*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Soetan Goenoeng Moelia adalah salah satu pahlawan Indonessia. Hanya saja belum ada pihak yang mengusulkannya menjadi Pahlawan Nasional. Mengapa? Yang jelas adalah Sutan Gunung Mulia adalah guru Indonesia, sarjana pendidikan yang bergelar doktor. Tentu saja tidak hanya itu. Sutan Gunung Mulia adalah Menteri Pendidikan Republik Indonesia yang kedua (menggantikan Ki Hadja Dewantara).
Lantas bagaimana sejarah Sutan Gunung Mulia? Seperti disebut di atas, Sutan Gunung Mulia adalah guru bIndonesia pertama yang sarjana pendidikan dengan gelar doktor. Sutan Gunung Mulia juga pernah menjadi Menteri Pendidikan RI. Lalu bagaimana sejarah Sutan Gunung Mulia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Pahlawan Indonesia Soetan Goenoeng Moelia, Sarjana Pendidikan Gelar Doktor
Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia lahir di Padang Sidempoean tanggal 21 Januari 1896. Pada tahun 1910 menyelesaikan sekolah dasar Eropa (ELS) di Sibolga. Setelah lulus, BTL, berangkat studi ke Belanda (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 27-11-1911). Disebutkan dalam maifes kapal Prinses Juliana yang berangkat dari dari Batavia tanggal 2 November dan telah tiba di Genoa (Italia) tanggal 25 November dengan tujuan akhir Amsterdam dicatat namanya Si Todoeng. Dari ratusan penumpang hanya Si Todoeng yang bernama pribumi. Lantas siapa yang mendampinginya?
Mungkin hanya diberangkatkan orangtuanya dari pelabuhan Tandjoeng Priok. Usianya saat itu sudah remaja sekitar 15 tahun. Tentu saja ada yang akan menjemputnya di Amsterdam. Paling tidak dua orang, yakni Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan dan Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja Soangkoepon. Ini sudah lazim dilakukan oleh siswa-siswa pribumi sejak Soetan Casajangan tiba di Belanda Juli 1905 menulis tip studi ke Belanda di majalah Bintang Hindia pada edisi akhir 1905. Saat itu baru satu pribumi yang studi di Belanda yakni Raden Kartono (abang RA Kartini) yang datang di Belanda tahun 1896. Pada tahun 1908 saat jumlah pribumi yang studi di Belanda sekitar 20an orang, Soetan Casajangan mendirikan organisasi siswa/mahasiswa yang diberi nama Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Para pengurus dan organisasi inilah yang menyambut pelajar-pelajar pribumi yang datang dari Hindia di Belanda. Abdoel Firman Siregar tiba di Belanda tahun 1910 (setelah lulus ELS di Medan). Saat Todoeng tiba di Belanda, Soetan Casajangan baru lulus mendapat akta guru MO (sarjana pendidikan).
Di Belanda, Todoeng Soetan Goenoeng Moelia mengikuti sekolah guru. Pada tahun 1915 Tadoeng lulus ujian guru bantu hulpacte (LO). Todoeng di Belanda mengajar sekolah dasar (ELS). Sambil mengajar Todoeng melanjutkan studi dan lulus ujian guru kepala hoofdacte (MO) pada tahun 1917. Todoeng tidak langsung pulang tetapi mengikuti mata kuliah bahasa Melayu kursus dari Vereeniging Tropische Geneeskunde di Leiden. Setelah itu baru pulang ke tanah air.
Todoeng Soetan Goenoeng Moelia di tanah air ditempatkan sebagai guru sekolah dasar HIS di Bangkahoeloe (Bengkulu). Pada tahun 1920 Soetan Goenoeng Moelia diangkat sebagai direktur HIS yang baru dibuka di Kotanopan hingga tahun 1927. Selama menjadi guru di HIS Kotanopan beberapa waktu pernah menjadi anggota dewan pusat (Volksdraad) mewakili golongan pendidikan. Sementara itu, Soetan Casajangan pulang ke tanah air pada tahun 1913 yang kemudian ditempatkan di sekolah guru Kweekschool Fort de Kock. Setelah sempat beberapa tahun menjadi direktur di sekolah guru di Doloksanggoel yang baru dibuka, dipindahkan ke sekolah guru Kweekschool Ambon. Pada tahun 1919 Soetan Casajangan diangkat sebagai asisten Inspektur Urusan Pribumi di Batavia. Pada tahun 1922 Soetan Casajangan diangkat sebagai direktur sekolah guru Normaal School di Meester Cornelis (kini Jatinegara di Salemba). Selagi menjabat direktur, Soetan Casajangan meninggal bulan April 1927.
Pada tahun 1927 Soetan Goenoeng Moelia dipindahkan dari Kotanopan dan diangkat menjadi direktur Normaal School Meester Cornelis (menggantikan Soetan Casajangan). Seperti halnya di Belanda tahun 1911, estafet itu juga berlangsung tahun 1927 di Batavia. Sementara pada tahun 1927 ini Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja Soangkoepon terpilih sebagai anggota Volksraad (dari dapil Oost Sumatra). Mengaradja Soeangkopoen kemballi ke tanah air tahun 1915 dan ditempatkan sebagai pejabat di Afdeeling Tandjoeng Balalai, Residentie./province Oost Sumatra. Soetan Goenoeng Moelia sendiri di Meester Cornelis masih anggota Volksraad (hingga 1929).
Pada tahun 1930 Soetan Goenoeng Moelia melanjutkan kembali studi ke Belanda. Soetan Goenoeng Moelia studi di bagian hukum Universiteit Leiden dan lulus tahun 1932. Soetan Goenoeng Moelia melanjutkan studi di Universiteit Amsterdam bagian filsafat dan kesusastraan dan lulus awal tahun 1933 dengan gelar Drs. Pada akhir tahun 1933 Soetan Goenoeng Moelia promosi doktor di bidang Letteren en Wijsbegeerte dengan gelar doktor (Ph.D) dengan desertasi berjudul: ‘Het primitieve denken in de moderne wetenschap' (lihat Algemeen Handelsblad, 09-12-1933). Disebutkan Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia, lahir di Padang Sidempoean.
Setelah menyelesaikan doktor di Belanda, Soetan Goenoeng Moelia kembali ke tanah air. Pada tahun 1934 Soetan Goenoeng Moelia diangkat sebagai guru di Hollansche Inlandsche Kweekschool (HIK) Bandoeng. Pada tahun 1936 dari Bandoeng, Soetan Goenoeng Moelia diangkat sebagai pejabat di Depart Economsch Zaken (perekonomian) dan kemudian di Depart O en E (pendidikan) hingga 1942. Soetan Goenoeng Moelia juga menjadi anggota Volksraad sejak 1935 (hingga 1942). Selama 1940 hingga 1942 Soetan Goenoeng Moelia di Volksraad sebagai Ketua Muda.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Soetan Goenoeng Moelia: Menteri Pendidikan RI Kedua
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar