*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Kota Belud di wilayah Saba/h.
Siapa peduli? Yang jelas Kota Belud memiliki sejarah sendiri di Sabah. Di masa
lampau kampong yang menjadi kota ini berada di pesisir di suatu teluk sempit
(diantara teluk Borneo dan teluk Marudu). Namun Kota Belud masa kini seakan
berada jauh di pedalaman. Wilayah yang menjadi bagian dari pemimpin lokal
Mangaradja Sabah sejak era Inggris 1878 (Baron van Overdeck) mulai tumbuh dan
berkembang. Secara topnimi apa arti belud dan secara geomorfologis bagaimana
sejarah jaman kuno Kota Belud? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak
penting-penting amat, tapi itulah sejarah awal Kota Belud.
Kota Belud adalah sebuah kota yang terletak di Divisi Pesisir Barat, di tengah Sabah, sebelah timur Malaysia di pulau Borneo. Jumlah penduduknya diperkirakan sekitar 91,272 pada 2010. Kota Belud (Malay: Pekan Kota Belud) is the capital of the Kota Belud District. It is roughly at the midpoint of the federal highway connecting the state capital, Kota Kinabalu, and Kudat, near the northern tip of Sabah. The town is considered as the unofficial capital and gateway to the heartland of the West Coast Bajau people. Kota Belud's population is divided between the Bajau-Sama, Dusun and Illanun peoples. There is a Chinese minority, which consists mainly of Hakkas. It is noted for its open air market, or tamu, which is held every Sunday. Once a year, the tamu is held on a much larger scale. During this time, it is known as the Tamu Besar or Grand Market. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Kota Belud di Sabah? Seperti disebut di atas, Kota Belud pada masa ini berada di pedalaman, namun sesungguhnya pada masa lampau berada di pesisir pantai di suatu teluk sempit. Lalu bagaimana sejarah Kota Belud? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Kota Belud di Sabah, Belud Sabah? Geomorfologi Wilayah Kota Belud di Wilayah Mangaradja Sabah
Tunggu deskripsi Suatu batas-batas administrasi wilayah pada masa ini, biasanya tidak terbentuk begitu saja. Pada era kolonial, orang-orang Eropa khususnya Belanda dan Inggris membagi wilayah (bentang alam) berdasarkan pengakuan dari penduduk yang mendiaminya. Tidak jarang di masa lampau, bahkan di era kolonial, terjadi perang antar penduduk karena hanya persoalan batas-batas wilayah. Demikian pula di wilayah pulau Kalimantan, termasuk di wilayah Sabah.
Pada permulaan era kolonial Inggris di Labuan, saat mana Baron von Overdeck mendapat konsesi wilayah Sabah yang sekarang, yang terdiri dari dua bentang alam. Pertama bentang alam di timur laut Brunai, kesultanan Brunai memberi konsesi kepada Overdeck suatu wilayah yang dipimpiu oleh Mangaradja Sabah. Batas wilayah itu sampai ke batas Murudu. Kedua bentang alam di pantai timur hingga sungai Sibuku yang diberikan kesultanan Sulu ke Overdeck wilayah yang dipimpin oleh Radja Sandakan. Batas-batas dua wilayah yang diserahkan itu tentu saja sangat jelas karena ukuran yang dipakai bentang alam dengan penanda garis adalah bentuk geografi seperti sungai, danau/teluk dan bukit/gunung. Dari dua wilayah awal yang kini menjadi satu kesatuan wilayah Sabah dalam pekermbangannya dimekarkan ke dalam batas-batas wilayah district, termasuk District Kota Belud.
Dalam peta-peta Portugis dan peta-peta Belanda (VOC), wilayah pantai utara Borneo hany diidentifikasi sebatas penanda navigasi pelayaran seperti nama tempat (kota), teluk, sungai, gunung dan tanjung. Dua teluk besar yang digambarkan adalah teluk Brunai dan teluk Kinabatangan (kini teluk Sandakan). Penanda navigasi lainnya yang terpenting di daratan adalah pegunungan, termasuk gunung tinggi gunung St Pedro/St Pieters (kini gunung Kinabalu). Beberapa teluk kecil diantaranya teluk Maludu/Marudu, teluk Segaman (kini teluk Lahad Datu) dan teluk St Pedro (kini wilayah yang menjadi Kota Belud) di sisi timur gunung St Pedro (teluk Kinabalu). Dalam hal inilah, wilayah Kota Belud yang sekarang harus dipandang sejarahnya dari pendekatan geomorfologis.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Geomorfologi Wilayah Kota Belud di Wilayah Mangaradja Sabah: Penduduk Asli Sabah
Gunung Kinabalu adalah gunung yang tinggi, gunung tertinggi di pulau Kalimantan. Gunung ini dapat terlihat jelas dari pantai utara. Sejak zaman kuno, ada tiga jalur dari pnatai utara menujuk kawasan lereng gunung. Dari kampong Kinabalu di pantai (teluk Gaya) melalui Tamparuli (sisi utara) dan melalui Tambunan (sisi barat). Dari sisi timur dair kota Belud. Serta dari sisi selatan di Batangan melalui sungai Kinabatangan. Gambaran ini seakan mengindikasikan di masa lampau puncak gunung Kinabalu sangat penting sebagai pemujaan. Pada saat itu diduga Kota Belud yang sekarang masih berada di pantai di suatu teluk.
Pada masa lampau Kota Belud selagi masih sebuah kampong
Belud di pantai/teluk, terdapat beberapa sungai bermuara diantara sungau yang
besar bermuara ke teluk adalah sungai Kalibungan dan sungai Wariu. Diantara dua
muara sungai inilah tempo doelo terdapat kampong Belud. Di bagian dalam teluk
dan bagian luar teluk terrdapat beberapa pulau.
Dalam jang panjang terjadi proses sedimentasi. Hal ini karena aktivitas yang intens terjadi di hulu sungai di lereng-lereng gunung Kinabalu. Lambat laun teluk tersebut berubah menjadi rawa yang kemudian terbentuk daratan. Dalam prosesnya aliran sungai dari pedalaman tersebut mencari jalan sendiri ke laut yang menyebabkan sungai ini dihilir menjadi dua bagian yang satu (arus utama) ke utara di kmapong Kulambai dan satu ke arah timurnya di Tamau. Di dua daerah aliran sungai ini pada masa lampau terbentuk sawah-sawah yang subur. Di kota inilah pemimpin lokal terkenal berkedudukan Mangaradja Sabah.
Pada masa koloni Inggris di Labuan dimana Baron
Overdeck mendapat konsesi wilayah Sabah yang sekarang, salah satu wilayah yang
menjadi sumber beras adalah wilayah Kota Kelud. Lalu muncul pertanyaan, apakah
pemimpin wilayah ini yang mendapat gelar Mangaradja Sabah dihubungkan dengan
dengan wilayah yang memiliki persawahan. Namun Overdeck tidak membentuk ibu
kota di Kota Kelud, melainkan membangun kota di teluk Marudu di suatu kampong
kecil bernama Kudat. Akan tetapi dalam perkembangannya Maskapai Borneo Utara
yang dipimpin B v Overdeck memindahkan ibu kota ke kampong Kinabalu di teluk
Gaya yang kemudian disebut Jesselton. Dalam hal ini kota Kudat sebagai kota
bisnis dan kota Jesselton (yang berada lebih dekat ke ibu kota The Stratit
Settlement di Labuah, menjadi ibu kota baru Sabah.
Besar dugaan gelar Mangaradja Sabah adalah gelar yang sudah lama ada di wilayah bagian timur Brunai. Kedudukan pemimpin Mangaradja Sabah di Kota Kelud diduga adalah kota tua yang sudah eksis sejak jaman lampau, bahkan sebelum tertutup teluk oleh daratan. Kota kuno lainnya yang dikenal (selain Brunai) adalah kota Marudu. Idem dito, seperti halnya Kota Belud, teluk di depan kampong/kota Marudu juga menjadi daratan yang menyebabkan kini seakan Marudu berada di pedalaman. Dari gelar radja di Kota Kelud inilah kemudian nama wilayah oleh Maskapai Borneo Utara disebut Sabah. Mengapa bukan Sandakan? Tampaknya portofolio Mangaradja Sabah lebih tinggi dari Radja Sandakan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar