*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Sejak
kapan sejarah Sorong mulai terbentuk? Nah, itu dia yang ingin dipastikan. Jauh sebelum
nama Jayapura
dan Merauke ada, nama Sorong sudah diidentifikasi, dipetakan dan ditulis dalam
berbagai publikasi. Diantara berbagai publikasi itu yang mendeskripsikan Sorong
adalah buku yang ditulis oleh Pieter Arend Leupe yang diterbitkan 1875 dengan
judul ‘De Reizen der Nederlanders naar Nieuw-Guinea en de Papoesche Eilande in
de 17de en 18de eeuw’. Dari judulnya, isi buku memuat informasi sejak era VOC
(abad ke-17).
Pada masa ini nama Sorong adalah nama kota
besar di Papua. Sejak wilayah Papua diintegrasikan dengan Republik Indonesia pada
tahun 1963 dan kemudian pada tahun 1969, dibentuk Provinsi Irian Jaya, nama
Sorong dijadikan sebagai salah satu wilayah (kabupaten) dengan ibu kota di kota
Sorong. Pada tahun 1999 kota Sorong statusnya ditingkatkan menjadi Kota. Ini
beriringan dengan pemekaran Provinsi Papua dengan membentuk Provinsi Irian Jaya
Barat, ibu kota di Manokwari. Pada tahun 2007 nama provinsi diubah menjadi
Provinsi Papua Barat. Kota Sorong adalah
satu-satunya yang berstatus Kota di Provinsi Papua Barat.
Bagaimana sejarah awal kota Sorong? Seperti disebut di atas kota
Sorong sudah diidentifikasi sejak lama. Namun yang menjadi pertanyaan sejak
kapan kota Sorong terbentuk? Apa pentingnya? Sebab awal terbentuknya kota Sorong adalah awal sejarah Sorong. Tidak
hanya sebagai nama tempat (kota) tetapi juga nama wilayah. Nama Sorong awalnya
merujuk pada nama pulau, Pulau Sorong (kini dikenal sebagai Pulau Dum).
Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Nama Sorong Sejak Era VOC?
Pada
saat Dr. Solomon Muller ingin ke Papua pada tahun 1828, dia kesulitan
mendapatkan dokumen di Ambon tentang hubungan politik antara wilayah Pemerintah
Hindia Belanda di Ambon dengan wilayah para pemimpin lokal di Papua. Ini
mengindikasikan bahwa wilayah Papua masih terbilang independen. Hubungan
politik antara kerajaan Tidore sejak era VOC dengan para pemimpin lokal di
pantai barat daya, pantai barat dan pantai utara Papua boleh jadi sudah sejak lama tidak intens lagi.
Baru pada tahun 1848 ada dokumen yang menyatakan hubungan politik antara Maluku
dengan Papua.
Dokumen politik yang menyatakan hubungan
politik antara Pemerintah Hindia Belanda dengan wilayah Papua terdapat dalam
Surat Keputusan Menteri Negara, Gubernur Jenderal Hindia Belanda. 30 Juli 1848 yang
dalam uraiannya disebutkan tanah milik Residentie Ternate yang membentang di
wilayah Tidore hingga Nieuw Guinea (Papua). Klaim Tidore atas Papua ini tentu
saja didasarkan wilayah Papua sebagai bagian dari otoritas kerajaan Tidore
sejak 1667. Sebagaimana diketahui batas-batas yurisdiksi antara Belanda dan
Inggris disepakati pada tahun 1824 (Traktat London, 17 Maret 1824) yang juga
termasuk di wilayah (pulau) Papua Nova Guinea. Perjanjian (baru) antara Pemerintah
Hindia Belanda (tentu saja termasuk Papua eks kekuasaan Tidore) dengan Sultan
Tidore dan Sultan Tidore dibuat pada tanggal 27 Mei 1824 Sebelumnya, Gubernur Jenderal sudah tiba di
pelabuhan Ternate tanggal 17 Mei 1824 dan dua hari kemudian dibentuk raad van
justitie di (residentie) Ternate dan dinobatkannya (kembali) Sultan Ternate dan
Sultan Tidore (lihat Bataviasche courant, 31-07-1824). Bukti hubungan baik
antara Pemerintah Hindia Belanda dengan radja-radja di (residentie) Ternate pada
tanggal 9 Agustus 1824 telah tiba di Semarang sebanyak 200 orang pasukan yang diberikan
oleh Sultan Ternate dan 700 orang pasukan dari Sultan Boeton (lihat Dagblad van
's Gravenhage, 17-12-1828). Sedangkan batas antara Inggris dan Belanda untuk
wilayah Papua diproklamasikan (diumumkan) pada tanggal 24 Agustus 1828.
Pada Peta 1835-1837, di
wilayah Papua belum ada identifikasi nama (tempat) Sorong. Peta 1835-1837
adalah peta resmi pemerintah yang dipetakan antara tahun 1835 hingga 1837. Dalam
publikasi Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1862 nama yang disebut di
sekitar wilayah Sorong yang sekarang hanyalah Dore dan (pulau) Mifore. Publikasi ini adalah
suatu hasil kajian suatu komisi yang dibentuk yang didalamnya termasuk ahli
geografi dalam rangka persiapan pembentukan cabang pemerintahan di wilayah
Papua (lihat Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van
Nederlandsch-Indie, 1862).
Pertumbuhan dan Perkembangan
Kota Sorong
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar