*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pada permulaan Republik Indonesia, ada satu posisi jabatan Menteri Negara untuk urusan peranakan. Tentulah maksudnya yang berkaitan dengan peranakan Cina (Tionghoa). Posisi ini tetap dipertahankan selama masa Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Hanya sampai disitu. Mengapa urusan itu diperlukan? Yang jelas Menteri Negara urusan peranakan pada Kabinet Amir ini adalah Siauw Giok Tjhan.
Lantas bagaimana sejarah Siauw Giok Tjhan? Seperti disebut di atas, Siauw Giok Tjhan pernah menjadi Menteri Negara pada Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Lantas bagaimana sejarah Siauw Giok Tjhan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Siauw Giok Tjhan: Menteri Negara (Peranakan) dalam Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap
Siauw Giok Tjhan. Lahir di Soerabaja tanggal 23 Maret 1914. Setelah lulus sekolah dasar Eropa (ELS), Siauw Giok Tjhan melanjutkan studi di sekolah menengah HBS Soerabaja (sekolah dimana sebelumnya Soekarno bersekolah). Pada tahun 1932 Siauw Giok Tjhan lulus ujian transisi naik dari kelas satu ke kelas dua di HBS Soerabaja (lihat De Indische courant, 01-05-1931). Satu kelas dengan Siauw Giok Tjhan adalah I Radjamin (anak Radjamin Nasoetion, anggota dewan kota Soerabaja).
Hoogere Burgerschool (HBS) terdapat di beberapa kota. Syarat masuk HBS adalah lulusan sekolah dasar Eropa (ELS). Lama studi adalah lima tahun. Lulusannya dapat melanjutkan ke fakultas/universitas. Jika Siauw Giok Tjhan tahun 1932 naik ke kelas tiga, jika lancar studi, diduga kuat Siauw Giok Tjhan diterima di HBS Soerabaja tahun 1930. Jika membandingkan lahir tahun 1914, maka Siauw Giok Tjhan masuk HBS pada tahun 1930 pada usia 16 tahun.
Pada tahun 1932 Siauw Giok Tjhan lulus ujian transisi naik ke kelas tiga (lihat De Indische courant, 29-04-1932). Siauw Giok Tjhan lulus ujian naik ke kelas empat tahun 1933 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 06-05-1933). Setelah itu Siauw Giok Tjhan. Tidak terinformasikan. Besar dugaan Siauw Giok Tjhan.tidak melanjutkan studi dan memilih menerima diploma MULO.
Pada tahun 1935 Siauw Giok Tjhan mengikuti ujian masuk Boekhouden (tata bukyu) di tempat pendaftaran di Soerabakja (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-07-1935). Syarat masuk kursus dua tahun ini adalah lulusan HBS atau AMS. Namun seperti disebut di atas, Siauw Giok Tjhan tidak terdaftar lagi di HBS. Boleh jadi Siauw Giok Tjhan meneyelesaikan sekolahnya di swasta.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Siauw Giok Tjhan dan Era Orde Lama: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Perang Kemerdekaan
Pada tahun 1932 partai baru didirikan di Soerabaja. Partai tersebut diberi nama Partai Tionghoa Indonesia (PTI) yang dipimpin Liem Khoen Hian, pemimpin redaksi surat kabar Sm Tit Po (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 29-09-1932). Pendirian partai ini tidak lama setelah partai pertama didirikan di Soerabaja, yakni Partai Bangsa Indonesia (PBI) yang dimotori oleh Dr Soetomo (pejabat rumah sakit kota) dan Radjamnin Nasoetion (pejabat bea dan cukai) yang keduanya pernah sama-sama saru kelas di STOVIA. Pada tahun 1930 Radjamin Nasoetion terpilih menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja dari PBI. Partai yang sudah ada saat itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) oleh Ir Soekarno dkk di Bandoeng.
Setelah Siauw Giok Tjhan tidak melanjutkan studi (setelah menyelesaikan tingkat MULO di HBS Soerabaja) semakin banyak waktunya untuk terlibat dalam partai baru PTI. Sementara Irsan Radjamin setelah lulus HBS Soerabaja (1935) melanjutkan studi ke fakultas kedokeran di Batavia (GHS). Partai PTI dalam tempo singkat sudah meluas hingga ke Medan sebagia cabang yang ke-11 di Hindia.
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 16-12-1932: ‘Het Nationalistisch Front ter SOK. Dari surat kabar Dcli Crt. diinformasikan, di Medan bahwa dibentuk panitia persiapan P(ersatoean) T(ionghoa) I(ndonesia) yang bertujuan untuk bekerjasama dengan partai-partai ‘Indonesia’. Anggota asosiasi itu adalah orang Tionghoa peranakan—sejauh ini merupakan kelompok paling pendiam di antara orang Tionghoa—dan tujuannya adalah untuk menciptakan penyeimbang bagi Tjonghoa Hoei. Ini adalah niat untuk mendirikan sebuah cabang di Medan, yang akan menjadi cabang kesebelas di Hindia Belanda. Partai ini didirikan hanya beberapa bulan yang lalu dan karena itu membuat kemajuan yang signifikan’.
Siauw Giok Tjhan dan Era Orde Baru: Menteri Negara, Parlemen, BAPERKI dan Harian Rakyat
Kerajaan Jepang menyerah kepada Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat pada tanggal 14 Agustus 1945. Beberapa hari kemudian tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan di Djakarta yang dibacakan Ir Soekarno. Setalah UUD ditetapkan dan dipilih Preisden dan Wakil Presiden maka berikutnya adalah penunjukan Menteri dan para kepala daerah Gubernur yang bersamaan dengan pembentukan dewan konstituante, yang diikuti dengan pengangkatan Wali Kota dan Bupati. Wali Kota Soerabaja diangkat Radjamin Nasoetion.
Menteri Penerangan yang merangkap Menteri Pertahanan/KR Mr Amir Sjarifoeddin Harahap meminta Oerip Soemohardjo di Jogjakarta untuk membentuk akademi militer. Bersamaan dengan ini Oriep Soemohardjo diangkat sebagai Kepala Staf TRI dengan pangkat Lentnan Jenderal. Di Akademi Militer di Jogjakarta merekrut sejumlah sarjana (17 orang) yang masih muda untuk dilatih secara militer dengan tugas fungsional. Mereka yang direkrut tersebut antara lain Dr Ibnoe Soetowo, Mr Kasman Singodimedjo, Mr Arifin Harahap, Dr Irsan Radjamin, Dr Eri Soedewo, Ir MO Parlindoengan dan Dr Willer Hoetagaloeng. Para lulusan akademi yang dilakukan secara singkat ini dengan pangkat Overste (Letnan Kolonel) dikirim ke beberapa tempat yang diperlukan seperti Overste Dr Ibnoe Soetowo ke kilang minyak Tjepoe, Overste Ir MO Parlindoengan ke pabrik sendjata dan mesioe di Bandong dan Overste Dr Irsana Radjamin ke pelabuhan Tandjoeng Perak di Soerabaja (yang juga akan membantu ayahnya sebagai wali kota).
Sekutu/Inggris akan bertugas melakukan pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang serta pembebasan para interniran Belanda, naamun dalam perkembangannya di Soerabaja Sekutu/Inggris mendapat perlawanan yang akhirnya terkjadi perang Soerabaja yang puncaknya pada tanggal 10 November 1945. Pemerintahan baik Gubernur dan Wali Kota mengungsi ke wilayah pedalaman (Moedjokerto) dimana di dalam kota menjadi medan perang.
Sehubungan dengan masuknya Belanda/NICA di belakang Sekutu/Inggris, warga Soerabaja terbelah sebagin menyambut kehadiran Belanda/NICA, sebagian yang lain menolak. Diantara yang menolak sebagian mengungsi ke wilayah di luar pendudukan Belanda/NICA (wilayah Republik). Orang-orang Cina (Tionghoa) yang anti Belanda (penjajahan) yang tetap mendukung kemerdekaan Indonesia turut mengungsi. Dalam hal ini tentu saja Siauw Giok Tjhan.
Keberadaan orang Tionghoa di pemerintahan Republik Indoensia (setelah Drs. Yap Tjwan Bie pada masa PPKI) diketahui saat pembentukan Badan Pekerja konstituante, yang dibentuk tanggal 16 Oktober 1945. Dalam hal ini anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sendiri terdiri dari 137 orang, dimana yang bertindak sebagai pimpinan adalah Overste Mr Kasman Singodimedjo (Ketua); Mas Sutardjo Kertohadikusumo (Wakil Ketua I); Mr J. Latuharhary (Wakil Ketua II); dan Adam Malik (Wakil Ketua III). Sedangkan Badan Kerja KNIP salah satu diantaranya Tan Ling Djie (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 31-10-1945).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar