*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pada artikel sebelumnya sudah disinggung tentang Kongres Bahasa Indonesia di Solo 1938. Dalam artikel ini Kongres Bahasa Indonesia diperkaya dengan data dari Kongres Bahasa Indonesia di Medan 1954. Apa yang terjadi belum lama ini di Malaysia, Simposium Bahasa Melayu yang diselenggarakan Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Malaysia, secara teknis kurang lebih sama dengan isu yang muncul di Indonesi pada era Belanda dalam Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938. Oleh karena Kongres Bahasa Indonesia 1954 adalah kelanjutan Kongres Bahasa Indonesia 1838, lalu apa prediksi yang akan terjadi pada Simpsium Bahasa Melayu berikutnya di Malaysia.
Lantas bagaimana sejarah Kongres Bahasa Indonesia 1938 dan 1954? Seperti disebut di atas, Simposium Bahasa Melayu yang diselenggarakan Dewan Bahasa Pustaka Malaysia pada tahun 2022 secara teknis kurang lebih sama isunya dengan Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938.. Lalu bagaimana sejarah Simposium Bahasa Melayu Dewan Bahasa Pustaka 2022? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Kongres Bahasa Indonesia 1938 dan 1954: Simposium Bahasa Melayu Dewan Bahasa Pustaka 2022
Meski pernyataan dua Perdana Menteri Malaysia itu masing-masing sebagai ilusi, haruslah tetap dianggap serius, terutama di Indonesia. Hal apa pun itu, jika kedua perdana menteri berdalih atau pada akhirnya mengaku salah dan bahkan meminta maaf, yang jelas kedua perdana menteri pada hakekatnya bukan orang bodoh, karena dia sendirilah yang mengetahui arah yang dinyatakannya. Yang jelas pula dalam hal ini orang Indonesia telah terusik.Bukankah kedua perdana menteri Malaysia menyatakan isu heboh itu relatif dekat waktunya satu dengan yang lain?
Pada bulan April 2022 Perdana Menteri Malaysia mengusulkan kepada Presiden Indonesia agar bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN. Usulan ini di satu sisi ada baiknya, tetapi di sisi lain mengapa harus nama Melayu yang digunakan. Itulah isunya. Jelas dalam hal ini pihak Indonesia menolak dan bahkan lebih pantas menggunakan nama Bahasa Indonesia daripada nama bahasa Melayu. Reaksipun muncul di Malaysia dimana Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia menyelenggarakan simposium Bahasa Melayu sebagai Bahasa Pengantara Bangsa pada bulan Mei. Para penelis di dalam simposium terkesan cukup banyak yang lupa diri dalam berbicara, hanya sebagian kecil yang lebih moderat dan lebih realistik dalam memehamia sejarah dan mengusulkan program (baru). Aksi dari Indonesia juga muncul dan ada yang menyatakan bahwa Bahasa Indonesia mengakar pada bahasa Melayu, tetapi dari bahasa Melayu tinggi di Riau. Lantas apakah isu yang dipicu Perdana Menteri Malaysia pada bulan April, kemudian harus diperkuat dengan pemicu beikutnya dari mantan Perdana Menteri Malayasia Mahathir Mohamad bahwa wilayah Riau harus diklaim oleh Malaysia? Bukankah dua isu sensitif itu seakan sambung menyembung yang terus menyenggol Indonesia? Sebenarnya apa yang diinginkan oleh Malaysia?
Isu nama bahasa Melayu diusulkan (yang diusulkan Perdana Menteri Malaysia) menjadi nama bahasa resmi ASEAN kini telah menjadi catatan sejarah (baru). Lalu apakah semua pihak di Malaysia kini telah lupa sejarah lama? Atau sengaja melupakan sejarah lama? Atau memang ingin sengaja mengaburkan sejarah lama? Okelah itu hal lain. Dalam hal ini kita perjelas perjalanan Kongres Bahasa Indonesia untuk memahami sejarah bahasa di Malaysia. Kita mulai dari Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo tahun 1938.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Simposium Bahasa Melayu Dewan Bahasa Pustaka 2022: Mirip Kongres Bahasa Indonesia 1938
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar