*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Sejak kehadiran bangsa Eropa, wilayah Hindia Timur (Nusantara) dikavling-kavling untuk mewujudkan kemakmuran mereka (di atas penderitaan penduduk asli) baik dengan cara damai dan menggunakan senjata (perang melawan penduduk asli). Batas-batas kavling itu semakin mengerucut di antara mereka (Portugis, Inggris dan Belanda). Traktat London 1824 (pernjanjian antara Belanda dan Inggris) berujung pada tukar guling antara Malaka (Belanda) dan Bengkoeloe (Inggris). Sejak itulah batas-batas wilayah Belanda yang disebut Pemerintah Hindia Belanda diberlakukan, tanpa pernah berubah (bahkan hingga ini hari). Batas-batas wilayah Pemerintah Hindia Belanda itulah yang berganti rezim menjadi batas-batas wilayah Pemerintah Republik Indonesia (Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945).
Lantas bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda? Sudah barang tentu perang kemerdekaan berlaku di seluruh wilayah Indonesia (eks wilayah Pemerintah Hindia Belanda yang diambilalih Jepang). Namun sekali lagi, perlawanan dari Indonesia ini terbelah. Banyak pemimpin wilayah yang keluar dari barisan perlawanan dan malah bekerjasama dengan Belanda (NICA). Namun kadung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sudah dinyatakan untuk seluruh bangsa Indonesia, maka para pemimpin yang berkolaborasi dengan Belanda dinyatakan sebagai penghianat bangsa. Para revolusioner Indonesia tetap mengusung prinsip dan semangat Kemerdekaan Seluruh Rakyat Indonesia (tanpa ada kerjasama dengan Belanda). Perang Kemerdekaan seluruh bangsa adalah jalan keluar untuk merdeka (bebas dari asing). Mengapa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Perang Kemerdekaan Melawan Belanda
Selama pendudukan militer Jepang, pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi benar-benar dikuasai Jepang. Sedangkan Inggris benar-benar terusir dari pulau-pulau ini dan sebagian orang Belanda di wilayah Indonesia berhasil melarikan diri (mengungsi) ke Australia. Wilayah Indonesia yang sangat luas (dari Sabang hingga Merauke) benar-benar sulit ditangani Jepang secara sendiri. Oleh karena itu, Inggris dan Belanda (yang terkonsentrasi) di Australia mengharapkan bantuan dari Amerika Serikat. Dalam konteks spasial ini, trio baru (Sekutu Belanda, Australia dan Amerika Serikat) mulai mengincar pulau-pulau Nusa Tenggara dan wilayah Pasifik termasuk Papua.
Pada tanggal 23 April 1944 Hollandia (kini Jayapura) oleh pasukan Amerika Serikat dibebaskan dengan bantuan kapal dan pesawat Belanda (lihat De opdracht: tijdschrift gewijd aan het nieuwe Indie, 15-01-1945). Ini untuk kali pertama wilayah Indonesia yang telah diduduki (militer) Jepang sepenuhnya sejak Maret 1942 (Penyerahan Hindia Belanda kepada Jepang di Kalijati, Subang) diambil alih oleh lawan Jepang (Amerika Serikat). Jenderal Mac Arthur segera mempersilahkan Belanda mengambil peran administratif di Hollandia. Bendera tri berkibar kembali di atas wilayah Hindia (baca: Indonesia).
Namun demikian, Jepang bukanlah bangsa yang mudah digertak. Meski Amerika Serikat sudah membuat basis di Aitape (Papua Nugini) dan di Morotai, Pemerintah pendudukan militer Jepang di Indonesia tetap menjaga wilayah Indonesia dengan ketat. Indonesia bagi Jepang adalah sahabat (yang mana di dalam Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia) dimana rakyat Indonesia terwakili yang mana Ir Soekarno sebagai ketua dan Drs Mohamad Hatta sebagai wakil ketua. Oleh karena itu, militer Jepang di Papua dan di Maluku diperkuat dengan menggeser sebagian kekuatan di Jawa dan Sumatra. Belanda (NICA) yang sudah menyusup di Hollandia tidak meluas. Akan tetapi situasi cepat berubah, Amerika Serikat yang semakin menguat di Pasifik (termasuk di Aitape dan Morotai), menjatuhkan bom atom di dua kota penting di Jepang, Hirosima 6 Agustus dan Nagasaki 9 Agustus. Jepang menyerah tanggal 14 Agustus 1945 dan atas desakan para pemuda revolusioner, Ir. Soekarno dan Mohamad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Pasukan Sekutu-Inggris diberi izin oleh Soekarno dan Mohamad Hatta untuk memasuki Indonesia untuk melucuti senjata militer Jepang dan mengevakuasianya ke luar wilayah Indonesia. Namun orang-orang Belanda menyusul masuk di belakang Sekutu-Inggris. Akibatnya terjadi perang kemerdekaan, selain melawan Belanda juga memusuhi Inggris yang memberi angin kepada Belanda (NICA).
Jumlah kekuatan Jepang di Indonesia tersebar dari Sabang hingga Merauke. Semua itu akan dievakuasi oleh Sekutu-Inggris dari wilayah Indonesia (kembali ke Jepang). Untuk mengevakuasi militer Jepang di wilayah Indonesia Timur, Inggris dibantu oleh militer Australia. Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 30-11-1945 melaporkan bahwa ju jumlah militer Jepang yang akan dilucuti di Sulawesi sebanyak 25.000 orang, di Halmaheira sebanyak 40.000 orang, di Sorong (Papua) sebanyak 10.000. di Manokwari sebanyak 8.000 dan di Sarmi sebanyak 10.000 orang. Belum diketahui angka di di Ambon, (pulau) Seram dan pulau-pulau kecil lainn ya dimana militer Jepang berada.
Dari keterangan Markas Militer Australia di Batavia, jumlah militer Jepang di Papua bukanlah jumlah sedikit, di Sorong sebanyak 10.000. di Manokwari sebanyak 8.000 dan di Sarmi sebanyak 10.000 orang. Tempat-tempat ini mengindikasikan pusat militer Jepang dalam mengawal Indonesia di Papua dari tekanan Amerika Serikat yang sudah berada di Aitape dan Morotai.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pengakuan Kedaulatan Indonesia, Belanda Sengaja Sandera Papua
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar