*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Dalam soal Bahasa Indonesia tampaknya masih muncul berbagai pertanyaan pada masa kini. Ada yang mempertanyakan mengapa bahasa persatuan Indonesia nama Bahasa Indonesia, mengapa bukan bahassa Jawa yang dijadikan bahasa nasional dan sebagainya. Namun ada juga yang coba menjelaskan tetapi. Pertanyaan-pertanyaan meski tidak relevan tetapi mengindikasikan masih dipahami sepenuhnya. Yang menjadi masalah utama adalah bagaimana menjelaskan duduk soalnya secara tepat. Ada yang coba menulis narasi penjelasanya, tetapi malah dapat meinimbulkan pertanyaan baru.
Lantas bagaimana sejarah asal usul bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia dan mengapa nama Indonesia yang dipilih? Seperti disebut di atas, munculnya pertanyaan menandakan minat yang penting arti bahasa penting dan mengindikasikan penjelasan dalam narasi sejarah tidak sepenuhnya diterima. Ada juga yang coba menjelaskan tetapi malah menimbulkan pertanyaan baru. Lalu bagaimana sejarah asal usul bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia dan mengapa nama Indonesia yang dipilih? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Bahasa Melayu: Secara Alamiah Menjadi Bahasa Persatuan
Sejarah bahasa Melayu di Indonesia adalah sejarah penggunaan bahasa sejak zaman kuno di wilayah Nusantara yang orang Eropa menyebutnya Hindia Timur. Pertumbuhan dan perkembangan bahasa Melayu ini sudah diketahui sejak 1500 tahun yang lalu (lihat prasasti Kedoekan Boekit 682 M). Saat kehadiran oraang Eropa secara masif, sejak tahun 1509, penggunaan bahasa Melayu (sebagai lingua franca) sudah menyebar luas di Hindia Timur (Nusantara). Oleh karenanya orang Eropa menggunakan bahasa Melayu.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Jawa dan Bahasa Melayu: Mengapa Nama Bahasa Indonesia Dipilih?
Pemilihan nama Indonesia dalam bahasa yang digunakan karena tujuan tertentu. Tujuannya saat itu adalah pengukuhan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Dalam hal ini nama yang dipilih sebelumnya adalah Indonesia untuk menggantikan nama yang diberikan oleh orang Belanda, Hindia Belanda. Sementara satu nusa yang dimaksud adalah semua wilayah yang menjadi wilayah yusrisdiksi Pemerintah Hindia Belanda. Dua tujuan ini disadari dalam konteks perjuangan melawan kolionialisme (mengentaskan orang asing/Eropa khususnya Belanda). Satu lagi dari tiga tujuan adalah satu bahasa. Saat itu, dalam perjuangan melawan kolonialisme, yang dalam hal ini para pemuda yang berkongres pada tahun 1928.
Para peserta yang berkongres tahun 1928 yang menetapkan tiga tujuan, terdiri dari para pemuda/pelajar yang dapat dibilang mewakili seluruh wilayah Hindia Belanda yang terdiri dari banyak pulau. Dalam struktur Panitia Kongres terdiri dari Soegondo (Pemuda Indonesia asal Jawa) sebagai ketua; Mohamad Jamin (Pemuda Sarikat Sumatra dari Minangkabau) sebagai sekretaris; Amir Sjarofoeddin Harahap (Perhimpunan Batak dari Tapanoeli) sebagai bendahara. Para anggota antara lain AB Senduk dari Minahasa (Sulawesdi); Johannes Leimena dari Ambon (Maluku) dan Roebini asal Betawi (Batavia).
Nama nusa (wilayah) dan nama bangsa (masyarakat) para pemuda sepakat, atau secara alamiah sebelumnya merujuk nama Indonesia. Namun untuk nama bahasa yang digunakan nama yang dipilih juga Bahasa Indonesia. Menagapa? Pertama, masyrakat di wilayah Hindia Belanda terdiri dari banyak suku bangsa (Jawa, Batak, Minangkabau, Melayu, Minahasa, Ambonm Betawi dan sebagainya) dengan bahasa ibu masing-masing. Meski demikian mereka semua bisa berbahasa Melayu dan juga bahasa Belanda. Dalam hal ini jelas bukan bahasa Belanda yang dipilih, tetapi bahasa Melayu yang dipilih yang kemudian namanya disebut Bahasa Indonesia.
Hanya ada dua pilihan bahasa yang mungkin dipilih yakni bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Lalu mengapa misalnya bukan bahasa Jawa atau bahasa Batak yang dipilih? Jelas dalam hal ini lingua franca saat itu di Hindia Belanda adalah bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Masyarakat yang mampu berbahasa Belanda saat itu hanya sebagian kecil, dan itu terbilang hanya kelompok elit dan terpelajar (seperti guru siswa dan mahasiswa). Sementara bahasa Melayu digunakan secara luas di Hindia Belanda dan juga sebagian golongan biasa banyak yang bisa berbahasa Melayu, meskipun itu berada di pedalaman Jawa dan pedalaman Batak. Satu yang penting diantara dia bahasa ini, bahasa Melayu adalah bahasa asli (pribumi).
Dengan pilihan bahasa persatuan yang dipilih bahasa Melayu, lalu apa nama bahasa yang digunakan dalam konteks satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Dalam hal ini bahasa Melayu yang dipilih bukanlah pilihan bahasa tetapi secara alamiah hanya bahasa Melayu yang sesuai untuk kebutuhan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Dengan kata lain, secara alamiah dengan sendirinya menjadi bahasa yang sesuai di wilayah Hindia Belanda (yang juga menjadi salah satu bahasa daerah di wilayah Hindia).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Jawa dan Bahasa Melayu: Mengapa Nama Bahasa Indonesia Dipilih?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar