*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Seperti artikel sebelumnya, lain negara lain pula pilihan bahasanya. Di negara (bagian) Serawak diadopsi bahasa Inggris sebagai bahasa resmi negara bersama bahasa Melayu. Lain pula di Sabah bahwa resmi adalah bahasa Melayu dan sangat luas digunakan. Sementara bahasa resmi federasi Malaysia adalah bahasa Melayu. Bagaimana bahasa resmi Inggris di Serawak. Sebagai perbandingan di Brunai bahasa resmi adalah bahasa Melayu tetapi penggunaan bahasa Inggris sangat meluas. Hanya sepertiga warga Brunai menggunakan bahasa Melayu dalam sehari-hari.
Lantas bagaimana sejarah bahasa resmi di Serawak dan di Sabah? Seperti disebut di atas, di Serawak bahasa Inggris juga diadopsi sebagai bahasa resmi, sementara di Sabah bahasa resmi adalah bahasa Melayu. Bagaimana dengan bahasa Dayak? Lalu bagaimana sejarah bahasa resmi di Serawak dan di Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Serawak Bahasa Resmi-Inggris, Sabah Bahasa Melayu; Bagaimana Cara Hormati Bahasa Dayak?
Sejarah bahasa di (negara) Serawak pada dasarnya dimulai pada era kerajaan Serawak semasa James Brooke. Pada tahun 1863 dibuat perjanjian perbatasan antara Hindia Belanda dan Serawak di Borneo antara Inggris Raya dan Belanda yang diwakili oleh antara Pemerintah Hindia Belanda degan kerajaan Serawak yakni Gubernur Jenderal Baron Sloet tot de Beele dan Raja (putih) Serawak James Brooke. Perjanjian itu dibuat dalam empat bahasa Inggris, Cina, Melayu dan Hindustan (lihat Leydse courant, 06-01-1865).
Jamaes Brooke memulai karir di angkatan laut, namun kemudian berhenti dan menjadi pedagang di Tapanoeli pantai barat Sumatra. Oleh karena situasi politik, Brooke gaga dan kemudian tahun 1838 melakukan pelayaran ke Borneo Utara. Saat itu terjadi pemberontakan di Brunai dimana Raja Brunai meminta bantuan James Brooke. Untuk membalasa jasa itu Raja Brunai menghibahkan wilayah Serawak bagi Brooke yang kemudian menjadi Radja Serawak. Pada tahun 1847 pemerintah Kerajaan Inggris mengangkat James Brooke sebagai gubernur dan menjadi Konjen Inggris di Labuan. Ia menguasai Sarawak sampai kematiannya pada 11 Juni 1868 dan digantikan sebagai Rajah oleh keponakannya Charles Johnson Brooke.
Hubungan Jamaes Brookr dengan aj Brunai menjai tidak terpisahkan, demikianjuga hubungan Kerajaan Inggris dengan Kerajaan Brunai. Atas dasar itulah kehadiran orang-orang Inggris di Serawak menjadi sangat dominan di Serawak yang lalu kemudian pada tahun 1875 seorang pedagang Inggris Overdeck mendapat konesi dari Raja Brunai untuk menguasai wilayah Sabah. Dalam hal tiga wilayah di Kalimantan Utara (Brunai, Serawak dan Sabah/Bristish Noord Borneo) secara tidak langsung berada di bawah protektorat Inggris. Bahasa Inggris juga lambat laun menjadi bahasa utama dalam dunia pemerintahan dan dunia perdagangan di Kalimantan Utara.
Di Hindia Belanda, termasuk Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan bahasa resmi adalah bahasa Belanda. Sebagaimana di Hindia Belanda, di wilayah Kalimantan Utara yang jadi sebagai lingua franca adalah bahasa Melalyu. Tentu saja bahasa-bahasa etnik eksis diantara penduduk pribumi. Dalam hubungannya dengan isi perjanjian atau berbagai bentuk pengumuman di Hindia Belanda dilakukan dalam bahasa Belanda, Cina dan Melayu (dan ada kalanya ditambahkan bahasa daerah setempat) dengan menggunakan aksara Latin dan atau aksara Jawi (Arab gundul).
Pada saat mana Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tahun 1945 dan mendapat pengakuatan kedaulatan dari Kerajaan Belanda, wilayah Kalimantan Utara masih berada di bawah otoritas Inggris hingga tahun 1963 wilayah Federasi Malaya bersama Singapoera serta Serawak dan Sabah disatukan dalam federasi (Federasi Malaysia). Pada tahun 1965 Singapoera keluar dari federasi (membentuk negara republik), sedangkan Serawak dan Sabah bersama Federasi Malaya di Semenanjung Malaya masih tetap satu federasi hingga ini hari. Meski orang Inggris telah meninggalkan wilayah, tetapi dalam pemerintahan di Federasi Malaysia masih dilanggengkan bahasa Inggris (karena masih terus terikat dengan perjanjian pembentukan federasi pada tahun 1963). Hal itulah mengapa hingga sekarang di tiga wilayah federasi ini masih lazim digunakan bahasa Inggris.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bagaimana Cara Hormati Bahasa Dayak di Serawak dan Sabah? Bahasa Daerah di Indonesia
James Broole di Serawak sudah lama tiada. Meski demikian, pengaruh Inggris sudah meluas di pantai utara Kalimantan dimana kedudukan Gubernur Inggris di (pulau) Labuan.Gubernur Inggris yang lebih dulu The Strait Settlement berkedudukan di Singapoera. Pada tahun 1878 seorang pedagang Inggris Baron von Overdeck melakukan negosisi dengan Sultan Broenai dan Sultan Sulu untuk mendapatkan konsesi sudut Kalimanan di timur Brunai dan di barat Kepulauan Sulu (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 05-03-1878). Wilayah ini kelak disebut wilayah Sabah. Dari sinilah awal sejarah bahasa di Sabah dimulai.
Berhasilnya negosiasi Overdeck dengan Sultan Brunai dan Sultan Sulu yang mana perjanjian ditandatangani dihadapan Gubernur Inggris di Labuan, maka dengan sendirinya orang-orang Inggris akan sepenuhnya mulai mengadministrasikan dua wilayah Maharadja Sabah dan Radja Sandakan di dalam satu unit pemerintahan di bawah Inggris. Ini berarti akan dimulai penggunaan bahasa Inggris secara luas di wilayah yang orang Inggris disebut Bristish Noord Boerneo (kelak nama ini digantikan nama Sabah).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar