*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Dalam kehidupan masa modern sekarang, mengapa selalu ada orang berpikir dengan cara kekanak-kanakan. Banyak yang tidak masuk akal cara berpikir tradisi dipaksakan dalam konteks modern. Itu lain hal. Dalam hal ini mengapa Tiongkok mengklaim Nine Dash Line yang menyenggol wilayah Indonesia. Hari ini ada berita heboh, tentang klaim Riau Melayu ala Mahathir Mohamad (mantan Perdana Menteri Malaysia, yang belum lama ini datang ke Indonesia).
Riau Melayu ala Mahathir Mohamad sebagai suatu ilusi dan harus dianggap serius adalah satu hal lain. Dalam hal ini, lantas bagaimana sejarah Semenanjung Malaya dan Riau pada tahun 1928? Seperti disebut di atas, mantan Perdana Menteri Malysia Mahathir klaim Riau Melayu belum lama ini. Lalu bagaimana sejarah sejarah Semenanjung Malaya dan Riau pada tahun 1928? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta Portugis
Riau dan Malaya 1928; Klaim Riau Melayu ala Mahathir Mohamad
Dalam paruh tahun pertama ini ada dua berita heboh yang dihembuskan dari Malaysia. Pertama soal usulan Perdana Menteri Malaysia yang mengusulkan (nama) bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN. Lantar dimana nama Indonesia diletakkan? Usul itu segera dan tegas ditolak Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan bahkan nama Bahasa Indonesia lebih layak. Belum habis dari ingatan kini mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengklaim Riau sebagai tanah Melayu yang harus dikembalikan kepada Malaysia. Jelas dua hal itu tidak dapat dipandang sepele, karena apa yang terhembus dari Malaysia tidak hanya meninggikan Malaysia juga merendahkan/meremehkan Indonesia. Memang sulit ditebak dua hal itu arahnya kemana?
Sebenarnya sangat bijak dua tokoh Malaysia dan tokoh yang lainnya jika tidak menyenggol yang lain di zaman kini dan cukup untuk menyampaikan isu sendiri di negara sendiri. Dari segi apa pun, Malaysia itu adalah hal yang kecil, tidak sepatutnya mengklaim yang sangat luas dan besar. Dari segi wilayah sangat keci, populasi sedikit dan memiliki sejarah yang sangat terbatas. Meski tidak juga pantas dikatakan, faktanya dari berbagai aspek termasuk sejarah, budaya dan migrasi sebenarnya wilayah Malaysia di semenanjung Malaya sebagai bagian wilayah Indonesia, bukan sebaliknya Indonesia itu bagian dari Malaysia.
Okelah, apa pun itu, isu tersebut, apa yang tengah terjadi kini di Malaysia, mari kita mulai pada pemahaman wilayah Riau pada satu masa yang sama tentang sejarah Malaya sekitar tahun 1928. Seperti telah disebut pada artikel sebelumnya, sejak 1908 Inggris telah berhasil menanamkan konsep British Malaya di wilayah Semenanjung Malaya (konsep yang menggabungkan koloni The Strat Settelment (Penang, Malaka dan Singapoera) dam Federasi Kerajaan Melayu di Semenanjung. Banyak hal yang terjadi di Malaya sejak 1920an hingga tahun 1928.
Inggris sejak 1905 sepenuhnya telah memindahkan ibu kota dari Penang ke Taiping lalu ke Koeala Loempoer. (ini ibarat Belanda sejak era VOC pada tahun 1619 memindahkan ibu kota dari Ambon (Maluku) ke Batavia (Jawa). Setelah kantor gubernur selesao dibangun, lalu Gubernut Inggris pindah dari Taiping ke Koeala Loempoer. Dalam hal ini pada tahun 1928 Gubernur tidak (lagi) berada di Koeala Loempoer tetapi di Singapoera. Mengapa? Ini soal kediaman dan dan kantor, di Hindia pada era Raffles lebih memilih di Semarang, dan pada era Pemerintah Hindia Belanda Gubernur Jenderal lebih memilih (ibukota) di Buitenzorg. Wilayah Inggris sendiri meliputi wilayah Semenanjung Malaya (termasuk Penang dan Singapoera) dan wilayah Borneo Utara. Pemimpin Inggris di wilayah ini hanya setingkat gubernur (berbeda dengan di Australia setingkat Gubernur Jenderal yang sama dengan Gubernur Jenderal di Hindia). Gubernur Inggris di Malaya membawahi sejumlah residentie yang dipimpin masing-masing residen (kecuali Penang dan Singapoera). Di Semenanjung kedudukan Residen terdapat di Perak, Selangor dan Johor. Kantor Gubernur yang berada di Koeala Loempoer tetap sebagai kantor pemerintah dan kantor Residen Selangor sebagai gedung yang terpisah, yang mana residen Selangor bekerjasama dengan Sultan Selangor (juga beristana di Koeala Loempoer). Di kantor pemerintah di Koela Lompoer terdapat sejumlah direktur diantaranya Direktur Pertanian (yang dipimpin Dr Tempany). Pada tahun 1928 ini pengaruh komunis tengah mengeliat di Semenanjung Malaya dan Singapoera (sebagaimana di Hindia pengaruh komunis juag terjadi dimana puncaknya pemberontakan komunis di Madiun tahun 1926). Pada tahun 1928 muncul kabar bahwa keluarga kerajaan Inggris akan berkunjung ke Semenanjung Malaya.
Satu yang khusus pada tahun 1928 di Semenanjung Malaya adalah kedatangan Putra Ketiga Raja Inggris. Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 23-04-1929 yang melansir berita surat kabar di Singapoera The Straits Times memberitakan bahwa kunjungan Duke ke Perak ditandai dengan antusias, berbeda dengan penyambutan yang cukup adem di Penang, lalu dilanjutkan kunjungan ke Koeala Loempoer, dimana Pangeran Inggris melihat kehidupan feodal negara-negara Melayu yang masih berdiri sampai sekarang.
Lebih lanjut disebutkan ribuan rakyat Sultan Perak telah berbondong-bondong ke kota kecil yang cantik itu, dimana terdapat campuran pakaian Oriental yang berwarna-warni. Duke tiba di stasiun dan melaju ke Kediaman Administrasi (Residentie van het Bestuur) melewati barisan panjang tentara Melayu bersenjatakan tombak. Di stasiun putra Raja disambut oleh Sultan dan diperkenalkan kepada Residen Inggris dan berbagai pejabat. Sore harinya di Iskander Club mengadakan acara di rumah, dimana ratusan orang berkumpul untuk bertemu dengan tamu terhormat. Ribuan pribumi berkumpul di sekitar lapangan polo dan menonton pertandingan. Pertama permainan dimainkan antara dua kelompok, dibagi sebagai berikut: Duke, Earl of Airlie (milik pihak Pangeran), Kapten Howard Kerr dan Lloyd Thomas melawan Gifford, Harding, Seng Chye dan Kolonel Meredith. Duke segera mencetak gol. Permainan berkembang dengan cara yang menarik, tetapi setelah beberapa menit bermain, hujan mulai turun dan harus dihentikan. Makan malam diadakan pada malam ketiga di Istana Residen, dengan Gubernur Sir Hugh Clifford, dan beberapa orang lainnya yang berkedudukan di Koeala Loempoer. Pukul setengah sepuluh malam (betapa anehnya ini terdengar bagi koloni kami di Hindia, dimana kereta malam tidak tersedia) Duke naik kereta ke Koealaa Loempoer, banyak dari mereka dikawal keluar. Di Koeaala Loempoer. berpakaian lengkap bendera pada pagi hari kedatangannya. Pukul delapan lewat seperempat Pangeran tiba dan disambut di stasiun oleh pihak berwenang. Dari peron hingga jalan di luar stasiun berdiri pengawal Sultan Selangor. Pangeran memeriksa penjaga kehormatan di alun-alun, setelah itu tur kota dilakukan, diakhiri dengan mandi di laut. Selanjutnya, beberapa kepala suku asli diterima dalam audiensi.
Pangeran Inggris dalam hal ini adalah kunjungan pertama ke Semenanjung Malaya (di Hindia dalam satu abad terakhir telah beberapa kali pengeran Belanda berkunjung ke Hindia). Selanjutnya Pengeran Inggris melanjutkan perjalanan ke Singapoera (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-04-1929).
Sabtu, 20 April, sekitar pukul setengah delapan pagi, putra ketiga Raja Inggris tiba dengan kereta tambahan di Singapura, dimana ia disambut oleh Sir Hugb Ctifford, yang telah menemaninya dalam perjalanannya melintasi Selat dan wilayah pedalaman telah tiba lima belas menit sebelumnya dari Koeala Loempoer. Prince memeriksa seorang pengawal kehormatan, lalu pergi ke Government House, dimana dia disambut oleh Ny Clifford. Seluruh kota, sampai ke sudut-sudut terjauh dari wilayah Cina, dihiasi dengan bendera-bendera, dan sang Adipati dengan sepenuh hati bertepuk tangan sepanjang perjalanannya. Sekitar pukul sebelas Pangeran berkunjung ke Cenotaph, dimana mantan prajurit berbaris dalam parade. Pangeran kemudian naik dengan pengiringnya ke Victoria Hall, dimana resepsi diadakan. Di gedung itu, penjaga kehormatan didirikan. Disini Pangeran disapa oleh salah satu anggota Dewan Legislatif dan oleh Presiden Dewan Kota. Pangeran menjawab dengan ramah, menunjuk pada energi yang ditampilkan dalam industri karet dan timah, dan mengungkapkan kegembiraannya untuk mengunjungi Singapura, sebuah kota yang, berkat transparansi seorang pembangun empire seperti Sir Stamford Raffles, sekarang menjadi salah satu komersial utama. kota-kota di Timur. Pada pukul dua belas seperempat, Pangeran menerima audiensi dari beberapa pejabat pribumi dari Djohor. Pada sore hari pertandingan polo berlangsung. Sayangnya, Duke tidak mendapatkan kuda terbaik mengapa dia tidak bisa tampil sebanyak yang dia bisa. Enam partai itu dimainkan sangat menarik dan permainannya paling tidak "polo pesta kebun". Di malam hari ada prosesi lentera dan naga Cina yang luar biasa. Prosesi melewati Gedung Pemerintah, dimana Pangeran menyaksikan dengan penuh minat keramaian itu. Minggu pagi pukul sepuluh Pangeran pergi dengan Morea, dikawal oleh berbagai otoritas. Salah satu faktor yang paling mencolok dari perayaan selama kunjungan singkat Pangeran adalah antusiasme yang luar biasa dari orang-orang Tiongkok, sehingga Gubernur menyampaikan surat khusus kepada Direktur Departemen Urusan Tiongkok, meminta ucapan terima kasih dari Pangeran untuk semua kepentingan dalam menyampaikan kepada asosiasi dan perusahaan Cina yang bersangkutan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Klaim Riau Melayu ala Mahathir Mohamad: Meski Ilusi Harus Dianggap Serius
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar