*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina
dalam blog ini Klik Disini
Kota
Manila kini dikenal sebagai ibu kota negara Filipina. Kota Manila salah satu
kota besar di Asia Tenggara. Kota besar lainnya adalah Kota Jakarta (ibu kota
Indonesia) dan Kota Kuala Lumpur (ibu kota Malaysia). Tiga kota besar ini
berawal dari kampong kecil di masa lampau. Kota Manila dan Kota Jakarta
sama-sama berada di suatu teluk. Kota Manila di teluk Manila di pulau Luzon (di
mauara sungai Pasig) dan Kota Jakarta di teluk Jakarta di pulau Jawa (di muara
sungai Tjiliwong). Kota Manila dan Kota Jakarta dapat dikatakan kota tua,
sedangkan Kota Kualalumpur sebagai kota muda. Kota Kuala Lumpur di Semenanjung Malaya tidak
berada di pantai tetapi di pedalaman di hulu sungai Kelang.
Ibu kota Filipina sebelumnya berada di Kota Quezon.
Sejak Manila menjadi ibu kota Filipina, kota berkembang pesat menjadi suatu daerah
metropolitan dengan penduduk lebih dari 10 juta jiwa. Disebutkan, awal Kota
Manila adalah sebuah pemukiman muslim di muara sungai Pasig di teluk Manila. Pada
pertengahan abad ke-16, kawasan sekitar Manila diperintah oleh tiga raja yaitu:
Raja Sulayman dan Raja Matanda di komunitas selatan sungai Pasig dan Raja
Lakandula di utara. Mereka juga mengadakan hubungan perdagangan dengan
Kesultanan Brunei, Sulu, dan Ternate di Cavite. Pada tahun 1570, ekspedisi
Spanyol di bawah pimpinan Miguel López de Legazpi membentuk koloni di Manila
setelah menyerang orang-orang Tagalog muslim dan kemudian membangun benteng
kota. Pada tanggal 10 Juni 1574, Raja Phillip II dari Spanyol memberi gelar
Insigne y Siempre Leal Ciudad pada Manila. Nama Filipina merujuk pada nama Raja
Phillip II. Di bawah kekuasaan Spanyol, Manila dijadikan sebagai ibu kota
Filipina pada 1595.
Lantas
bagaimana sejarah asal usul kota Manila? Seperti disebut di atas, sebelum kehadiran Spanyol,
wilayah teluk ini terdapat tiga raja, salah satunya Radja Sulayman. Lalu siapa
Radja Sulayman? Ada tulisan yang menyebut Radja Sulayman berasal
dari Sumatra. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Kota Manila dan Radja Sulayman:
Kini Ibu Kota Filipina
Asal
usul nama Manila, pada masa kini, dihubungkan dengan terminologi Maynila atau
Maynilad (meaning ‘where nilad is found’). Ada juga yang menghubungkan nama
Manila yang dalam bahasa Tagalog, nilád atau nilár mengacu pada pohon seperti
semak (Scyphiphora hydrophyllacea) yang tumbuh di atau dekat rawa bakau. Tentu
saja itu semua kekanak-kanakan. Faktanya tempo doeloe sejak (kampong) Manila
ditemukan pelaut-pelaut Spanyol, banyak nama geografis dengan awalan Ma
(seperti Malaka, Makao, Manado, Mangindanao, Maluku). Selain Manila dan
Mangindanao, nama geografis di Filipina tempo doeloe banyak yang berawalan Ma.
Boleh jadi Manila di dalam bahasa setempat dieja sebagai Maynila, lalu apakah
awalan Ma ditempat lain dieja serupa itu?
Sementara itu, ada juga yang menulis sejarah
kampong (kota) Manila bermula saat pelaut Spanyol Miguel López de Legazpi tiba
di Manila pada tanggal 24 Juni 1571 yang mengambil keuntungan dari konflik
wilayah Tondo versus Manila untuk membenarkan pengusiran atau pemindahan
penjajah Muslim Brunei yang mendukung pengikut Manila. Sementara cucu Miguel dari
Meksiko Juan de Salcedo menikah dengan seorang putri Tondo, López de Legazpi
memerintahkan agar bangsawan lokal dieksekusi atau diasingkan setelah kegagalan
Konspirasi Maharlikas, sebuah plot di mana aliansi antara datus, raja, pedagang
Jepang dan Kesultanan Brunei akan bersatu untuk mengeksekusi orang Spanyol,
bersama dengan Amerika Latin mereka. rekrutan dan sekutu Visayan. Orang Spanyol
yang menang menjadikan Manila, ibu kota Hindia Timur Spanyol. Pada tahun 1574
Manila dikepung oleh bajak laut Cina Lim Hong, yang akhirnya digagalkan oleh
penduduk setempat. Setelah pemukiman Spanyol, Manila segera dibangun yang
menjadi bagian Keuskupan Agung Meksiko. Dalam hal ini, mengapa disebut Brunai
yang Islam penjajah (bukan Spanyol sebagai penjajah!). Lalu siapa yang
menyebarkan agama Islam di Manila, apakah Brunai? Lalu apakah Radja Sulayman berasal datri Brunai? Semua itu terkesan tidak berdasar. Padahal, sejarah
sendiri adalah narasi fakta dan data.
Okelah,
itu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah bagaimana sejarah awal yang
sesungguhnya kota Manila? Seperti disebut di atas, sejarah sendiri adalah narasi
fakta dan data, maka sejarah awal kota Manila seharusnya didasarkan pada fakta
dan data. Keberadaan kota Manila yang sekarang, paling tidak dapat diamati dari
hasil lukisan Johannes Vingboons tahun 1665.
Dalam lukisan, kota Manila yang dibuat Johannes Vingboons
hanya (masih) wujud suatu koloni (Spanyol) berupa benteng (fort) dengan empat
bastion pada masing-masing sudut. Kota benteng ini berada di huk sungai
Papangan (kini sungai Pasig) dan laut (teluk Manila). Di Dalam benteng kota ini
terdapat sejumlah bangunan yang didiami oleh orang-orang Spanyol. Di sebelah
utara di seberang sungai terdapat sejumlah rumah yang terpencar-pencar dan
terdapat satu banguan besar sebagai gereja. Demikian juga di ssebalah utara
sepanjang pantai terdapat sejumlah rumah dan juga terdapat banguna besar
sebagai gereja. Di sebelah timur di belakang benteng juga terdapat beberapa
rumah. Kota benteng Manila di sisi luarnya terdapat perkampongan. Pada bagian
lain teluk di suatu tanjung juga terdapat kota benteng (Fort Cavila). Di bagian
dalam (sebelah selatan) kota benteng Cavila ini juga terdapat perkapongan
dengan bangunan besar berupa gereja. Kota benteng Cavila tampaknya pelabuhan
perdagangan. Kota Cavila ini kini disebut Kota Cavite.
Pada
tahun yang sama Johannes Vingboons juga melukis kota (kerajaan) Gowa di ujung selatan
pulau Celebes. Kota Gowa ini sangat besar. Kraton Gowa berada di suatu pagar
yang mengindikasikan bahwa lingkungan kraton ini dibatasi benteng. Di sebelah
utara dan di sebelah selatan terdapat bangunan yang padat dan di beberapa titik
terdapat pelabuhan yang mengindikasikan pos-pos perdagangan dari pedagang asing
(Eropa). Pada saat lukisan itu dibuat, kota Gowa berada di bawah Sultan
Hasanoeddin. Sebagaimana diketahui, pada tahun 1667 kesultanan Gowa ini
berperang dengan Belanda (VOC) di bawah komando Admiral Spelman.
Johannes Vingboons juga membuat peta (wilayah)
Filipina. Dalam peta ini Johannes Vingboons menandai peta navigasi pelayaran
yang di dalam rute yang dilaluinya ditandai dengan kedalaman laut. Peta
navigasi pelayaran ini diduga kuat rute normal yang untuk mencapai kota Manila
dari arah selatan (Hindia Timur Belanda) di Manado. Seabagimana diketahui sejak
1659 pelabuhan Manado telah dikuasai VOC (Belanda) yang berpusat di Ternate.
Pada tahun 1661 di Manado sudah ditempatkan seorang pejabat VOC (setingkat
Residen). Pada tahun 1665 di Manado mulai dibangun benteng VOC (Fort
Amsterdam). Rute navigasi pelayaran yang dibuat Johannes Vingboons melalui sisi
timur pulau Tandaya (kini Pulau Samar) lalu melalui selat antara pulau Masbatta
dan bagian selatan pulau Luzon terus ke sisi utara pulau Mindori (selat antara
pulau Mindorro dan pulau Luzon) dan lalu memasuki teluk Manila. Kedalaman laut
di pintu masuk teluk (sekitar pulau Marivelle) 25 meter.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Sejarah Awal Ibu Kota Jakarta
dan Ibu Kota Kuala Lumpur
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar