*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Bagaimana sejarah Semenanjung Malaya pada tahun 1945 tentulah menarik utnuk diperhatikan. Hal ini karena pada tahun ini, tepatnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan. Sehubungan dengan itu, bagaimana pula situasi dan kondisi di Semenanjung Malaya. Apakah ada gerakan kemerdekaan di Semenanjung Malaya? Apakah orang-orang Malaya juga mendukung kemerdekaan Indonesia?
Lantas bagaimana sejarah Malaya 1945 ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945? Seperti disebut di atas, proklamasi kemerdekaaan Indonesia dilakukan segera ketika Kerajaan Jepang mengaku takluk kepada Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat. Namun untuk pembebeasan para interniran Eropa dan evakuasi militer Jepang dilakukan oleh pasukan Sekutu yang kemudian menyusul di belakang Belanda. Lalu bagaimana sejarah Malaya 1945? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Malaya 1945 dan Proklamasi Kemerdekaan di Indonesia: Pendudukan Jepang dan Pembebasan Inggris
Pada akhir tahun 1941 serangan militer Jepang ke Asia Tenggara berakhir pada tanggal 8 Maret 1942 Gubernur Jenderal Hindia Belanda menyerah di Kalidjati Soebang, Jawa Barat. Sejak itu seluruh wilayah Hindia Belanda dan wilayah Bristish Malaya berasa di bawah pendudukan (militer) Jepang. Pusat kekuasaan Jepang di Asia Tenggara (baca: Hindia Inggris dan Malaya Inggris) berkedudukan di Singapoera. Djakarta, Indonesia hanya dijadikan sebagai pusat kekuasaan pendukung.
Pendudukan miltter Jepang tidak hanya di Asia Tenggara, juga di Tiongkok, Vietnam, Siam dan Filpina serta lainnya. Secara khusus pembagian wilayah Asia Tenggara di bawah pendudukan (militer Jepang terbagai tiga wilayah (lihat De opdracht : tijdschrift gewijd aan het nieuwe Indie, 15-01-1945), yakni: 1. Semenenajung Malaya termasuk Penang dan Singapoera; Sumatra dan pulau-pulau Sekitar; 2. Borneo (Kalimantan); dan 3. Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku dan seluruh Papua, termusuk Papua Nugini). Pembagian hanya didasarkan pada desain/pertimbangan militer. Sementara itu, pembagian administrasi dan organisasi dibiarkan tidak tersentuh jika memungkinkan, yang mana sebanyakmungkin orang Indonesia terlibat dalam pemerintahan (sebagai walikota dan gubernur). Namun dalam perkembangannya tidak ada orang Indonesia, tetapi orang Jepang yang disebut sebagai gubernur. Untuk memenuhi kebutuhan sipil, Kementerian Asia Timur Raya (Jepang) sedang merekrut 170.000 pegawai negeri sipil untuk dinas lapangan, 30.000 diantaranya telah dikerahkan. Lalu dibentuk Pusat Tebnaga Rakyat (Putera) yang diketuai oleh Ir Soekarno. Pada Juli 1943 panduan dari Tokyo bahwa 'di seluruh Asia Tenggara status kolonial akan terus ada selama beberapa dekade mendatang, karena wilayah yang luas ini belum matang untuk kemerdekaan politik dan oleh karena itu harus tetap ada di bawah kekuasaan Jepang sementara janji Jepang tentang "kemerdekaan untuk Indonesia", kemudian dibentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemrdekaan Indonesia).
Seperti wilayah lain, di wilayah Asia tenggara juga terdapat kamp-kamp interniran yang diawasi oleh militer Jepang. Di Semenanjung terdapat Kamp Malaya, demikian juga sej kamp di Jawa, Sumatra dan lainnya. Di wilayah Asia tenggara tahanan/interniran Eropa/Belanda dipisahkan antara laki-laki dan perempuan/anak-anak. Secara khusus, kamp interniran juga termasuk tahanan/interniran Amerika Serikat seperti di Formosa, Hongkong, Indocina Prancis, Malaya, Burma, Thailand, Jawa, Sumatra, dan Kalimantan (lihat Amigoe di Curacao, 06-02-1945).
Angkatan laut Jepang di Asia Tenggara ditempatkan di Singapoera. Pada posisi strategis ini militer Jepang dapat mengontrol kawasan Asia Tenggara. Di luar dari arah Australia (di selatan Indonesia), celah sangat terbuka dari timur laut di Andaman (Inggris) dan dari timur Papua (angkatan laut Amerika Serikat). Angkatan laut Australia (yang dibantu Belanda) juga didukung dari dua sisi, barat di Llautan Hindia (Inggris) dan timur di Pasifik (Amerika Serikat). Okinawa dan Taiwan sulit diterobos angkatan laut Amerika Serikat. Dua kekuatan laut yang bersekutu ini, tentulah memiliki misi sendiri: Amerika Serikat ingin membebaskan eks koloni Filipina dan Inggris membebaskan eks koloni Malaya. Dalam hal ini Belanda hanya pion kecil yang membantu Australia yang juga tidak berdaya melawan Jepang di Indonesia. Kekuatan hanya ada di tangan Amerika Serikat dan Inggris, dan Australia plus Belanda hanya follower untuk membebaskan Asia Tenggara. Asia Tenggara adalah sumber masalah bagia Jepang, karena kawasan ini memiliki tuannya sendiri sebelum kehadiran Jepang: Amerika Serikat, Inggris dan Belanda. Dalam hal ini komando Amerika Serikat ke Asia Pasifik sangat besar sehingga dipimpin dua komandan yakni Nimitz dan MacArthur dan sementara Inggris hanya satu komandan (Mountbatten). Belanda sangat tergantung kedua kekuatan itu dalam pembebasan eks koloni Indonesia.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Proklamasi Kemerdekaan di Indonesia: Bagaimana Situasi dan Kindisi di Semenanjung Malaya?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar