*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Wilayah Sandakan yang sekarang sesungguhnya dapat
dikatakan sebagai wilayah baru. Wilayah yang sudah tua diantaranya adalah
wilayah Marudu. Pada zaman kuno Marudu sudah dikenal, tetapi di wilayah
Sandakan masih perairan yang luas berupa teluk besar. Ke dalam teluk besar ini
bermuara sungai Kinabatangan. Aktivitas manusia di pedalaman di lerang gunung
Kinabalu telah menyebabkan proses sedimentasi jangka Panjang di teluk sehingga
terbentuk daratan baru (wilayah Sandakan).
Sebuah pemukiman Eropa pertama dibangun oleh seorang penyeludup Skotlandia dari Glasgow bernama William Clark Cowie yang menamai pemukiman tersebut "Sandakan", (dalam bahasa Suluk artinya "Tempat yang digadaikan"). Tempat tersebut kemudian diganti namanya menjadi Kampong German (Kampung Jerman), karena kehadiran beberapa basis Jerman disana. Ketika pemukiman baru lainnya dibangun tak lama setelah pemukiman Cowie sebelumnya dihancurkan oleh sebuah kebakaran, pemukiman tersebut disebut sebagai Elopura, yang artinya "kota cantik". Nama tersebut diberikan oleh Perusahaan Borneo Utara Britania namun penduduk lokal tetap menggunakan nama yang lama dan kemudian pemukiman tersebut kembali namanya diubah menjadi Sandakan. Selain Elopura, pemukiman tersebut juga dijuluki Hong Kong Kecil karena keberadaan etnis Tionghoa yang kuat yang bermigrasi dari Hong Kong (utamanya Kanton dan Hakka). Pryer merupakan orang yang menamai pemukiman tersebut Elopura yang artinya "kota cantik". Beberapa tahun kemudian, pemukiman tersebut kembali dinamai menjadi Sandakan. Namun, nama Elopura masih digunakan untuk beberapa fungsi pemerintahan lokal dari Majelis Legislatif Negara Bagian Sabah, termasuk pemilihan.] Kota tersebut biasanya disebut "Sandakan" pada masa sekarang ketimbang "Elopura" atau "Hong Kong Kecil". Namun, terdapat sebuah upaya yang dibuat untuk mengembangkan Sandakan sehingga kota tersebut kembali disebut "Hong Kong Kecil". (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Sandakan di Sabah? Tidak hanya itu, mengapa disebut nama Kota Elopura di teluk Cowie dan siapa Mat Saleh? Seperti disebut di atas, wilayah Sandakan yang sekarang adalah wilayah baru, dimana kemudian muncul pemukiman baru dari arah pantai dimana kini Kota Sandakan berada. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Sandakan di Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Geomorfologi Sabah di Sandakan dan Nama Kota Elopura di Teluk Cowie
Seperti ditunjukkan pada peta di atas, sejarah awal wilayah (kota) Sandakan yang sekarang bermula di suatu teluk besar. Pada peta Portugis, Peta 1601 teluk Sandakan berada di tenggara (teluk) Murudu. Ke dalam teluk ini bermuara Sungari besar. Di bagian luar teluk terdapat satu pulau dari tiga pulau di luar daratan. Kota Marudu di bagian dalam teluk Marudu adalah kota kuno yang diduga sudah eksis sejak era Ptolomesus abad ke-2.
Pada Peta 1657 teluk besar tersebut disebut teluk St Anna (teluk besar lainnya di selatan dimana kini berada kota Tawau adalah teluk St Lucia). Pelaut/pedagang Portugis telah mengidentifikasi seluruh pulau Kalimantan (Namanya belum disebut Borneo) sebagai penanda navigasi pelayaran perdagangan. Dalam Peta 1601 sungai yang bermuara ke teluk diduga kuat adalah sungai Kinabatangan. Pada Peta 1657 gunung yang berada di utara teluk adalah Monte S Paulo yang diduga kuat kini adalah gunung Kinabalu. Di belakang teluk di pedalaman terdapat pegunungan dengan huta-hutan lebat.
Berdasarkan peta geomorfologi wilayah Sandakan yang ditunjukkan di atas, di masa lampau (berdasarkan peta-peta Portugis) pusat kota Sandakan yang sekarang adalah sebuah pulau yang berada tepat di depan teluk besar. Sementara kampong yang sudah ada berada di muara sungai (sungai Kina Batangan) yakni kampong Batangan. Penamaan sungai Kinabatangan diduga kuat merujuk pada nama kampong di muara sungai (Batangan) dengan nama gunung tinggi di sekitar yang mana anak-anak sungai dari lereng gunung Kinabalu juga bermuara ke sungai Batangan. Catatan: Nama Batangan merujuk pada ‘batang’=sungai; sedangkan Kinabalu merujuk pada ‘kina’=ibu dan ‘balu’=gunung. Dengan demikian nama Kinabalu=gunung Ibu dan Kinabatangan=kampong (sungai) Ibu.
Secara geomorfologi, wilayah Sandakan yang sekarang berada di dataran rendah yang luas. Pada masa lampau kampong Batangan yang berada tepat di muara sungai di belakangnya juga daratan rendah. Pegunungan agak jauh di pedalaman. Ini mengindikasikan bahwa di Kawasan teluk besar pada masa lampau telah terjadi proses sedimentasi jangka Panjang yang mana di bagian pesisir terluk terbentuk daratan baru (teluk besat semakin menyusut dan semakin sempit seperti bentuk yang sekarang). Pada saat mana Kawasan daratan baru di dalam teluk masih basah (rawa-rawa, tergenang pada saat pasang), kampong kecil mulai terbentuk di pulau yang doeloe yang kemudian terintegrasi dengan daratan, yang diduga awal dari kampong Sandakan yang dikenal sebagai kampong Elopura. Kampong Elopura ini tampaknya pernah ditinggalkan karena bahaya ancaman dari lautan (seperti perampokan) dan kemudian pada era Inggris nama kampong itu dihidupkan kembali dengan nama aslinya kampong Elopura (sebelum diubah menjadi nama baru kampong Sandakan). Sejak kehadiran Maskapai Borneo Utara di Kawasan (1878) kampong Sandakan mulai tumbuh dan berkembang menjadi kota besar.
Jauh sebelum pulau di teluk terintegrasi dengan daratan (dimana terbentuk kampong Elopura/Sandakan), kota/kampong Batangan sudah eksis sejak zaman kuno (jauh sebelum kehadiran orang Eropa/Portugis). Kampong Batangan adalah kampong yang terbentuk baru dari pedagang pendatang dari jauh (diduga dari Kerajaan Aru Batak Kingdom di pantai timur Sumatra). Para pedagang Aru ini berdagang di muara sungai dengan penduduk pedalaman (Orang Dayak/Murut).
Dalam peta-peta awal Pemerintah Hindia Belanda, kampong Batangan adalah satu-satunya kampong yang diidentifikasi di pedalaman). Ini berarti setelah beberapa abad posisi geografi (kampong) Batangan (tekesan( berada jauh di pedalaman). Seperti disebut di atas, kampong/kota Sandakan baru diidentifikasi kemudian (diduga setelah kehadiran Maskapai Borneo Utara). Peta 1916
Dalam proses sedimentasi jangka Panjang di Kawasan teluk (St Anna/Cowie/Sandakan) awalnya sungai Kinabatangan bermuara di teluk di kampong Batangan. Pada peta satelit yang sekarang, sungai Kinabatangan arahnya bergerak ke selatan (area) kampong Batangan dan kemudian mengarah ke arah timur menuju laut. Garis alur sungai yang sekarang (dari kampong kuno Batangan ke pantai, sebelum bercabang lagi) diduga adalah batas teluk pada masa lampau. Dalam hal proses sedimentasi (menjadi daratan baru) begerak ke arah dalam teluk.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kota Elopura di Teluk Cowie: Siapa Pahlawan Sandakan Sabah Mat Saleh?
Tunggu deskripsi lengkapny
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar