyebut Ejlandt Bandieten dengan nama pulau Po (lihat FAA Gregory. 1853. Zeemansgids voor de vaarwaters van Java). Ejlandt Bandieten juga disebut pulau Pandita memiliki penduduk sekitar 10.000 jiwa (lihat J. Rijnenberg. 1871. De Oost-Indische Archipel). Orang Bali sendiri menyebut pulau sebagai Noesa Gede, Nama pulau Pandita jarang disebut tetapi orang Eropa-Belanda menyebutnya Ejlandt Bandieten, padahal doeloenya orang Eropa-Belanda menyebut dengan pulau Rossa. Tempo doeloe di pulau ini seorang pendeta dari Gianjar dimakamkan, yang telah dibuang disini oleh pangerannya, yang menjadi asal-usul nama Panida atau Pandita. Pulau-(pulau) ini menjadi tempat pengasingan bagi Kloengkoeng dan Gianjar (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indië jrg 9, 1880). Jika memperhatikan bahwa pada Peta 1720 sudah disebut Ejlandt Bandieten maka pembuangan pendeta itu ke pulau sudah lama berlalu, suatu pulau yang boleh jadi bukan penting bagi Bali, tetapi dulunya menjadi penting untuk Lombok.

Dalam Peta 1720 ini di (pulau) Bali terdapat sejumlah kraton (kerajaan), sedangkan di (pulau) Lombok hanya diidentifikasi satu buah kraton di dekat teluk Lombok (pantai timur Lombok). Kraton ini diidentifikasi dengan nama Salapar [Selaparang].

Dalam peta tahun 1720 ini juga nama-nama selat diidentifikasi berbeda dengan penamaan yang sekarang. Selat Bali yang sekarang diidentifikasi dengan selat Blambangan, sementara selat Lobok yang sekarang diidentifikasi dengan nama selat Bali atau selat kanal terusan Bali en Lombok. Sedangkan selat yang berada di sisi timur pulau Lombok diidentifikasi dengan nama selat Lombok, Selain itu juga nama pulau Bali disebut pulau Klein Java, sementara di pulau Groot Java [pulau Jawa] pantai timur terdapat dua kraton dari (kerajaan) Blambangan.

Pada peta yang dibuat tahun 1750 di pantai-pantai utara Bali dan Lombok sudah semakin banyak nama tempat yang diidentifikasi. Di pulau Lombok paling tidak diidentifikasi tiga nama tempat yang dua diantaranya Lombok dan Laboean Tarech. Sementara itu penamaan nama selat telah berubah. Selat Blambangan telah berganti menjadi selat Bali dan selat Bali berganti menjadi selat Lombok. Sedangkan selat Lombok telah diidentifikasi dengan nama selat Alor. Satu yang penting di pantai utara pulau Lombok sebuah pulau diidentifikasi sebagai pulau yang penting. Pulau ini kini dikenal sebagai pulau (gili) Trawangan. Dalam pekembangannya nama pulau Ejlandt Bandieten telah muncul dengan nama baru yang disebut pulau Penida.

Pulau Noesa Penida (Peta 1919)
Nama-nama tempat di pantai selatan pulau Bali dan Lombok kurang mendapat perhatian bagi Eropa-Belanda sehingga dalam peta-peta yang dibuat juga kurang terinformasikan pulau Penida. Pada peta yang diterbitkan pada tahun 1850, pulau Penida yang sekarang masih diidentifikasi sebagai Ejlandt Bandieten. Pada Peta 1894 nama Ejlandt Bandieten sudah diidentifikasi dengan nama P(ulau) Pendida. Pada peta sebelumnya (Peta 1880) diidentifikasi sebagai pulau Pandita. Penulisan Pendida dan Pandita boleh jadi kurang lebih sama secara lisan hanya berbeda dalam mengkoding ke teks.

Nama pulau disebut Penida diduga merujuk pada nama kampong Penida. Kampong ini (pelabuhan kecil) secara geografis paling dekat dengan Kloengkoeng. Pada peta yang dibuat oleh Controleur Kloengkoeng pada tahun 1919, kampong Penida adalah pintu akses menuju kampong-kampong lainnya yang terbentuk di pulau Penida (disebut Noesa Penida).

Kampong Penida bukanlah kampong terbesar, kampong terbesar di pulau Noesa Penida adalah kampong Tojapakeh (di pantai utara pulau). Umumnya kampong-kampong berada di sepanjang pantai pulau. Namun sejumlah kampong muncul di pedalaman di antara kampong Penida dan kampong Tojapakeh. Pada peta ini jalan darat penghubung antar kampong sudah terbentuk (sebatas jalan setapak). Kampong Tojapakeh diduga adalah ibu kota, tempat pemimpin lokal (hubungan langsung dengan Controleur) di pulau Noesa Penida. Sebagaimana diketahui pembentukan pemerintahan di Kloengkoeng baru diadakan pada tahun 1908 (setelah terjadi peristiwa poepoetan).

Setelah nama pulau berganti dari Ejlandt Bandieten menjadi pulau Noesa Penida, lambat laun nama kampong Penida tidak penting lagi. Ini sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan (keramaian) lebih nyata di pantai utara pulau. Nama kampong Penida kemudian menghilang. Sementara itu pada peta tahun 1944 di pantai utara pulau antara kampong Tojapakeh dan kampong Sampalan melalui kampong Koetampi dan Batoenoenggal sudah terbentuk jalan besar. Kampong Batununggal kini menjadi ibu kota kecamatan Nusa Penida.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pengaruh Bali di Lombok Barat

Kampong Tojapakeh di pulau Noesa Penida diduga kuat sudah eksis sejak lampau. Kampong ini diduga kuat adalah simpul perdagangan antara dua daratan di sekitarnya (pulau Lombok dan pulau Bali). Letaknya yang strategis diantara dua pulau, membuat kedudukan kampong ini menjadi penting sebagai simpul pedagangan. Paling tidak kampong ini berfungsi sebagai pelabuhan transit antara pulau Bali dan pulau Lombok.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar