*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini
Diantara orang Belanda di Hindia Timur (baca:
Indonesia) sejak era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda terdapat banyak pahlawan
Belanda. Dua diantaranya yang kurang dikenal luas tetapi sangat membekas di
wilayah Jambi, Minangkabau dan Angkola Mandailing (Tapanuli). Dua yang
terpenting adalah AV Michiels dan A van der Hart. A van der Hart bukan serdadu
biasa, tetapi militer humanis. Anak buah AV Michiels ini adalah penakluk Sultan
Jambi di Rawas (Jambi), penakluk Tuanku Imam di Bondjol (Padangsche) dan
penakluk Tuanku Tambusai di Dalu-Dalu (Tapanuli).
Di Hindia (baca: Indonesia) ada pahlawan Belanda, tentu saja ada pahlawan penduduk asli (pribumi). Pahlawan pribumi di Jambi antara lain Sultan Thaha Syaifuddin (sultan terakhir kesultanan Jambi) dan Raden Mattaher (pejuang kemerdekaan). Kedua pahlawan Indonesia di Jambi ini telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasiona. Musuh Sultan Thaha Syaifuddin bukan AV Michiels dan A van der Hart, komandan dan anah buah yang baru pulang dari Perang Jawa (1825-1830), tetapi musuh AV Michiels dan A van der Hart adalah Sultan Mahmud Muhiddin (1812-1833). Perang Padri yang mulai memuncak pada tahun 1833, akhirnya untuk menyelesaikan perang yang berlarut-larut Overste Michiels dan Letnan A van der Hart yang telah menadapat kenaikan pangka menjadi Kolonel dan Kapten ditugaskan ke Padangsche Bovenlanden untuk memburu Tuanku Imam Bonjol. Dana, berhasil tahun 1838 dimana Kapten A van den Hart dengan detasemennya berhasil masuk ke jantung pertahan Bonjol di puncak bukit. Tuanku Imam Bonmjol menyerah. Lalu tahun berikutnya Kapten A van der Hart berhasil menaklukkan pasukan Tuangki Tambusai di Dalu-Dalu. Pemerintah pusat kemudian mempromosikan AV Michiels menjadi Gubertnur Pantai Barat Sumatra (pertama), dan A van der Hart yang telah mendapat kenaikan pangkat menjadi Luitenant Kolonel menjadi Residen Tapanuli (pertama). Namun kelak keduanya mendapat nasib yang sama: AV Michiels terbunuh di Bali dan A van der Hart di Sulawesi (oleh orang pribumi).
Lantas bagaimana sejarah AV Michiels dan A van
der Hart? Seperti yang disebut
di atas, keduanya bahu membahu menaklukkan pasukan Sultan Jambi 1833 di Rawas.
Uniknya kedua komandan dan anak buah ini berpengalaman dalam Perang Jawa dan
Perang Padri dan juga keduanya mengalami nasib kematian yang sama di tangan
penduduk. Lalu bagaimana
sejarah AV Michiels dan A van der Hart? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
AV Michiels dan A van der Hart; Kisah Pahlawan Belanda di Jambi, Minangkabau dan Angkola Madailing
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kisah Pahlawan Belanda di Jambi, Minangkabau dan Angkola Madailing: Kisah Perjuangan Para Sultan Jambi
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar