Rabu, 02 September 2020

Sejarah Manado (17): Victor Willem Gontha, Radja Martoea Loebis dan Hoesein Sastranegara; Sekolah Polisi Sukabumi 1941

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini 

Tidak banyak pribumi yang mengikuti pendidikan di sekolah polisi di Soekaboemi di era Hindia Belanda. Namun kebutuhan polisi semakin banyak dan karena itu jumlah pemuda pribumi yang dilatih menjadi polisi semakin banyak. Sekolah polisi Soekaboemi ini harus berakhir tahun 1942. Tiga siswa diantara angkatan terakhir adalah Victor Willem Gontha, Radja Martoea Loebis dan Hoesein Sastranegara.

Sementara terdapat tiga siswa angkatan terakhir Sekolah Polisi di Soekaboemi, di Bandoeng juga terdapat tiga siswa angkatan terakhir Sekolah Militer yakni Abdoel Haris Nasoetion, AE Kawilarang dan TB Simatoepang. Pada masa ini di Bandung nama Hoesein Sastranegara dan nama Abdoel Haris Nasoetion sangat dikenal karena nama Hoesein Sastranegara telah ditabalkan menjadi nama lapangan terbang (bandara) di Bandung (barat) dan nama Abdoel Haris Nasoetion telah ditabalkan sebagai nama jalan di Bandung  (timur).

Lantas siapa Victor Willem Gontha? Yang jelas Gontha adalah marga dari Manado-Minahasa dan Loebis marga dari Tapanoeli. Victor Willem Gontha kelak dikenal sebagai ayah dari Peter Frans Gontha (kini komisaris PT Garuda Indonesia). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sekolah Polisi Sukabumi: Victor Willem Gontha

Pada tahun 1914 pemerintah (Hindia Belanda) akan mendirikan sekolah polisi berdasarkan Staatsblad 1914 No. 322. Sekolah Polisi (Politieschool) ini diselenggarakan di Batavia. Lulusan sekolah ini akan menjadi komisaris polisi. Kandidat harus memiliki ijazah ujian akhir yang berhasil diselesaikan dari Hoogere Burgerschool (HBS) lima tahun di Belanda atau di Hindia Belanda. Tahun ajaran baru akan dimulai bulan Juli 1915 (lihat De Preanger-bode, 24-04-1915). Sekolah ini berada di bawah departemen dalam negeri.

Departemen lainnya juga melndirikan sekolah-sekolah baru. Departemen pendidikan, budaya dan agama mendirikan sekolah kedokteran hewan (Vessrtsenschool) di Buitenzorg pada tahun 1907. Siswa-siswa angkatan pertama yang diterima di sekolah ini antara lain Sorip Tagor Harahap dan JA Kaligis. Pada tahun 1914 Landbouwschool Buitenzorg ditingkatkan menjadi Middelbare Landbouwschool (pertanian dan kehutanan). Salah satu siswa pada tahun ini adalah Abdoel Azis Nasoetion gelar Soetan Kanaikan. Sejak 1913 di Soekaboemi dibangun sekolah pertanian bidang perkebunan dan pertanian tanaman pangan (Cultuurschool) dan tahun ajaran dimulai pada tahun 1914. Salah satu siswa yang diterima di sekolah ini adalah Alamsjah dari Air Bangis. Middelbare Landbouwschool. Dikhususkan hanya untuk pribumi, sementara Cultuurschool bersifat campuran Eropa-Belanda, Timur asing dan pribumi. Sekolah-sekolah ini menerima siswa lulusan sekolah menengah pertama (setingkat MULO). Pada tahun 1915 Alamsjah naik kelas dari kelas satu ke kelas dua (lihat De Preanger-bode, 01-06-1915).

Sebelum ada sekolah polisi ini sudah ada pelatihan-pelatihan polisi di berbagai tempat yang mana persyarata siswa yang diterima adalah lulus sekolah menengah pertama (setingkat MULO). Sekolah polisi untuk tingkat komisaris polisi persyaratannnya lulusan HBS (setingkat sekolah menengah atas). Sekolah polisi di Batavia pada tahun 1927 dipindahkan ke Soekaboemi.

Sekolah polisi yang mulai diselenggarakan di Kota Soekaboemi pada tahun 1927, pada dasarnya dapat dianggap memiliki garis continuum dengan penyelenggaran Sekolah Calon Perwira (SECAPA) Sukabumi pada masa kini (sekarang diubah dan disebut Sekolah Pembentukan Perwira/STUKPA). 

Pada tahun 1941 sejumlah polisi dipromosikan untuk mengikuti kursus pelatihan inspektur polisi (Cursus voor Opleiding tot Inspecteur van Politie) yang dimulai pada tanggal 10 Oktober 1941 di Sekolah Pelatihan Polisi (Opleidingschool voor de Politie) di Soekabcemi  (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 19-09-1941). Tiga diantaranya adalah Victor Willem Gontha, Radja Martoea Loebis dan Hoesein Sastranegara.

Victor Willem Gontha lulus HBS-A 5 tahun (HBS stingkat SMA jurusan Sosial lima tahun) di sekolah elit Prins Hendrik School (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 01-06-1939). Nama-nama yang lulus juga termasuk Ahmad Basri Astrawinata. Di sekolah ini pada tahun 1921 lulus HBS-A5 Mohamad Hatta (kelak Wakil Presiden); tahun 1922 lulus HBS-B5 Ida Loemongga Nasoetion (perempuan pribumi bergelar Ph.D); 1927 lulus HBS-A5 Abdoel Hakim Harahap (kelak Gubernur Sumatra Utara yang pertama); 1935 lulus HBS-B5 Soemitro Djojohadikoesoemo (ayah dari Prabowo Soebianto); dan 1936 lulus HBS-A5 Anwar Makarim (kakek Nadie Makarim); Radja Martoea Loebis juga luluhan Prins Hendrik School.

Sebelumnya sejumlah sersan dipromosikan untuk mengikuti pendidikan perwira profesional di akademi militer di Bandoeng pada tahun 1941. Tiga diantaranya adalah Abdoel Haris Nasoetion. AE Kawilarang dan TB Simatoepang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 31-03-1941). Promosi pendidikan ini di kepolisian dan militer diduga terkait dengan mempercepat dan memperbanyak jumlah untuk mengantisipasi sehubungan dengan semakin gencarnya isu perang Pasifik (yang dilancarkan oleh Jepang).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Victor Willem Gontha dan Keluarga

Pada tahun 1948 lahir anak Victor Willem Gontha yang diberi nama Peter Frans. Disebutkan Peter Frans dilahirkan di rumah sakit St Elizabeth Semarang pada tanggal 4 ei 1948. Alamat Victor Willem Gontha saat itu berada di jalan Sidodadi Oost mo 26 Semarang (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 04-05-1948). Ibu sang bayi yang melahirkan bernama Alice Sinsoe-Deij.

Marga Gontha paling tidak sudah dicatat pada tahun 1909 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-04-1909). Disebutkan sejumlah orang Eropa, Cina, Arab dan pribumi terbit beslit pengangkatan setara Eropa (seacam naturalisasi). Salah satu pribumi dari daftar tersebut adalah GL Gontha di Manado. Orang-orang yang dinaturalisasi biasanya adalah individu yang masih muda dan potensial dan umumnya telah memiliki pendidikan Eropa yang memadai. Namun tidak atau belum ditemukan keterangan tentang pendidikan dan jabatan GL Gontha. Pada tahun 1912 disebutkan Gontha melakukan perjalanan dari Soerabaja ke Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 01-07-1912). Nama yang disebut tersebut diduga adalah GL Gontha. Masih pada tahun 1912 surat kabar De expres, 21-10-1912 atas permintaan sendiri, JC Gontha untuk pensiun sebagai guru di sekolah (pribumi) negeri kelas 2 di Oeloe-Siaoe (Manado), JC Gontha diduga adalah ayah dari GL Gontha di Soerabaja. Latar belakang keluarga (orang tua) pada saat itu, juga termasuk pertimbangan untuk dinaturalisasi. JC Gontha diduga adalah satu-satunya keluarga-marga Gontha yang telah dinaturalisasi. Anak GL Gontha lahir pada tanggal 11 Agustus 1920 yang diberi nama Victor Willem.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar