*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini
Pada awalnya wilayah Madura terdiri dari tiga
walayah pemerintahan, yakni Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep. Dalam hal ini,
pada awalnya wilayah Sampang masuk dalam bagian wilayah Pamekasan. Satu kota
terpenting di wilayah Sampang adalah kota Sampang. Bagaimana awal terbentuknya
kota Sampang dan bagaima perkembangan selanjutnya.
Kabupaten Sampang secara administrasi terletak dalam wilayah provinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di antara 113o 08'–113o39' Bujur Timur dan 6o05'–7o 13' Lintang Selatan. Kabupaten Sampang terletak ± 100 Km dari Surabaya, dapat dengan melalui Jembatan Suramadu kira-kira 1,5 jam atau dengan perjalanan laut kurang lebih 45 menit dilanjutkan dengan perjalanan darat ± 2 jam. Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak 1.233,30 km². Proporsi luasan 14 kecamatan terdiri dari 6 kelurahan dan 180 Desa. Kecamatan Banyuates dengan luas 141,03 Km2 atau 11,44 % yang merupakan Kecamatan terluas, sedangkan Kecamatan terkecil adalah Pangarengan dengan luas hanya 42,7 Km2 (3,46 %). Kabupaten Sampang mempunyai 1 buah pulau berpenghuni yang terletak di sebelah selatan Kecamatan Sampang. Nama pulau tersebut adalah Pulau Mandangin, luas Pulau Mandangin sebesar 1,650 km2. Akses transportasi ke Pulau Mandangin adalah dengan menggunakan transportasi air dalam hal ini adalah perahu motor yang berada di Pelabuhan Tanglok. Perjalanan dari Pelabuhan Tanglok menuju Pulau Mandangin ini membutuhkan waktu 30 menit. Masakan khas kota ini adalah kaldu. Selain itu makanan khasnya adalah nasi jagung. Di wilayah Sampang juga ada potensi gas bumi, sumur Gas Oyong I (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Kota Sampang di wilayah Madura bagian tengah? Seperti disebut di atas, wilayah Sampang merupakan pemekaran dari wilayah Bangkalan dimana terdapat kota Sampang terus berkembang diantara wilayah Bangkalan dan wilayah Pemekasan. Lalu bagaimana sejarah Kota Sampang di wilayah Madura bagian tengah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Kota Sampang di Wilayah Madura Bagian Tengah; Antara Wilayah Bangkalan dan Wilayah Pemekasan
Nama Balega diduga sudah dikenal sejak awal di pulau Madura. Nama-nama yang sudah dikenal lebih awal di pulau Madura adalah Arosbaya. Nama Balega atau Baliga diduga nama yang berasal dari zaman kuno, seperti halnya nama Bali (menjadi nama pulau) dan Balige (di Tapanuli) serta Baliga (Sulawesi). Nama Bali, Baliga, dan Balige diduga sudah eksis pada era Hindoe Boedha. Lantas kapan nama Sampang muncul? Nama Sampang paling tidak sudah sudah dicatat dalam buku geografi karya Francois Valentijn yang terbit tahun 1726.
Dalam buku Francois Valentijn, seorang ahli geografi yang pernah tinggal lama di Amboina mencatat bahwa Sampan adalah suatu kota (staad). Kota-kota lain yang dicatat dalam buku tersebut adalah Arosbaja, Maduretta. Ambelega, Pamakassam dan Sammanap. Sedangkan Quanjer dan Belega hanya diidentifikasi sebagai lanskap (wilayah). Dalam pera Francois Valentijn ini nama Bangkalan hanya diidentifikasi suatu nama kampong.
Nama Sampang tetap menjadi nama yang penting di pulau Madura (lihat Batavia, de hoofdstad van Neêrlands O. Indien [...] beschreeven, 1782). Tentu saja nama Sampang masih jauh lebih penting dari nama Bangkalan (yang kelak bertukar tempat sebagai ibu kota wilayah).
‘Di seberangn pulau Jawa ada pulau Madura yang indah, yang dari timur ke barat panjangnya sekitar dua puluh mil, dan lebarnya tiga, lima, atau enam mil. Pulau ini dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu Sammanap di timur, Pamakassam di tengah, dan Sampan di ujung barat, yang kedua bagian awalnya sekarang berada di bawah perlindungan Maattchappij (VOC)), sedangkan bagian barat hanya dimiliki oleh Panombahan Madura, yang pertama dari empat Strandlords (punguasa pantai), dan salah satu Vassal terkemuka dari Kerajaan Jawa. Di tanah Sampan terletak kota Arosbaja paling barat laut, tempat kami mendarat untuk pelayaran pertama pada tahun 1599, tetapi diterima dengan sangat buruk. Tiga mil ke arah timur terletak Maduretta, kota terbesar dan terpadat di seluruh pulau, berisi tiga puluh atau empat puluh ribu penduduk. Disini raja bertempat tinggal, meskipun kota ini juga dihiasi dengan keindahan yang biasa ditemukan di Pangeran Timur, dan terlebih lagi dengan sejumlah bangunan batu yang moderat; sedangkan mayoritas tempat tinggal hanya terdiri dari bambu. Kota-kota tetangga Sampan, Quanjer dan Ambaleja, semuanya milik Kaisar Moor, tetapi Pamakassan, yang terletak di bagian tengah pulau dan distrik dengan nama yang sama, saat ini telah memiliki pangeran sendiri, yang telah pindah di bawah perlindungan dari Mij. Kita (VOC)’.
Pada era pendudukan Inggris nama Sampang tetap menjadi diutamakan oleh pemerintah Inggris (lihat Java government gazette, 11-12-1813). Disebut di Madoera yang dijadikan sebagai depot garam berada di Sampang (Bancallang), Chandy di Pamacassan dan di Sumanap. Dalam Peta 1817 di wilayah Bangkalan diidentifikasi tiga nama, selain Bankalang adalah Belega, Tartal dan Sampang.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Antara Wilayah Bangkalan dan Wilayah Pemekasan: Bagaimana Terbentuknya Kota Sampang
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar