*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Banyak pahlawan Indonesia di Yogyakarta. Beberapa diantaranya telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional seperti Arie Frederik Lasut. Satu yang menarik di Yogyakarta adalah beberapa pahlawan Indonesia dibunuh di Pakem dengan cara fasis termasuk Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D dan Arie Frederik Lasut/ Mr. Masdoelhak Nasution,Ph.D dibunuh di Pakem tidak lama setelah aksi agresi militer Belanda/NICA tanggal 19 Desember 1948.
Lantas bagaimana sejarah Arie Frederik Lasut yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional? Seperti disebut di atas, Arie Frederik Lasut dibunuh Pakem tanggal 7 Mei 1949. Tempat ini menjadi tempat pembunuhan Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D sebelumnya. Lalu bagaimana sejarah pahlawan Indonesia Arie Frederik Lasut yang lahir di Minahasa 6 Juli 1918? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia di Yogyakarta: Mr Masdoelhak Nasution, Ph.D
Arie Frederik Lasut lulus sekolah AMS di Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 01-06-1937). Disebutkan ujian akhir di AMS afd B Batavia antara lain AF Lasut. Di Medan, diberitakan lulus ujian akhir di AMS Medan salah satu diantaranya AFP Siregar gelar Mangaradja Onggang Parlindungan. Pada 28 Juli 1937 MO Parlindungan dengan kapal Indrapoera menuju Eropa dan turun di Marseile (Prancis).
Dalam berbagai tulisan disebut Arie Frederik Lasut mulai sekolah di Hollands Inlandsche School (HIS) di Tondano. Lalu AF Lasut melanjutkan sekolah guru di Hollands Inlandsche Kweekschool (HIK) di Ambon. Pada tahun 1933 AF Lasut lulus dari HIK Ambon dan melanjutkan sekolah ke HIK Bandung. Namun hanya setahun di Bandung, AF Lasut pindah ke Batavia untuk mengikuti sekolah umum di Algeme(e)ne Middelbare School (AMS). Pada tahun 1937 AF Lasut lulus dari AMS. AF Lasut memulai sekolah kedokteran di Geneeskundige Hooge School. Lasut terpaksa harus berhenti dari sekolah ini karena kesulitan dana. Pada tahun 1938 AF Lasut mulai bekerja di Departement van Ekonomische Zaken.
Arie Frederik Lasut tampaknya tidak melanjutkan pendidikan ke universitas tetapi langsung bekerja di Departement van Economische Zaken. Pada tahun 1939 AF Lasut dipindahkan ke Dinas Pertambangan (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 09-09-1939). Disebutkan ditempatkan di Dinas Pertambangan di Bandoeng H Menick seorang swasta di Bandoeng, AF Lasut seorang pegawai di Dept van EZ dan Raden Soenoe seorang swasta di Soerabaja. Pada tahun 1941 mereka bertiga masih berada di tugas dan jawatan yang sama (lihat Soerabaijasch handelsblad, 02-10-1941). Arie Frederik Lasut menikah dengan AH Maramis (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 31-12-1941).
Sejak pertengahan tahun 1941 MO Parlindungan telah kembali ke tanah air dan ditempatkan di Bandoeng. MO Parlindungan menyelesaikan pendidikan tinggi di Universiteit te Delft yang dilanjutkan di Zurich pada awal tahun 1941 dengan gelar insinyur teknik kimia. Di Bandoeng Ir MO Parlindungan berugas di pbarik senjata dan mesiu.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pahlawan Nasional: Arie Frederik Lasut
Pada saat penudukan militer Jepang, Arie Frederik Lasut masih tetap bekerja di bidang pertambangan di Bandoeng. Disebut di Chorisitsu Chosayo (Jawatan Geologis) di Bandung dan masih bersama dengan Raden Soenoe. Ir MO Parlindungan juga masih di pabriok senjata dan mesiu di Bandoeng. Pendudukan militer Jepang tidak lama karena Kerajaan Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Ini kesempatan bagi bangsa Indonesia memerdekakan diri sendiri dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945..
Untuk menjalankan pemerintahan diangkat Ir Soekarno sebagai Presiden dan Mohamad Hatta sebagai Wakil Presiden. Susunan Kabinet diumumkan pada tanggal 2 September 1945. Dalam susunan kabinet diantaranya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai Menteri Penerangan dan AA Maramis sebagai Menteri Negara. Untuk fungsi legislatif dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP). Untuk menjalankan fungsinya dibentik Komite Kerja yang diketuai oleh Soetan Sjahrir dan Wakil Ketua Mr Ami Sjarifoeddin Harahap (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 31-10-1945). Dalam komite ini sebagai sekretaris adalah Soewandi. Sebagai anggota antara lain Dr A Halim, Adam Malik dan Wahid Hasjim.
Saat mana pasukan Sekutu/Inggris melakukan pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang di Indonesia, pasukan Belanda/NICA menyusul di belakang dengan mengambil posisi di belakang pasukan Sekutu/Inggris. Situasi dan kondisi kemudian menjadi lebih kacau dimana-mana timbul perang. Perang kemerdekaan tidak terhindarkan. Pada awal Januari 1946 ibu kota RI dipindahkan ke Jogjakarta. Belanda/NICA semakin menekan Republik yang kemudian dilakukan agresi militer pertama 21 Juli 1947 pada saat Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai Perdana Menteri. Agresi militer kedua dilakuan pada tanggal 19 Desember 1948 dengan menaklukkan ibu kota Jogjakarta. Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Mohamad Hatta diasingkan.
Pada saat pendudukan Jogjakarta ini juga sejumlah orang yang berpengaruh ditangkap seperti Mr Masdoelhak Nasution, penasehat hukum pemerintah dan Mr. Santoso, Sekjen Kemendagri. Mereka ini kemudian dibawa ke Pakem dan didor di ladang jagung. Mr Masdoelhak Nasution langsung tewas di tempat 21 Desember 1948. De Heerenveensche koerier : onafhankelijk dagblad voor Midden-Zuid-Oost-Friesland en Noord-Overijssel, 01-02-1949 mengutip pernyataan pers dari kepala kantor Republik Indonesia di London yang pernyataannya sebagai berikut: ‘sejumlah intelektual terkemuka di Indonesia, diantaranya Masdulhak, seorang penasihat pemerintah dibunuh hingga tewas tanpa diadili’. Tindakan fasis ini diketahui oleh Dewan Keamanan PBB lalu meminta dilakukan investigasi. Segera direspon pemerintah Kerajaan Belanda. De waarheid, 25-02-1949 melaporkan hasil di pengadilan dimana jaksa penuntut umum menganggap pembunuhan ini sebagai ‘pembunuhan pengecut’ dan tindakan fasis. Masdoelhak Nasution lulus AMS Batavia 1930 (lihat, Soerabaijasch handelsblad, 19-05-1930). Langsung bernagkat studi hukum di Leiden. Setelah menyelesaikan sarjana hukum, dilanjutkan ke program doktoral melanjutkan pendidikan ke tingkat doktoral di Utrecht (Rijksuniversiteit). Pada tahun 1943 Masdoelhak lulus ujian doctoral dengan gelar Ph.D sebagaimana dilaporkan Friesche courant, 27-03-1943. Masdoelhak berhasil mempertahankan desertasinya yang berjudul ‘De plaats van de vrouw in de Bataksche Maatschappij’ (Tempat perempuan dalam masyarakat Batak). Pada saat pemulaan pemerintahan Masdoelhak Nasution diangkat sebagai Residen Sumatra Tengah dan kemudian ditarik ke Jogjakarta pada saat ibu kota RI pindah ke Jogjakarta sebagai penasehat (hukum) pemerintah..
Dalam berbagai tulisan disebut bahwa AF Lasut pada pagi hari tanggal 7 Mei 1949 diambil oleh Belanda dari rumahnya dan dibawa ke Pakem, sekitar 7 kilometer di utara Yogyakarta. Di Pakem AF Lasut ditembak mati. Beberapa bulan kemudian jenazah AF Lasut dipindahkan ke pekuburan Sasanalaya di Yogyakarta di samping isterinya yang telah lebih dulu meninggal pada bulan Desember 1947.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar