*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada Semenanjung Sumatra? Nah, itu dia! Itu yang ingin diketahui. Yang jelas belum ada yang memikirkan dan menyinggungnya dalam konteks sejarah zaman kuno. Bahwa Fakta terdapat busur Sunda (sebelah barat) yang menghubungkan daratan Asia dari Burma (kini Myanmar), pulau Sumatra dan Jawa serta Bali (Nusantara). Aktivitas vulkanik di sepanjang busur ini membentuk pegunungan (Bukit Barisan di Sumatra). Jalur daratan yang membentuk Semenanjung Sumatra hingga ke Jawa dan jalur daratan yang membentuk Semenanjung Malaya dari daratan Asia menjadi jalur migrasi orang Negroid dari Afrika mencapai Jawa dan Filipina.
Lantas bagaimana sejarah Semenanjung Sumatra, daratan antara Burma dan Pulau Sumatra? Seperti disebut di atas, busur Sunda menghubungkan Burma dengan Sumatra hingga ke Jawa dimana terdapat aktivitas vulkanik yang menjadi jalur migrasi negoroid. Lalu bagaimana sejarah Semenanjung Sumatra, daratan antara Burma dan Pulau Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Semenanjung Sumatra, Daratan Antara Burma-Sumatra: Teka-Teka Peta Kuno Thracian Chersonese
Sebelum mendeskripsikan lebih lanjut hipotesis Semenanjung Sumatra, ada baiknya menyinggung tentang teka-teki peta kuno (sebut saja) Peta Thracian Chersonese. Peta kuno ini tampaknya berasal dari abad-abad sebelum Masehi. Peta ini tidak disalin oleh Ptolomeus dalam catatan geografinya.
Peta Thracian Chersonese telah ditulis berkali-kali. Para penulis hampir semuanya meyakini semenanjung tersebut adalah Semenanjung Gallipoli di wilayah Turki yang sekarang. Lalu pertanyaannya, apakah Ptolomeus tidak mengetahui dimana posisi peta itu di muka bumi? Atau apakah Ptolomeus ragu mengutipnya, atau peta tersebut belum dimiliki atau belum ditemukan pada era Ptolomeus?
Tampaknya Ptolomeus ragu mengulas peta Semenanjung Chersonese, karena dia tidak memahami/meyakini dimana posisinya di muka bumi. Akan tetapi nama yang mirip yakni Semenanjung Arrea Chersonesus diulasnya dan disertakan. Lantas mengapa penulis-penulis Eropa generasi selanjutnya meyakini peta itu berada di Eropa (di wilayah Turki yang sekarang). Tampaknya Ptolomeus lebih cerdas jika dibandingkan dengan generasi selanjutnya yang terkesan kekanak-kanakan. Oleh karena peta itu mirip di Turki lalu dklaim. Tetapi lupa semenanjung itu terlalu kecil untuk dipetakan pada zaman itu.
Dalam konteks yang tidak masuk akal inilah terbuka pertanyaan baru, dimana sesungguhnyta peta Seemenanjung Thracian Chersonesu itu berada? Juga memberi peluang untuk menemukan jawaban, apakah peta Seemenanjung Tharcian Chersonesu itu berada nun jauh di timur di Sumatra yang sekarang?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Negroid di Andaman, Jawa, Malaya, Filipina: Jalur Migrasi Semenanjung Sumatra dan Semenanjung Malaya
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar