*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Mengapa muncul gagasan Mapilindo? Mengapa pula gagasan Mapilindo layu sebelum berkembang? Yang jelas bahwa Mapilindo adalah bagian sejarah Asia Tenggara, khususnya Filipinan, Indonesia dan Malaysia yang tidak terpisahkan dari sejarah di masing-masing negara tersebut.
Lantas bagaimana sejarah gagasan MAPILINDO (Malaysia Filipina Indonesia)? Seperti disebut di atas, gagasan Mapilindo pernah eksis namun layu sebelum berkembang. Lalu bagaimana sejarah sejarah gagasan MAPILINDO (Malaysia Filipina Indonesia)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Gagasan MAPILINDO (Malaysia Filipina Indonesia): Super Power Layu Sebelum Berkembang
Di Asia Tenggara, orang Portugis sudah lama matu suri (di Timor bagian timur); orang Belanda terusir dari Indonesia (setelah proklamasi NKRI 18 Agustus 1951), orang Amerika Serikat telah memberi kebebasan absolut bagi Filipina, mala sisa Super Power hanya tersisa Inggris, Pada tahun 1957 (kerajaan) Inggris memberikan kemerdekaan bagi Federasi Malaya (di wilayah Semenanjung Malaya), tetapi kaki Inggris masih eksis di Malaya dan tetap eksis di Singapoera serta di Borneo Utara (Brunai, Sarawak dan Sabah).
Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei yang ingin menyatukan negara Brunei, Sarawak dan North Borneo menjadi Negara Kesatuan Borneo Utara, tetapi dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak rencana (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu berkehendak untuk membentuk sebuah negara yang merdeka. (Wikipedia)
Setelah kemerdekaan Federasi Malaya (1957) dan deklarasi kerajaan Brunai (1959) masi ada tiga wilayah lagi yang berada di bawah yurisdiksi Inggris yang bersifat otonom (Singapeora, Sarawak dan Sabah). Desakan internasional terhadap pengentasan kolonialisme, membuat Inggris bergegas untuk sgera melepaskan pengaruh kuat Di Singapoera, Sabah dan Sarazwak. Untuk tetap membuka ruang bagi Inggris di eks jajahan, ingin mengakhiri masanya di Asia Tenggara dengan membentuk satu federasi yang lebih luas (Federasi Malaya ditambah Singapoera, Sarawak dan Sabah).
Niat Inggris untuk membentuk federasi yang diperluas (disebut Malaysia) menyebabkan Federasi Malaya di satu sisi dikorban dengan mengusik ketentramannya setelah diberikan kemerdekaaan pada tahun 1957. Sementara Brunai dengan tetap pada pendirian untuk berdiri sendiri sebagai negara kerajaan mandiri. Sedangkan di sisi lain, Filipina menganggap Sabah adalah bagian wilayah tradisionalnya dan Indonesia menganggap pembentukan federasi ala Inggris ini sebagai bentuk kolonialisme baru yang mana Indonesia sejak terusirnya pengaruh Belanda dari Indonesia (1951) ingin kawasan Asia Tenggara bebas dari pengaruh kolonialisme. Untuk menanggapi situasi dan kondisi terkini, muncullah gagasan Mapilindo (Malaysia, Philipines dan Indonesia).
Pada akhir Juli 1963 di (kota) Manila (Filipina) diadakan pertamuan tiga pemimpin pemerintahan (Filipina, Indonesia dan Federrasi Malaya) dalam rangka konfederasi yang akan disebut Mapilindo yang merupakan singkatan dari Malaysia, Filipina dan Indonesia (lihat Twentsch dagblad Tubantia, 02-08-1963). Disebutkan pertemuan di Manila mengarah pada kesepakatan: "Mushawarah" dalam "Mapilindo". Menteri luar negeri (Federasi) Malaya, Indonesia dan Filipina mengeluarkan pernyataan tadi malam dimana tiga negara mereka berjanji untuk menyelesaikan perselisihan melalui konsultasi persaudaraan. Rancangan apa yang kemungkinan akan tercatat dalam sejarah sebagai 'Deklarasi Manila' akan diserahkan kepada tiga kepala pemerintahan untuk disetujui hari ini pada pertemuan puncak kedua mereka.
Dari pembicaraan di Manila ini di bawah usul pembentukan konfederasi Mapilindo, terdapat friksi antara Indonesia yang ingin mengusir Inggris dari Asia Tenggara di satu sisi dan di sisi lain antara Filipina dan Federasi Malaya soal Sabah (Borneo Utara) yang dalam hal ini Filipina akan kehilangan jika terwujud Federasi Malaysia dan sebaliknya Federasi Malaya akan mendapat keuntungan karena wilayah dalam negerinya yang baru (Federasi Malaysia) Sabah dimasukkan. Inti penyelesaian persoalan yang muncul dalam usul pembentukan Mapilindo terletak pada hubungan Inggris dan Federasi Malaya. Lantas apakah kemudian Federasi Malaya akan mengorbankan persaudaraan sesama Asia Tenggara di bawah naungan permusyawaratan konfederasi?
Dari Burma atas nama sesama Asia Tenggara di dalam payung PBB, U Thant mencoba memediasi dengan melakukan pendekatan terhadap tiga negara otonom Singapoera, Sarawak dan khususnya Sabah sebagaimana yanhg diusulkan Inggris dan kemungkinan distetujui Federasi Malaya. Singapoera tampaknya indiferent. Sarawak dan khususnya Sabah tergantung dari para pemimpin masing-masing dan penduduknya, dan situasi paling bnruk ditentukan melalui referendum. Tapi tampaknya hubungan antara Inggris dan Federasi Malaysia plus Singapoera dan Sarawak akan membuat Sabah dalam posisi terjepit (antara federasi Malaysia dan keinginan bergabung dengan Filipina). Dalam hubungan ini juga, jika terbentuk Federasi Malaysia maka yang akan bereaksi keras adalah Indonesia yang skan menghukum Federasi Malaya yang notabene dibackup Inggris.
Dalam pertemuan kedua oleh tiga negara Mapilindo di Manila yang diadakan awal Agustus 1963 situasi cepat berubah, Inggris tetap mendesak keinginannya untuk pembentukan Federasi Malaysia, yang juga disetujui Federasi Malaya. Oleh karenanya pertemuan kedua di Manila ini menemui jalan buntu (jalan buntu ke arah konfederasi Mapilindo).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Super Power di Asia Tenggara di Masa Depan: Indonesia Sebagai Kapal Induk, Malaysia dan Filpina Sebagai Kapal Pengiring?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar