Jumat, 11 Desember 2020

Sejarah Singapura (28): Nama Pulau Luzon di Filipina Era Portugis; Apakah Pendiri Kota Manila Radja Sulayman van Sumatra?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini 

Nama pulau Luzon adalah pulau terbesar di Filipina bagian utara. Nama Luzon sudah dicatat oleh Mendes Pinto dalam bukunya (1535). Salah satu nama tempat terpenting di pulau Luzon berada di teluk, Nama tempat ini di era Spanyol dikenal sebagai Manilha. Orang-orang Spanyol sendiri berhasil menaklukkan pulau Luzon pada tahun 1575. Kerajaan-kerajaan di pulau Luzon sudah sejak lama menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan Aroe di pantai timur Suatra di daerah aliran sungai Baroemoen.

Dalam berbagai tulisan Indonesia disebut pendiri Kota Manila (ibu kota Filipina) adalah Radja Sulayman yang berasal dari Minangkabau. Tentu saja itu menarik dan karena itulah judul tulisan ini dibentuk. Semakin menarik lagi, karena Kota Kualalumpur juga didirikan orang yang berasal dari Sumatra di Angkola Mandailing (Tapanoeli). Yang pertama kali menyebut Manila didirikan Radja Sulayman dari Minangkabau oleh Mochtar Naim dalam desertanya bertema Merantau di universitas di Singapoera (1974). Semakin menarik lagi, Mochtar Naim juga menyebut kerajaan Sulu di wilayah selatan Filipina juga didirikan oleh Raja Baginda dari Minangkabau. Dalam situs-situs orang Filipina, juga menyebut Kota Manila didirikan oleh Radja Sulayman, tetapi mereka tidak menyebut sang raja berasal darimana.

Lantas bagaimana sejarah awal Manila sendiri? Apakah pendiri Kota Manila seperti yang disebut Mochtar Naim adalah Radja Sulayman van Sumatra? Yang jelas hingga ini hari di pulau Palawan, Filipina terdapat salah etnik penduduk suku Batac sementara kota besar di utara Filipina disebut Batac City (Kota Batac). Lalu apakah etnik Batac di Filipina (Palawan) berasal dari Tapanoeli? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Luzon dan Manila

Pelaut Spanyol pada dasarnya sudah berada di Filipina pada tahun 1521 (sepuluh tahun setelah Portugis menaklukkan Malaka). Orang Portugis sendiri baru tahun 1524 mengunjungi kota pelabuhan Boernai (yang kemudian nama pulau disebut pulau Borneo). Diduga karena kalah bersaing dengan Portugis di Maluku, Spanyol memperluas perdagangannya ke Filipina dan mendirikan koloni di San Miguel di pulau Cebu pada tahun 1565. Orang-orang Portugis baru mencapai pulau Luzon di teluk Manila pada tahun 1571.

Menurut sumber Cina, sebelum kedatangan orang Spanyol, Manila berada di laut tenggara 300 mil dari Cina. Pedagang-pedagang Cina lalu lalang antara Cina dan Manila (lihat Opmerkingen van den Chinees Ong Hoe Hoe gedurende zijn verblijf in den Indischen Arcliipelago yang dimuat dalam Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1852). Penampilan penduduknya memiliki beberapa kemiripan dengan orang Cina. Pulau Luson (Lesong) kaya akan produk emas, mutiara, kura-kura, kamper, sarang burung yang dapat dimakan, tripang, kayu gubal dan kayu hitam serta ikan asin. Pada masa pemerintahan Beng orang Spanyol merebut Manila dan membangun sebuah kota disana bernama Koo-toe yang terletak di suatu pulau bagian luar teluk Manila. Mereka membentengi pulau Kang-Yit di sebelah barat kota agar dapat menaklukkan semua yang dekat atau jauh. Pada masa pemerintahan Kaisar Keen-lens, dari benteng, orang Eropa berambut merah (ras orang asing yang mendiami sudut barat laut laut) datang tiba-tiba dengan selusin kapal perang dan menyerang Manila.

Wilayah kawasan laut Cina selatan ini sebelum kedatangan Portugis dan Spanyiol sudah menjadi jalur navigasi perdagangan orang-orang Moor dari selat Malaka ke Ternate melalui pantai utara Borneo terus melewati laut Celebes ke Mindanao dan ke Ternate (Maluku) melalui semenanjung Celebes.

Mendes Pinto yang mengunjungi Kerajaan Aroe (Battak Kingdom) dari Malaka pada tahun 1539 mencatat bahwa tentara Aroe terdiri dari tentara Batak dan yang berasal dari Indragiri, Djambi, Borneo dan Luzon. Pasukan ini diperkaya oleh orang-orang Moor. Orang Moor adalah pelaut berasal dari Afrika Utara di laut Medieterania (kini Morocco dan Tnnisia) beragama Islam yang sebelum bergeser ke pantai timur Sumatra dan Semenanjung Malaya sudah sejak lama membentuk koloni di Gujarat, Surate dan Goa (pantai barat India). Orang Moor yang pernah menaklukkan Portugis dan Spanyol pada era Dinasti Abbasiah dapat dikatakan pendahulu (predecesson) orang Portugis dan Spanyol ke Hindia Timur. Orang-orang Moor awalnya bermukim di tenggara Malaka di Muar (merujuk pada nama Moor,, Moar dan Moear). Sedangkan di Malaka tempat bermukim orang-orang India. Nama Malaka sendiri sebutan orang Moor untuk Malaya yang merujuk pada Himalaya, Kota Malaya atau Malaka menjadi nama kota, dan nama Malaya menjadi nama wilayah (semenanjung). Orang-orang Moor juga ada yang berada di pulau (pulau Moro di Riau).

Sejak adanya jalur perdagangan antara Malaka dan Ternate, kawasan pulau-pulau di timur laut pulau Borneo (kini Filipina) terdapat pemukiman yang dikaitkan dengan orang-orang Moor seperti pulau Paragoa (yang merujuk pada nama Goa di India, kini pulau Palawan), pulau Panay (kota pelabuhan Panai di Kerajaan Aroe), kota pelabuhan Amoerang (semenanjung Celebes) dan pulau Batachini del Moro (kini pulau Halmahera) dan kepulauan di selatan Banda (kepualauan Aroe). Nama Maluku diduga juga terkait dengan orang-orang Moor (merujuk pada nama Malaka). Orang Portugis mengeja Malaka menjadi Malacca dan Maluku menjadi Molucca.

Sebagaimana diketahui pada sumber masa kini, Gujarat, Suratte dan Goa jatuh ke tangan Portugis. Demikian juga Malaka dan Maluku. Setelah semua pos-pos perdagangan yang penting orang-orang Moor diambilalih orang Portugis barulah menyusul kedatangan orang-orang Spanyol. Kekuatan Portugis atas Spanyol di Maluku menyebabkan orang Spanyol bergeser ke Filipina. Boleh jadi pergeseran ini menjadi awal Spanyol membentuk koloni di Manado, Sangir dan Talaud serta di pulau Cebu pada tahun 1565 dan di pulau Luzon (Manila) pada tahun 1571.

Pada tahun 1597 pelaut-pelaut Belanda dari Texel yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di Hindia Timur dan sebelum pulang berkunjung ke Bali dan meninggalkan dua pedaganganya. Pada tahun 1598 dari Utrecht pelaut Belanda berangkat mengikuti jalur Magellan yang dipimpin oleh Oliver van Noort. Pada tahun 1601 tiba Dieven-Eylanden en Manilha (lihat Hollands rijkdom, behelzende den oorsprong van den koophandel, en van de magt van dezen staat., 1780). Disebutkan Oliver van Noort mendapatkan keuntungan lebih dari Portugis yang datang untuk menyerangnya dengan dua kapal perang yang besar. Dalam perjalanan pulang Oliver van Noort berlayar ke Borneo (lihat Peta Oliver van Noort, 1601) dan dari sana ke Joartan, lalu ke arah Balembouang (Blambangan) dan terus ke selatan mengelilingi Jawa dan lalu melanjutkan perjalanannya, melewati Goode Hoop ke Belanda. Sejak itu pelaut-pelaut Belanda melakukan revans terhadap pelaut-pelaut Portugis.

Pada tahun 1605 pelaut-pelaut Belanda yang dipimpin oleh Steven van der Hagen tiba di Bali dan kemudian merangsek ke Maluku dan menaklukkan Portugis di Amboina (benteng Voctoria dikuasai). Sejak ini kekuatan Belanda semakin kuat di Maluku dengan mengusir Portugis dari Banda. Pada tahun 1612 pelaut-pelaut Belanda kembali menaklukkan Portugis di Timor. Portugis hanya tersisa di Ternate di (kepulauan) Maluku. Ternate sebelumnya dikuasai Portugis setelah lebih dahulu mengusir Spanyol dari Ternate (seperti disebut dia atas lalu Spanyol menyingkir ke Filipina). Kehadiran Belanda dan banyaknya kemenangan Belanda disambut gembira oleh pedagang-pedagang Moor. Pada tahun 1643 Belanda menaklukkan Portugis di Malaka dan kemudian kembali Belanda menaklukkan Portugis di Ternate pada tahun 1657. Orang-orang Moor kembali mendapat angin dan bekerjasama dengan pedagang-pedagang Belanda. Portugis tersingkir dan satu-satunya pos perdagangan yang tersisa di Macao. Belanda (VOC) menjadi satu-satunya kekuatan utama di Hindia Timur (minus Spanyol di Filipina).

Dengan terusirnya Portugis dari Hindia Timur oleh VOC (Belanda) orang-orang Moor menjadi second striker dalam pedagangan domestik di Hindia Timur untuk saling mendukung dengan pedagang-pedagang VOC. Koloni-koloni orang Moor yang diakusisi oleh Portugis diambilalih kembali oleh orang-orang Moor seperti di selatan Malaka, pantai utara Borneo, Paragoa, Mindanao, semenanjung Celebes dan Halmahera. Orang-orang Moor yang beragama Islam mulai memasuki wilayah pantai utara Jawa dan kepulauan Soenda Ketjil (terutama di Soembawa). Orang-orang Moor juga mulai melakukan perlawanan (pembangkangan) terhadap orang-orang Spanyol di Filipina (seputar kawasan Mindanao, pulau Parago dan kepulauan Soeloe).

Orang-orang Moor sudah sejak lama terputus dengan kampong halaman di Afrika Utara. Musuh lama (Portugis dan Spanyol sudah dientaskan Belanda). Orang-orang Moor  sudah menganggap dirinya sebagai orang Hindia Timur daripada orang Afrika Utara. Orang Moor di Jawa oleh penduduk pribui disebut sebagai Orang Kodja dan orang Moor di Filipina disebut oleh penduduk pribumi sebagai Orang Moro. Filipina menjadi terbagi dua wilayah penyebaran agama: di utara oleh orang Spanyol agama Katolik dan di selatan oleh orang Moor agama Islam. Orang Moro juga ditemukan di Halmahera (Morotai), di pantai timur Celebes (Morowali) dan di pulau Karimun, Riau (pulau Moro).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Raja Sulayman van Minangkabau dan Etnik Batac van Kerajaan Aroe?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar