*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini
Kepulauan Maluku bagaikan gugus bintang yang indah di Hindia Timur, terdapat beberapa bintang yang terang dan bintang yang paling terang adalah (pulau) Ternate. Hal itulah mengapa Portugis, Spanyol dan Belanda silih berganti mengincarnya untuk dijadikan sebagai pusat perdagangan di kepulauan Maluku. Terbukti Spanyol menggasak Portugis, lalu Belanda berperang habis-habisan dengan Spanyol. Tentu saja Inggris sangat iri melihat kedudukan Belanda di kepulauan Maluku khususnya di Ternate.
Lantas bagaimana sejarah Inggris di kepulauan Maluku khususnya di Ternate? Yang jelas, Inggris kalah bersaing dengan Belanda di Ternate sejak lama. Perang Inggris dengan Belanda di Ternate tahun 1795 adalah sisa noda yang tidak terhapus dalam sejarah navigasi pelayaran Inggris. Seperti kita lihat nanti, akhirnya ambisis Inggris berhasil menaklukkan Belanda di Ternate tahun 1810. Satu tahun kemudian Inggris juga berhasil menaklukkan Belanda di Jawa. Tuntas sudah Inggris berhasil enguasai seluruh Hindia Timur. Celakanya, sejak Inggris berkedudukan di Jawa, Maluku mulai dilupakan dan Ternate secara perlahan mulai redup. Orang-orang Belanda yang kembali berkuasa tahun 1816 celakanya lagi mengikuti cara Inggris melupakan Ternate. Muncullah adagium: Maluku masa lalu,Jawa masa kini dan Sumatra masa depan. Itulah ringkasan sejarah Inggris di Ternate yang ingin diketahui lebih rinci. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Inggris di Ternate, Maluku: Prakondisi Inggris Menguasai Wilayah Luas dari Laut Merah Lautan Hindia hingga Laut Cina Lautan Pasifik
Ternate tidak pernah jatuh kepada kekuasaan siapapun. Pedagang-pedagang VOC (Belanda) di Ternate masih eksis, berkat kegigihan orang-orang Ternate dalam mempertahankan dari berbagai ancaman. Sementara, Banda dan Amboina yang lalu kemudian disusul Manado sudah jatuh ke tangan Inggris pada tahun 1795. Sementara itu, di tahun yang sama Prancis menaklukkan Batavia (Jawa). Ini sehubungan dengan kejadian di Eropa yang mana Prancis yelah menginvasi Belanda.
Dalam situasi transisi ini Inggris kembali menyerang Ternate. Namun tidak udah. Pada tahun 1801, Inggris mengepung benteng Ternate Fort Oranje selama lima bulan. Boleh jadi karena kehabisan bekal, Gubernur Ternate Willem Jacob Cransen menyerah. Takluk sudah Ternate. Dalam perkembangannya, Maluku dikembalikan kepada Belanda dengan damai pada 1802, tetapi perang pecah lagi pada tahun berikutnya.
Hindia Belanda (di bawah kekuasaan Napoleon-Prancis) telah membentuk pemerintahan di Hindia Belanda sejak 1800. Namun cabang-cabang pemerintahan yang dibentuk baru efektif pada tahun 1808 (pada era Gubernur Jenderal Daendels). Peta Ternate 1835
Pada permulaan pembentukan cabang-cabang pemerintahan di Hindia Belanda, pada tahun 1809 Gubernur Jenderal Daendels mengangkat sejumlah pejabat di Ternate. J van Mittman diangkat sebagai Commandant Civiel en Militair di Ternate dengan sekretaris JM Otto. Pemerintahan awal ini juga dilengkapi beberapa orang Belanda yang bertugas untuk urusan boekhouder, administrateur, fiscaal dan translateur (bahasa Melayu).
Namun tidak lama kemudian situasi berubah di Eropa, pasukan Inggris yang berpusat di Calcutta, India mengerahkan kekuatan untuk menyerang Batavia (Jawa). Pada tahun 1810 benteng Ternate kembali diserang dan setelah setelah pengeboman singkat Belanda menyerah dan Maluku berada di bawah kekuasaan Inggris. Pada tahun 1811 Belanda juga menyerah di Batavia (Jawa). Tamat sudah Belanda, seluruh Hindia Belanda berada di bawah kekuasaan Inggris (mulai dari laut Merah lautan Hindia hingga laut Cina lautan Pasifik). Inggris membentuk pemerintahan di Jawa yang berpusat di Buitenzorg dan Semarang.
Setelah menguasai Batavia (Jawa), Inggris yang telah membentuk pemerintahan di Jawa, tampaknya Inggris hanya tertarik di Jawa. Kantong-kantong Belanda seperti di Ternate kurang diperhatikan dan seakan dibiarkan saja (tetap orang Belanda yang berperan). Hal ini dapat dilihat pada struktur pemerintahan pendudukan Inggris hanya terkonsentrasi di Jawa yang berpusat di Batavia, Semarang dan Soerabaja (lihat Almanak 1815). Wilayah luar Jawa hanya ditempatkan pejabat di Pelembang en Banka dan di Makassar.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Belanda Mengikuti Inggris: Maluku Masa Lampau, Jawa Masa Kini, Sumatra Masa Depan
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar