*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini
Salah satu hewan khas di daerah aliran sungai Mahakam adalah pesut Mahakam, Pesut atau lumba-lumba ini disebut khas karena hanya terdapat di sungai dan hanya di beberapa tempat. Meski hidup di air sungai, hewan ini tidak termasuk ikan tetapi sejenis mamalia. Pada masa ini, hewan khas Kalimantan Timur ini sudah sangat langka dan nyaris punah. Untuk menjaga kelestarian pesut ini, klub sepak bola asal Kalimantan telah mempromosikan nama pesut di dalam logo klub (Borneo FC).
Pesut Mahakam (Orcella fluminalis) adalah hewan air yang sudah kuno yang menjadi penghuni asli daerah aliran sungai Mahakam. Bagaimana pesut ada di daerah aliran sungai Mahakam adalah satu hal. Hal yang lain yang lebih penting adalah bagaimana pesut-pesut ini menjaga kelangsungannya. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pesut Mahakam
Ikan pesut, sebutan lumba-lumba oleh orang Kutai. Ikan pesut yang bukan ikan, tetapi yang tepat adalah mamalia. Keberadaan ikan pesut di daerah aliran sungai Mahaka telah disebutkan dalam tulisannya yang dimuat pada Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1928, 01-01-1928, 01-01-1928.
Ikan pesut selain di perairan dalam juga muncul di arus samping ketika terjadi pasang. Begitu air surut, berbalik dan kembali ke sungai yang lebar dan dalam di sungai utama. Mereka ini pernah diketahui di sungai Menamang, Sedoelang dan Sabentoelong. Juga ditemukan di danau besar di hulu Koetai. Mamalia ini, sebagian besar hidup berkelompok (4-10 lumba-lumba), Mereka kerap memburu ikan patin. Ikan pesut ini dengan kepakan keras, mendayung dengan cepat. Mereka membuat semburan air yang muncul ke permukaan untuk bernapas yang sering diartikan salah, sebenarnya lebih seperti semburan udara atau uap yang dihembuskan melalui lubang hidung dengan semburan air semacam senapan angin alami yang berfungsi untuk membunuh atau melumpuhkan mangsanya. Ikat pesut Mahakam ini sulit ditangkap, lagi pula dagingnya sulit dimakan.
Pesut Mahakam kali pertama dilaporkan oleh Nieuvvenhuis, yang bahkan keberadaannya dapat mencapai hulu sungai Mahakam pada titik 50 dpl (lihat Exposition internationale d'océanographie, des pêches maritimes et des produits de la mer à Marseille, 1906). Ini menunjukkan ikan pesut Mahakam sudah diperkenalkan di dunia internasional. Lumba-lumba Mahakam dapat mencapai panjang 2.3 M (lihat De dierenwereld van Insulinde in woord en beeld, 1920).
Dalam berbagai laporan, lumba-lumba air tawar ini pulau Borneo ditemukan di sungai Borneo Utara (Sarawak) dan mungkin juga di sungai-sungai di Tanah Tidung. Lumba-lumba ini juga pernah ditemukan di sungai-sungai besar di Zuid Borneo, tetapi pertanyaan tentang kemunculan lumba-lumba sungai ini di sungai-sungai besar tersebut tidak dapat diketahui. Mereka lumba-luba ini sepertinya tidak tinggal sebagai habitatnya di sana (lihat 3 Jaren Indisch natuurleven, 1939).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Asal Usul Pesut Mahakam
Prof Dr Max Weber pernah menulis suatu risalah dengan judul Cetaceen (tanpa tahun) yang dimuat dalam Flora en fauna der Zuiderzee (1922-1936). Di dalam risalah Weber ini disebutkan lumba-lumba air tawat ini terdapat di sungai Burma, Kamboja dan Cochin-China, juga di muara sungai yang mengalir ke Teluk Benggala, serta pedalaman yang jauh di sungai Borneo. Dalam hal ini, pedalaman Borneo ini terutama sungai Mahakam.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar