*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini
Pulau Atauro tempo dulu berada diantara tiga provinsi: Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Tior Timur. Pulau Atauro pada masa ini wilayah Timor Leste tepat berada di utara Kota Dili (ibu kota negara Timor Leste). Lantas apa pentingnya pulau ini? Nah itu dia. Yang jelas pada masa ini pulau Atauro seakan ‘benteng’ terdepan Kota Dili. Lalu apakah pulau Atauro memiliki sejarah? Nah itu dia. Kalau begitu perlu dicari tahu apakah pulau Atauro pulau (satu dari dua pulau) yang dimiliki Timor Leste ini sesuai namanya.
Bagaimana sejarah Pulau Atauro? Tampaknya belum ada yang menulis. Seperti di sebut di atas pulau Atauro seakan benteng bagi Kota Dili. Sebab pada tahun 1975 Gubernur Provinsi Portugal di pulau Timor Lemos Pires mengungsi ke Pulau Atauro ketika terjadi perang saudara yang menjadi pangkal perkara bagian timur pulau Timor ini berintegrasi ke Republik Indonesia (menjadi Provinsi Timor Timur). Tentu saja sejarah pulau Atauro lebih daripada itu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah (inter)nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Pulau Atauro: Sejak Kehadiran Portugis dan Kamp Konsentrasi Tahanan Politik
Pada era kolonial Belanda, Pulau Atauro di dekat Dili adalah kamp konsentrasi tahanan politik Portugis yang dibawa dari Portugal. Hal itu diceritakan oleh Letnan Carona (lihat Overijsselsch dagblad, 30-07-1932). Disebutkannya mereka yang menjadi tahanan politik dibawa dengan kapal Pedro Gomez. Pemberangkatan kami terjadi dalam kondisi terburuk. Ketika kami tiba di pulau Timor, kami diarahkan ke stad Atauro, dimana kamp konsentrasi para tahanan politik telah didirikan. Kota itu terletak di kawasan dimana kehidupan secara fisik mustahil bagi orang Eropa, yang tidak terbiasa dengan iklim tropis. Tidak diragukan lagi karena alasan inilah tempat itu dipilih untuk orang-orang yang dideportasi seperti kami disana. Gubuk-gubuk malang berfungsi sebagai rumah kami. Kami tidak memiliki alat pertahanan melawan wabah nyamuk dan panasnya sedemikian rupa sehingga pada jam delapan pagi termometer menunjukkan 33 derajat di tempat teduh. Pulau Timor disebut beranda kematian (het voorportaal van den dood),
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pulau Atauro di Jalur Pelayaran Utama
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
ARTIKEL BAGUS UNTUK WARGA ATAURO DAN TIMOR-LESTE
BalasHapus