Senin, 03 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (25): Sejarah Kereta Api di Pulau Bali Bermula 1913; Sejarah Kereta Api di Pulau Lombok Bermula Sejak 1895


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Belakangan ini di pulau Bali muncul gagasan untuk pembangunan kereta api. Namun masih pro-kontra. Salah satu prioritas PT KAI adalah membuat studi kelayakan untuk pembangunan kereta api ruas bandara Ngurah Rai-pantai Sanur. Tentu saja kabar ini menandai sejarah baru perkeretaapian di pulau Bali, suatu moda transportasi yang bersifat massal. Lantas seperti apa sejarah lama perkeretaapian di pulau Bal. Yang jelas gagasan pembangunan kereta api di Bali sudah ada sejak tahun 1913.

Seperti yang dapat dibaca dalam berbagai sumber berita akhir-akhir ini bahwa muncul gagasan pembangunan kereta api di pulau Bali. Ada yang menginginkan itu sangat perlu dan tentu saja ada yang menolak, masing-masing dengan argumentasi sendiri-sendiri. Diantara yang pro dan sedikit lebih moderat adalah usulan Gubernur Bali yang mengharapkan jalur kereta api itu sebaiknya dibangun sepanjang pantai yang mengelilingi pulau Bali. Sementara itu ada gagasan dari Kementerian Perhubungan untuk mendukung moda transportasi udara dengan moda transportasi kereta api dengan membangun kereta api untuk ruas bandara dan pantai Sanur melalui titik-titik strategis destinasi pariwisata di sekitar Denpasar (Badung). Gagasan pebangunan kereta api juga muncul di pulau Lombok dan pulau Sumbawa.

Gagasan pembangunan kereta api di Bali sejak tahun 1913 memang tidak terealisasikan. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Meski masih sebatas rencana pembangunan kereta api di Bali tempo doeloe, rencana itu adalah bagian dari sejarah perkeretaapian di Bali. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kereta Api Bali dan Kereta Api Lombok

Jika ada rencana pemerintah pusat pada masa ini untuk membangun kereta api di (pulau) Bali, itu sesungguhnya sudah pernah dilakukan satu abad yang lampau. Rencana pembangunan kereta api di pulau Bali itu bermula tahun 1913 ketika pemerintah pusat (di Batavia) menawarkan konsesi pembangunan dan pengoperasian kereta api di Bali kepada swasta. Sejumlah investor yang tertarik akhirnya pemerintah memberikan konsesi tersebut kepada Tuan Abendanon (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-04-1913). Kepastian tersebut setelah keluar beslit pemerintah No. 44 pada tanggal 23 Maret 1913.

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-04-1913: ‘Dengan Keputusan Pemerintah, Tuan Abendanon diberikan konsesi untuk pembangunan dan pengoperasian jalur kereta aspi uap di pulau Bali, mulai dari Gianjar di Bebitra, Badoeloe, Pliatan, Sakah Batoean, Soekawati, Den Pasar, Sesetan Soeoeng, Sesetan, kemudian di Timur membelok ke arah selatan di sepanjang pantai kampoeng Soeoeng Batang Kendal dan melintasi pulau Serangan terus ke dermaga Benoa di sisi utara dengan cabang dari Den Pasar ke Tabanan’.

Pembangunan kereta api di pulau Bali akan dijadikan satu wilayah pengembangan dengan pembangunan kereta api di pulau Lombok. Beslit pemerintah untuk pembangunan dan pengoperasian kereta api di pulau Lombok dikeluarkan pada tanggal 5 April 1913 No. 66. Dalam beslit No. 66 ini disebutkan bahwa konsesi diberikan untuk jalur kereta api uap dengan ukuran lebar rel 0,75 yang dimulai dari Ampenan melewati Mataram dan Tjakranegara terus ke Kediri.

Rencana pembangunan dan pengoperasian kereta api di pulau Lombok sesungguhnya sudah lama muncul. Ini bermula segera setelah berakhirnya Perang Lombok, pemerintah berencana untuk membangun kereta api di Lombok. Usul ini datang dari otoritas militer untuk membangun jalur kereta api dari Ampenan ke Laboehan Hadji di pantai Timur melintasi Kediri dan Praja (lihat De nieuwe vorstenlanden, 17-08-1896). Untuk tujuan tersebut seorang insinyur dikirim ke Lombok untuk melakukan studi kelayakan. Ketika proses pengukuran di lapangan dimulai terjadi pemberontakan di Paraya. Dampaknya seorang pekerja kereta api asal Jawa terbunuh (lihat De grondwet, 12-09-1897). Setelah sempat ditunda (karena munculnya peberotankan) lulu muncul investor swasta mengajukan konsesi kepada pemerintah (lihat Soerabaijasch handelsblad, 22-08-1904). Disebutkan jalur yang akan dibangun adalah dari Ampenan melalui Mataram ke Tjakranegara dengan jalur cabang dari Tjakranegara ke Kediri. Disebutkan bahwa para investor baru dibebankan sebanyak f20.000 sebagai konpensasi biaya pemerintah yang telah dikeluarkan untuk studi kelayakan pada tahun 1896/1897. Besar dugaan investor yang mengajukan diri ini mundur karena biaya tanggungan tersebut. Setelah vakum begitu lama, lalu muncul rencana baru dengan keluarnya beslit peerintah No. 66 tahun 1913.

Rencana pembangunan kereta api di pulau Bali (dan juga pulau Lombok) mulai dimatangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan para investor. Disebutkan bahwa proposal konsesi kereta api di Bali telah diterima pemerintah pada 20 Maret 1914 dan sebelumnya proposal untuk Lobok yang diterimana pada 25 Februari 1914 yang masing-masing dengan uang jaminan yang disimpan di bank di Belanda f13.000 dan f7.000.

Dalam perkembangan terakhir disebutkan bahwa pembangunan hingga pengoperasian kereta api di pulau Bali dimulai berlangsung selama tiga tahun (lihat Provinciale Geldersche en Nijmeegsche courant, 10-10-1914). Disebutkan rencana ini akan sangat menguntungkan investor karena jalur kereta api tersebut berada di wilayah yang makmur. Setelah 10 tahun sejak beroperasi, pemerintah berhak menerapkan aturan. Konsesi diberikan selama 99 tahun.

Namun semuanya harus terhambat. Perang dunia di Eropa (hawanya sudah mulai terasa 1912 dan meledaknya pada pertengahan tahun 1914). Oleh karena investornya di Eropa (Belanda) maka imbasnya terasa di Hindia Belanda (baca: Indonesia). Tenggat waktu tiga tahun yang jatuh untuk konsesi Bali 20 Maret 1917 dan untuk konsesi Lombok 2 Februari 1917 para investor mengajukan permohonan penundaan. Pemerintah mengabulkannya lalu dikeluarkan beslit pemerintah tanggal 2 Juni 1915 No. 30 yang dapat diperpanjang satu tahun kemudian yang kemudian pemerintah mengeluatkan beslit baru tanggal 31 Mei 1916 No. 13 (lihat De locomotief, 23-03-1917). Untuk sementara konsesi tersebut masih aman paling tidak hingga tahun 1919 (jika tidak diperpanjang lagi).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Perkeretaapian di Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar