*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini
Sejarah zaman kuno kerap bersifat misteri. Itu semua karena minimnya data yang ada. Semakin tua semakin sulit menemukan data. Sumber data Maluku baru terkoleksi sejak era Po\rtugis. Meski demikian ada beberapa sumber data yang berasal dari zaman kuno yang masih eksis seperti prasasti dan candi. Namun sayang, sejauh ini belum ditemukan prasasti atau bentuk-bentuk peradaban zaman kuno. Satu-satunya sumber tertulis dari zaman kuno mengenai (kepulauan) Maluku hanya teks Negarakertagama 1365 M. Di dalam teks tersebut beberapa nama disebut seperti Ceram dan Muar.
Lantas bagaimana sejarah zaman kuno di di Kepulauan Maluku? Seperti disebut di atas sumber sejarah zaman kuno sangatlah minim. Meski demikian sistem pmerintahan yang berhasil didokumentasi sejak era Portugis diduga sebagai warisan zaman kuno. Dalam hal ini upaya penggalian sejarah zaman kuno masih diperlukan, karena sejarah zaman kuno adalah pendahulu sejarah berikutnya (era Portugis). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Zaman Kuno Maluku: Sejak Kapan?
Seperti disebut di atas, identifikasi nama tempat di Maluku terdapat pada teks Negarakertagama 1365. Selain nama Muar dan Ceran dalam teks ini yang didentifikasi Prof Kern (1919) dalam peta adalah Ambwan yang diduga Ambon, Wandan yang diduga Banda, Hutankadali yang diduga Buru, Maloko atau Maluku yang diduga Ternate dan Gurun yang diduga pulau Gorom di kepulauan Gorong di tenggara pulau Seram. Prof Kern juga menyebut nama Gurun untuk pulau Penida dan nama Muar untuk nama pekan di pantai barat Semenanjunng Malaka. Hanya nama Ceran dan Wanda yang tidak diragukan untuk nama-nama tersebut pada masa ini.
Sumber data lainnya yang berasal dari zaman kuno tentang Maluku adalah prasasti Watu Tunti di Bima pulau Sumbawa. Di pulau Sumbawa dalam teks Negarakertagama disebut empat nama tempat yakni Bhima, Dompo, Sanghyang Api dan Sapi di sebelah timur dan Taliwang di sebelah barat. Sebagai tambahan di timur pulau Sumbawa disebut nama Sumba, Solor dan Timor. Prasasti Watu Tunti tidak diketahui tarihnya apakah sebelum atau sesuah Negarakertagama 1365. Pada teks ini teridentifikasi nama Sapalu, nama Hanipuh dan nama Nira. Saya menginterpretasi tiga nama ini ada di Maluku yakni Saparua dan Manipa serta Neira. Nama Nira ini terkesan lebih tepat jika dibandingkan dengan indentifikasi Prof Kern tentang nama Wanda.
Pada dasarnya sangat umum bahwa nama tempat kemudian dijadikan sebagai nama wilayah atau nama pulau. Nama pulau Seram awalnya diduga kuat adalah nama tempat di pulau bersama dengan nama tempat Ambon. Nama Ambon sebagai tempat tetap eksis (hing ini hari) sedangkan nama Seram sebagai nama tempat (tampaknya perlu diidentifikasiu dimana). Demikian juga denga nama Maluku dijadikan sebagai nama wilayah sedangkan nama Ternate di pulau muncul kemudian. Hal serupa dengan nama tempat Neira yang menjadi bandar (Banda) yang kemudian Banda sendiri dijadikan sebagai nama wilayah. Satu-satunya yang sedikit diragukan adalah nama tempat Hutankadali, apakah benar-benar pulau Buru. Lalu bagaimana dengan Muar?
Nama-nama tempat yang disebut dalam teks Negarakertagama 1365 adalah nama-nama tempat di kepulauan Maluku yang saling berdekatan di pulau Seram yang sekarang. Nama-nama yang secara geografis jauh dari Seram di selatan seperti Banda, Goran, Kei, Aru dan Tanimbar pada dasarnya begitu dekat dari Jawa (dengan asumsi arah navigasi pelayaran dari Jawa ke arah timue di kepulauan Maluku, Dalam hal ini, nama Muar saling menggantikan dengan nama Saparua. Lantas mengapa begitu penting dua nama tempat ini di kepulauan Maluku pada era peradaban awal dan navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno? Dua nama ini diduga kuat terkait dengan Kerajaan Aru dan pedagang-pedagang Moor.
Seorang Moor adalah Tunisia Ibnu Batutah berkunjung ke selat Malaka dan juga ke Tiongkok pada tahun 1345. Ini mengindikasikan populasi pedagang-pedagang Moor di selat Malaka sudah begitu banyak. Pedagang-pedagang Moor adalah pelaut-pelaut beragama Islam yang handal dari Afrika Utara dan Eropa Selatan (Spanyol). Ibnu Batutah ke Tiongkok di seputar Canton juga sudah sejak lama eksis pedagang-pedagang Arab dan juga pedagang-pedagang Moor. Komunitas pedagang-pedagang Moor di selat Malaka terutama di pantai barat Semenanjung di muara sungau Muar. Dalam teks Negarakertgama nama Muar juga dicatat sebagai Pekan Muar. Nama Muar di Semenanjung inilah yang menjadi asal usul nama Muar di Maluku. Dalam hal ini navigasi pelayaran pedagang-pedagang sudah mencapai Maluku. Nama Maloko juga diduga kuat merujuk pada nama Malaka (di utara Muara di Semenanjung(). Nama Wanda merujuk pada terminologi bahasa Melayu bandar (pelabuhan).
Kerajaan Aru berada di pantai timur Sumatra di pertemuan sungai Panai dan sungai Barumun dengan ibu kota di Binanga. Sebelum kehadiran pedagang-pedagang Moor, navigasi pelayaran ke Maluku sudah terlebih dahulu dirintis oleh pedagang-pedagang Kerajaan Aru. Hubungan timbal balik antara Kerajaan Aru dan pedagang-pedagang Moor sudah terjadi sejak lama, bahkan jauh sebelum kedatangan Ibnu Batutah pada tahun 1345. Hubungan yang era ini bahkan masih eksis hingga kehadiran Portugis. Seorang utusan Portugis di Malaka Mendes Pinto yang berkunjung ke Kerajaan Aru di ibukota Panaju pada tahun 1537 melaporkan militer Kerajaan Aru diperkuat oleh pedagang-pedagang Moor. Juga disebutnya kekuatan militer Kerajaan Aru didatangkan dari Minangkabau, Indragiri, Jambi, Boernai dan Luzon, sedangkan orang-orang Mandarin menjadi pengawal di wilayah pantai Kerajaan Aru.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Era Kehadiran Eropa: Portugis, Spanyol dan Belanda
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Menarik membaca penjelasan dan analisa serta tafsiran bapak khususnya dalam soal mengenai nama Saparua yang memiliki kemiripan nama dengan Sapalu yang teridentifikasi pada teks dalam prasasti Watu Tunti di Bima, pulau Sumbawa... bolehkah diberikan screenshoot tentang teks prasasti Watu Tunti itu??? Kebetulan saya berasal dari Saparua...Terima kasih...
BalasHapusAda di Wikipedia, dengan entri Watu Tunti
Hapus