*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Sebelum lahir sarjana-sarjana pribumi (Indonesia) pada era Hindia Belanda, yang sejak lama aktif memperhatikan situasi dan kondisi di Indonesia (baca: Hindia) adalah orang asing terutama dari Eropa. Tentu saja dimulai oleh orang-orang Portugis dan Spanyol. Lalu kemudian oleh penulis-penulis berasal dari Prancis, ilmuwan Inggris dan kemudian oleh para sarjana Jerman. Penulis-penulis Belanda muncul diantara mereka.
Lantas bagaimana sejarah para ahli Belanda dan para ilmuwan Inggris? Seperti disebut di atas, dua bangsa ini di Indonesia (baca: Hindia) berada diantara bangsa lainnya di Eropa. Namun tampaknya jumlah orang Inggris lebih banyak daripada orang Belanda. Lalu bagaimana sejarah para ahli Belanda dan para ilmuwan Inggris? Semuanya saling berbagai. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia – Ahli Belanda vs Ilmuwan Inggris: Sejak Penulis Prancis hingga Sarjana Jerman
Sebelum terbit jurnal ilmiah orang Inggris di Singapoera, The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (1847) sudah ada jurnal ilmiah orang Belanda yang terbit di Batavia. Tijdschrift voor Neerland's Indie yang terbit kali pertama tahun 1838 (jrg 1, 1838 (1e deel). Tentulah saat ini sudah ada belasan atau puluhan jurnal (ilmiah) dalam bahasa Belanda yang diterbitkan di Belanda. Jurnal Tijdschrift voor Neerland's Indie sangat khas karena fokus pada wilayah Hindia Belanda. Meski belum sempurna, apakah penyajian content atau bentuk cetakan tetapi masih banyak informasi yang berguna dalam menyusun sejarah di Indonesia (sejak Hindia Belanda).
Selama ini sumber-sumber lama yang dapat diperhatikan adalah surat kabar berbahasa Belanda yang terbit di Hindia yang terbit sejak 1809, termasuk surat kabar campuaran berbahasa Belanda dan Inggris (selama pendudukan Inggris). Selebihnya bersumber dari surat kabar yang terbit di Eropa. Buku-buku dan jurnal terbitan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen sejak era VOC (1787). Jauh sebelumnya itu, selain surat kabar yang terbit di Eropa juga buku-buku yang telah diterbitkan dan catatan harian Kasteel Batavia (Daghregister). Kehadiran para sarjana pada era VOC ini karena awalnya semata-mata untuk bekerja untuk VOC Belanda di Hindia dan EIC Inggris di India. Georg Eberhard Rumphius bekerja untuk VOC dalam menyusun buku botani yang kemudian pekerjaannya diteruskan oleh ST Martin dan Cornelis Chastelein. Lalu kemudian muncul sukarelawan Francois Valentijn dengan bukunya yang terkenal Oud en Nieuwe Oost Indie (1724). Sorang sarjana Wales bekerja untuk IEC di India melakukan penyelidikan botani di pantai barat Sumatra khususnya di Tapanoeli (1772). Lalu kemudian disusul pelaut terkenal dengan minat yang tinggi pada geografi melakukan penyelidikan di Australia dan Pasifik, James Cook (1772-1774). Seperti halnya Francois Valentijn dalam bidang geografi, sukarelawan Inggris muncul dalam bidang bahasa dan budaya William Marsden dengan bukunya yang terkenal The Histry of Sumatra (terbit 1781). Lalu sebagaimana diketahui rintisan Marsden ini dilanjutkan oleh Raffles dengan bukunya yang terkenal The History of Java (terbit 1818).
Jurnal Tijdschrift voor Neerland's Indie dapat dikatakan era baru penerbitan ilmiah di Hindia Belanda. Para kontributornya selain ada beberapa sarjana, tetapi lebih banyak oleh para penulis peminat Hindia Belanda yang datang dari berbagai bidang seperti para pejabat yang ditempatkan di daerah, para misionaris dan para ahli yang kenyang dengan pengalaman. Lembaga perguruan tinggi dan lembaga riset di Belanda tampaknya hanya bertajuk Belanda meski ada juga tulisan yang menyoroti Hindia Belanda. Lembaga riset dan perguruan tinggi di Belanda baru memulai debutnya tahun 1850 yang mengkhususkan kajian di Hindia Belanda.
Besar dugaan lembaga riset dan perguruan tinggi menerbitkan jurnal Hindia Belanda di Belanda diduga semakin intensnya para ahli dan sarjana Inggris melakukan riset di Hindia Belanda yang telah menerbitkan jurnal The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia di Singapoera (yang dicetak di London). Kasus ini dapat pula dikatakan sebagai kejadian yang berulang. Ini terjadi pada tahun 1870an semakin banyak penyelidik asal Inggris yang melakukan kajian di Hindia Belanda, Australia dan Pasifik yang kemudian memicu para peminat ilmu pengetahuan di Batavia yang diinisiasi oleh Radermacher dengan mendirikan lembaga ilmu pengatahuan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Tijdschrift voor Neerland's Indie yang terbit tahun 1838 adalah upaya dari lembaga ilmu pengetahuan Batavia ini. Dalam konteks inilah dapat membandingkan bagaimana upaya para ahli Belanda dan Inggris dalam memberikan kontibusi dalam ilmu pengetahuan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Ahli Belanda vs Ilmuwan Inggris: Ilmuwan Belanda Membantu Lahirnya Para Sarjana Indonesia
Ilmu itu harus berbagi, pengetahuan disebarluaskan. Demikianlah dunia ilmu pengatehuan. Dunia yang tidak memiliki batas-batas wilayah administratif. Hanya saja orang-orang yang memberi kontribusi itu di dalam dunia ilmu pengetahuan telah tersekat-sekat atas nama kerajaan atau rezim pemerintahan (negara). Meski ilmu pengetahuan adalah milik sendiri, tetapi atas nama negara (ras, bangsa dan tanah air serta negara) adakalanya muncul distorsi, kisruh dan bahkan penggiringan.
Sekat-sekat negara (kerajaan) telah membentuk pertumbuhan dan perkembangan orang-orangnya sendiri dalam pendidikan dan kebudayaan, baik dalam metode ilmu pengetahuan dan desseminasi, menyebabkan tingkat pengetahuan berbeda, kesadaran, tingkat pemahaman dan tingkat perbuatan yang berbeda. Dalam hal ini pada era yang berbeda terdapat perbedaan diantara orang Belanda di satu sisi dan orang Inggris di sisi lain.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar