*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Seperti halnya di provinsi Sulawesi Selatan (termasuk Sulawesi Barat), provinsi Sulawesi Tengah dan provinsi Sulawesu Utara (termasuk Gorontalo), di provinsi Sulawesi Tenggara juga terdapat ragam bahasa. Secara umum ragam bahasa di provinsi Sulawesi Tenggara terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, yaitu Bungku-Tolaki yang terdiri dari bahasa-bahasa Wawonii, Kulisusu, Moronene dan Tolaki. Kelompok kedua, yaitu Muna-Buton yang terdiri dari Busoa, Kambowa, Muna, Wolio, Cia-Cia dan Wakatobi. Penutur bahasa kelompok bahasa Bungku-Tolaki umumnya terdapat di (daratan) Semenanjung Tenggara Sulawesi dan penutur bahasa kelompok Muna-Buton di pulau-pulau selatan semenanjung.
Lantas bagaimana sejarah bahasa Tolaki? Seperti disebut di atas penutur bahasa Tolaki terbilang besar dan tersebar luas khususnya di wilayah (daratan) semenanjung tenggara pulau Sulawesi. Penduduk penutur bahasa Tolaki juga disebut sebagai penduduk asli di Kota Kendari (ibu kota provinsi). Lalu bagaimana sejarah bahasa Tolaki dan penduduk di semenanjung tenggara Sulawesi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Tolaki: Bahasa dan Persebaran Bahasa
Yang pertama berbicara bahasa-bahasa di (provinsi) Sulawesi Tengah adalah Dr. N Adriani. Sementara di wilayah Sulawesi (bagian) barat lain lagi. Sedangkan yang membicarakan bahasa-bahasa di semenanjung tenggara Sulawesi adalah F Treffers (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1914). Seperti halnya, tempo doeloe JN Vosmaer, F Treffers juga berpangkat luitenant. Vosmaer hanya di sekitar teluk Kendari, tetapi F Treffers lebih jauh lagi berada di pedalaman di lanskap Laiwoei (sekitar 60 Km) yang menjadi bagian wilayah Onderafdeeling Kendari, Afdeeling Oost Celebes, Gouv. Celebes (sebelah barat wilayah onderafdeeling Kolaka Mekongga; dan sebelah selatan onderafd. Boeton).
Menurut F Treffers, penduduk menyebut diri mereka To Lelaki dan juga dikenal sebagai Tolaki. Sebelum menjadi lebih ringkas Tolaki, berdasarkan kutipan dari N Adriani dia pernah mendegar Zulaki. Namun menurut Treffers awalnya adalah Lalaki yang kemudian bergeser menjadi Lelaki (menggantikan bentuk lama Lalaki). F Treffers menyatakan Tolaki berasal dari Lelaki dan Lakiuo yang diartikan raja atau pengeran (vorst). Sementara N Adriani menyatakan kata yang umum dalam bahasa Melayu sebagai lelaki, yang diartikan sebagai pemberani atau pahlawan sehingga lelaki memiliki arti pangeran (vorst). Namun bagaimanapun nama Lelaki ini adalah pemberian nama oleh orang luar.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kota Kendari dan Bahasa Tolaki
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar